Bengkel Beni kembali heboh dengan datangnya mobil derek. Mobil sports yang saat kedatangannya menimbulkan kehebohan dan sejak keberadaannya di dalam bengkel membuat Benni dan juga Ujang harus ekstra hati-hati dan selalu berjaga setiap saat. Mobil yang berharga milyaran itu membuat mereka tak dapat memejamkan mata dengan tenang. Bahkan tak jarang Ujang memilih untuk tidur menggelar tikar di bengkel ketimbang pulang ke kosannya.
"Ah akhirnya aku bisa tidur dengan tenang nanti malam, Bang." Celetuk Ujang melihat petugas derek mulai membawa mobil milik Rico itu untuk keluar.
"Hust, mulutnya." Beni menepuk pundak Ujang pelan membuat duda tanpa anak itu nyengir.
"Tapi ngomong ngomong bang, nih mobil kenapa pakai diambil lagi ya? kan katanya mau ditaruh disini sampai selesai di benerin."
"Mungkin yang punya berubah pikiran coba nanti kita tanya si Dee aja kalau dia datang. Oh iya, Jang, kalau ada tenaga yang bisa bantu bantu di bengkel kamu suruh langsung ketemu sama saya ya?"
"Maksudnya gimana, bos? apa mau buka lowongan baru gitu?"
"Iya itu maksudku."
"Wah, nanti Ujang sebar info ya boss siapa tahu ada teman teman Ujang yang minat." Beni tersenyum dan mengangguk
Keduanya kemudian melangkah masuk kembali ke dalam bengkel dan melanjutkan pekerjaan masing-masing.Mobil mewah milik Rico sudah berada diatas mobil derek tapi mereka masih diam menunggu sesuai instruksi yang mereka terima. Tak lama sebuah fortuner berwarna hitam nampak berhenti dan sosok Rico turun, berjalan menuju bengkel.
"Selamat siang." Sapanya.
"Siang bos, silakan boss Benni ada ruangannya." Ujang berdiri dan menyambut Rico, lelaki itu juga membawa Rico menuju ke ruangan yang dimaksud. Nampak Benni sedang berkutat dengan beberapa lembar nota diatas meja berukuran sedang.
"Bos ada tamu."
"Oh ya silakan, maaf ruangannya sempit." Benni segera berdiri mempersilahkan Rico untuk masuk dan duduk.
Dalam ruangan tersebut hanya ada satu meja dan dua buah bangku. Sedang di sudut nampak ada beberapa kardus yang mungkin berisi barang barang onderdil yang sering dicari dan dibutuhkan. Sedangkan untuk onderdil yang harganya mahal Benni lebih suka menyimpan nya dalam rumah atau memesan jika diperlukan, karena daerah tersebut memang masih sedikit rawan maling.
Rico mendudukkan diri di salah satu bangku kemudian diikuti oleh Benni, sedangkan Ujang sudah kembali ke tempatnya semula.
"Ada yang bisa saya bantu bos?"
"Panggil saja saya Rico, bang."
"Oh baiklah, saya panggil mas Rico saja ya biar lebih enak." Benni sebenarnya insecure melihat penampilan Rico yang mentereng dengan jas dan kemeja yang melekat ditubuhnya yang jelas terlihat mahal. Belum lagi sepatu, jam tangan dan juga kacamata hitam yang dipakainya. Sekali lihat saja Benni bisa menyimpulkan jika lelaki yang nampak lebih muda darinya itu adalah orang berada.
"Baiklah terserah abang aja. Saya kesini selain masalah mobil yang tempo hari saya titip ada hal lain yang ingin saya tanyakan pada abang."
"Oh, apa itu mas kalau boleh saya tahu."
"Untuk mobil saya ingin mengucapkan terimakasih dan minta maaf karena telah merepotkan bang Benni serta yang lainnya disini."
"Nggak perlu sungkan mas, itu sudah menjadi keharusan bagi para pelanggan kami." Benni tersenyum meski keberadaan mobil Rico pada awalnya hanya untuk menunggu Dee mempertanggungjawabkan perbuatannya semata. Namun Benni tak mempermasalahkannya.
"Hal yang lainnya, ini berkenaan dengan Anggia. Seperti yang abang tahu, kalau mulai besok dia akan bekerja di tempat saya."
"Lo, mas Rico ini pemilik Cottages yang disana itu, Cottages the Twins kalau nggak salah ya."
"Benar bang, dan Anggia akan bekerja disana."
Nampak Bang Benni menghela nafas dalam dan semua itu tak luput dari penglihatan Rico. Bagaimanapun dirinya telah berpengalaman dalam melihat situasi dan gerak tubuh orang lain. Meski bukan menjadi anggota tetap organisasi milik Sanjaya namun sebagai orang yang bergaul dan berbaur dengan mereka, tak sedikit ilmu yang Rico serap. Apalagi ada Roy yang mengikutinya dan hal itu semakin melatih insting nya agar lebih peka.
