Udara pagi di kota B masih terbilang sejuk dibandingkan dengan ibukota. Kedua kakak beradik itu nampak senang, tawa keduanya menular pada bibi dan juga Surya yang ditugaskan untuk menjaganya. Tanpa ada yang tahu jika di beberapa sudut tempat itu sudah ada orang-orang yang memiliki tugas yang sama namun dari bos yang berbeda.
"Bagaimana kamu senang, dek?" Dee duduk dihadapan Adit dengan mensejajarkan tinggi nya dengan kursi roda.
"Seneng, seneng banget kak. Adit pengen cepet bisa berjalan lagi, biar bisa bantu kakak cari uang yang banyak."
Deviana tersenyum namun dalam hati gadis itu menangis. Melihat sang adik yang sangat antusias berlatih berjalan membuat hatinya sakit. Kecelakaan bulan lalu semakin membuat tulang kakinya melemah. Bukan tak bisa kembali normal, tapi sangat membutuhkan waktu yang lama untuk proses kesembuhannya. Tak semudah harapan Adit selama ini. Mungkin bagi anak seusianya segalanya akan mudah. Dee tak ingin merusak semangat sang adik untuk itu dirinya akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan nya.
"Iya, makanya Adek harus terus semangat ya berlatih nya."
"Heum." Anggukan kepala dan senyum Adit berikan pada sang kakak.
Keduanya kembali masuk ke dalam rumah dengan Dee yang kembali mendorong kursi roda Adit. Keduanya masih terlihat bahagia dengan terus bercanda dan tertawa. Pembawaan Adit yang memang ceria membuat orang-orang di sekitarnya ikut terbawa arus bahagia yang bocah itu ciptakan.
*************
Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang saat Deviana menginjakkan kakinya di lobi kantor Cottages yang tertera dalam kartu nama yang di sodorkan oleh Rico kemarin.
Kedua mata gadis itu nampak berbinar menyaksikan beberapa ornamen dan juga tata ruang yang nampak di lobi.
Seorang security nampak menghampiri nya dan tersenyum ramah sebelum menyapa dan menanyakan kepentingan gadis itu datang.
"Selamat siang, nona. Ada yang bisa saya bantu??" Sapanya membuat Dee berbalik dan ikut mengulas senyum.
"Saya kesini untuk bertemu dengan Kak Roy."
"Kak Roy, apa yang anda maksud tuan Roy asisten tuan Rico?"
"Ehm benar pak."
"Apa nona sudah mempunyai janji dengan beliau?"
"Iya." Deviana menunduk dan mengambil kartu nama yang diberikan Rico padanya dimana dalam kartu nama tersebut tercantum nama R Aditama Putra.
"Dia memberiku kartu nama ini dan memintaku datang menemui kak Roy." Dee menyerahkan kartu nama tersebut yang langsung diterima dengan baik oleh sang security yang jelas mengenali kartu nama tersebut apalagi nama yang tertera disana.
"Mari nona ikut saya."
Dee menganggukkan kepala nya dan mengikuti security tersebut sampai ke meja resepsionis. Dimana ada 3 orang berada disana. 2 orang wanita dan satu orang laki-laki.
"Maaf mbak Nindi, ada tamu yang ingin bertemu dengan tuan Roy."
"Oh Iya Pak, apa sudah ada janji sebelumnya?"
"Sudah mbak ini." Security tersebut memberikan kartu nama yang diterimanya dari Dee pada resepsionis yang bernama Nindi.
Ketiga orang itu menatap Dee dengan seksama hingga membuat Dee salah tingkah. Gadis itu bingung dengan kelakuan orang-orang itu setelah menerima kartu nama darinya.
"Nona ingin menemui tuan Roy apa tuan Rico?" Tanya Nindi beralih pada Dee yang masih berdiri disamping security.
"Kak Roy, Kak Rico hanya menyuruhku datang ke alamat yang tertera di kartu nama itu dan menemui kak Roy." Dee menjawab sesuai yang Rico pesankan kemarin padanya.
"Kak?" Ke empat orang tersebut melongo dengan jawaban yang Dee berikan. Tepatnya pada panggilan yang disematkan gadis itu pada dua orang petinggi disana.
"Anggia."
Belum sempat ke empatnya berucap terdengar suara sapaan yang seketika membuat mereka menoleh. Security yang tadi mengantarkan Dee memberi hormat dengan menundukkan kepala sebelum berlalu pergi. Sementara tiga orang resepsionis tersebut gelagapan melihat kedatangan Roy dan sedang berjalan menuju ke arah mereka tepatnya ke arah gadis yang berpakaian casual namun masih terlihat rapih yang berdiri dihadapkan mereka.
"Tuan." Sapa tiga orang tersebut sambil membungkukkan sedikit badannya. Roy hanya menganggukkan kepalanya sedikit sebelum pandangannya kembali beralih ke arah Dee.
"Kenapa berdiri disini, ayo aku sudah menunggumu sejak tadi."
"Aku baru bisa datang jam segini, kak. Tadi masih ada yang harus ku selesaikan. Lagipula aku sudah mengirim pesan sama kak Rico."
"Pantesan. Lain kali kirim padaku saja, kalau sama dia bisa nunggu lebaran monyet dulu baru dibuka."
Hehehe
Deviana hanya nyengir mendengar apa yang Roy katakan. Pantas saja pesannya selama ini nggak pernah ada yang dibalas sama hantu itu. Roy melangkah menuju lift dengan Dee yang mengikutinya dari belakang. Gadis itu juga melempar senyum dan sedikit menundukkan tubuhnya pada ke tiga resepsionis yang masih berdiri ditempatnya tanpa melakukan apapun.
"Itu tadi tuan Roy kan?"