"Saya nggak punya hak untuk melarang, tapi saya harap Dee bisa menemukan yang terbaik kedepannya nanti. Sudah cukup dia menderita selama ini. Tapi jika mas Rico sudah tak membutuhkan tenaganya lagi, boleh mas Rico beritahu saya. Saya akan menjemputnya." Pelan Benni berujar.
"Bang Benni sepertinya sangat tahu banyak tentang Anggia?"
Benni terdiam mendengar pertanyaan yang Rico lontarkan. Ditatapnya lekat pemuda tampan dihadapannya itu dengan seksama. Entah mengapa dirinya merasakan jika pemuda itu adalah orang baik meski kesannya sangat dingin dan biasa saja.
"Tidak, hanya kebetulan saja saya dan istri sudah menganggapnya seperti adik kami. Dia gadis yang baik dan supel. Meski bekerja di bengkel tak membuatnya minder, dia bisa membuktikan kalau memang dirinya mampu dan bisa.Dia yang pertama kali diremehkan bahkan ada pelanggan yang langsung menolak saat mobilnya akan di kerjakan olehnya menjadi montir yang paling di cari oleh pelanggan saat ini." Benni tersenyum, lelaki itu sadar jika dirinya telah keceplosan dan hampir membuka jati diri Deviana yang sebenarnya.
Benni merasa harus lebih berhati-hati lagi kedepannya. Dia nggak tahu apalagi mengenal orang-orang yang pernah Dee katakan sebagai orang-orang yang pamannya utus untuk mencari keberadaannya juga Adit.
"Baiklah, kalau begitu saya pamit. Ini kartu nama dan juga nomer pribadi saya. Jika ada sesuatu bang Benni bisa menghubungi saya atau asisten saya. Mengenai Anggia, saya yang akan menjamin nya mulai sekarang termasuk Adit juga."
"Lo, mas nya juga tahu soal Adit?" Benni terkejut tentu saja, selama ini bahkan keberadaan Adit selalu berusaha ditutupi oleh Dee.
"Dia dalam pengawasan mama saya semenjak peristiwa kecelakaan bulan lalu."
"Allahu Akbar, ternyata mas Rico anaknya ibu yang baik hati itu. Maaf maaf saya nggak tahu, Dee pernah menceritakan tentang beliau yang membantu saat di rumah sakit bahkan sampai menyewakan rumah untuk mereka tempati. Tapi karena sibuk saya belum sempat untuk berkunjung ke sana." Riak wajah Benni berubah sumringah, lelaki itu juga tersenyum tanpa beban. Tak seperti awalnya yang seolah menyembunyikan sesuatu tapi kali ini suaranya pun terdengar lega.
"Bang Benni berlebihan. Kalau begitu saya pamit dan ini ada sedikit rezeki, itung itung sebagai pengganti sewa tempat selama mobil saya berada disini. Tolong diterima sebagai tanda terimakasih saya pada abang juga yang lainnya."
"Sebenarnya tak harus seperti ini, mas. Tapi kalau mas nya memaksa maka tak baik juga rasanya kalau saya menolak rezeki. Semoga ke depannya usaha mas Rico semakin lancar dan saya titip Dee."
"Baik. Saya akan hubungi Bang Ben nanti jika ada yang perlu saya ketahui lagi."
Rico segera melangkah keluar dari ruangan diikuti oleh Benni. Diedarkannya pandangan ke sekeliling bengkel sebentar sebelum benar-benar berlalu dan sekali lagi berpamitan pada Benni yang mengantarnya hingga berada di dekat mobilnya.
Kali ini Rico membawa sendiri mobilnya karena sedang berbagi tugas dengan Roy. Setelah mobil Rico berlalu dan hilang dari pandangannya, Benni mengulas senyum serta mengucapkan Alhamdulillah dengan hati senang.
"Semoga kamu dan Adit bahagia setelah ini Dee. Abang ikut senang karena ternyata dibalik musibah yang menimpa, kalian dipertemukan dengan orang-orang baik." Benni menatap dua kartu nama yang diberikan oleh Rico dan mengusap sudut matanya yang tiba-tiba berair dengan penuh rasa syukur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
@☠⏤͟͟͞R Atin 🦋𝐙⃝🦜
Sultan ya hantu ganteng😂😂😂
2024-05-13
0
@☠⏤͟͟͞R Atin 🦋𝐙⃝🦜
Sultan mah emang beda
2024-05-13
0
☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
Orang lain aja nganggep dee seperti adek sendiri, sementara paman sendiri yg harusnya jadi pengganti ayah malah merebut semua harta peninggalan Dee
2024-05-10
0