"Iya lah, emang kau kira siapa?" Anton menggeplak pelan kepada Asih.
"Sumpah manis banget senyumnya." Seru Asih uang masih menatap lift dimana tubuh Roy dan Dee menghilang didalamnya.
"Ye, dia mulai lagi sawannya." Seru Anton sambil kembali duduk diikuti gelak tawa Nindi. Sedangkan Asih mengerucutkan bibirnya sebal, temannya ini memang nggak suka kalau melihatnya bahagia.
"Resek." Serunya yang mana semakin mengundang tawa kedua temannya.
Sementara itu Roy membawa masuk Dee ke dalam ruangannya. Dan mempersilahkan gadis itu untuk duduk.
"Wah ruangan kakak bagus sekali." Seru gadis itu sambil mengedarkan pandangannya.
Roy hanya tersenyum menanggapi ocehan Dee dan membiarkan nya seolah memberi waktu untuk gadis itu agar rileks sebelum mereka memulai pembicaraan sesuai dengan pesan Rico sebelumnya.
Dee benar-benar dibuat kagum dengan penataan ruang kerja Roy. Sirkulasi udara juga cukup terjaga dengan baik. Ada sebuah rak buku yang berdiri di pojok ruangan dengan banyak buku bagus tertata disana, kedua mata Dee berbinar. Ada beberapa buku tentang bisnis yang memang dulu sempat dibacanya saat masih berada di rumah orang tuanya. Dalam buku tersebut banyak ilmu bisnis yang tertuang serta ide ide cemerlang yang bisa di tiru andai seseorang ingin memulai sebuah bisnis. Namun sayang, tragedi terjadi pada keluarganya sebelum dirinya menyelesaikan membaca buku buku tersebut.
Dee menghela nafasnya dalam. Gadis itu tak sadar jika apa yang dilakukannya tak lepas dari pengamatan seorang Roy. Gadis yang masih konsisten dengan penyamarannya itu mulai tersadar dan melemparkan senyum manisnya pada Roy.
"Hehe, maaf kak. Ruangannya bagus aku suka dengan cara penataan dan juga disini udaranya sangat bagus meski tak harus menghidupkan AC." Cengirnya yang mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Ini masih biasa saja, belum juga masuk ruangan Rico." Batin Roy yang kemudian mempersilahkan Dee untuk duduk kembali.
"Rico sudah mengatakan semuanya padaku, dia juga menceritakan tentang dirimu yang sedang mencari pekerjaan. Untuk itu dia secara khusus memintaku mencarikanmu posisi yang cocok disini. Bagaimana, apa kamu berminat?"
"Mau mau. Tapi.."
"Tapi apa?" Roy mengernyitkan keningnya.
"Aku nggak punya ijazah kak, aku juga belum punya pengalaman sedikitpun." Sendunya pelan.
"Untuk itu kami sudah tahu."
Ha
"Oh maaf, maksudku kami bisa pertimbangkan nanti. Yang terpenting kamu bersedia atau tidak?" Roy segera mengalihkan pembicaraan karena dirinya tak sadar sudah sedikit keceplosan.
"Aku bersedia kak."
"Kalau boleh tahu, aku bekerja dibagian apa kak?"
"Sekertaris."
Ha
Dee mengernyapkan matanya, menatap Roy dengan kebingungan. Namun yang ditatap malah tersenyum melihat ekspresi Dee.
"Kenapa kaget begitu, kamu tidak mau?"
"Bu.. bukan begitu kak. Yang benar saja, masa sekertaris sih kak. Kan aku sudah bilang tadi kalau aku ini.."
"Nggak punya ijazah, nggak punya pengalaman kerja. Begitu kan yang ingin kamu katakan?" potong Roy membuat Dee menganggukkan kepalanya cepat.
"Ada waktu satu minggu untukmu beradaptasi dan mengerti dasarnya. Setelah itu ada waktu selama satu bulan untukmu mulai mempraktekkan nya dan selama ini aku sendiri yang akan membantu dan mengajarimu. Baru setelahnya kau bisa bekerja sendiri."
"Masa percobaan?" Tanya Dee yang diangguki oleh Roy.
"Tapi jangan khawatir karena meski hanya masa percobaan kau masih akan mendapatkan gaji. Pikir pikir lah dulu, setelahnya kau hubungi aku untuk mengatakan keputusan mu."
"Ini kartu namaku, kau bisa menghubungiku di nomer ini." Roy memberikan kartu namanya.
"Lo, ini kartu nama kakak? kok beda?" Dee melihat kartu nama yang Roy sodorkan.
"Maksudnya?"
"Ini kan kartu nama kakak juga?" Dee mengeluarkan kartu nama yang kemarin Rico berikan padanya.
"Ckck, itu punya Rico. Bukannya namanya berbeda?" Roy kembali tersenyum geli.
"R. Aditama Putra yang ini Roy Rahardi." Dee nyengir kuda. Roy menggelengkan kepalanya.
Dee pada akhirnya keluar ruangan, gadis itu mengembangkan senyumnya. Membuang nafas lega seolah beban dalam hatinya sedikit terangkat.
"Gadis yang unik, pantas saja Rico tertarik." Lirih Roy sambil kembali meraih berkas yang harus di ceknya sebelum dibawah ke hadapan Rico.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
@☠⏤͟͟͞R Atin 🦋𝐙⃝🦜
Ijazahnya kan masih dirumah ortu nangis semua yg skrg dikuasai pamanya
2024-05-10
0
Yhanie Shalue
wah ga nyesel hbs baca rayyan lgsg mampir kesini thor,, ceritanya bagus bgt,, lanjut kak😍
2024-03-17
3
⏤͟͟͞R ve
Sekretaris Rico kah ☺
#Selamat Dee
2024-03-16
1