[ 19 ]

Menutup pintu dengan pelan dan hati - hati sambil sesekali menoleh ke arah sang suami yang masih terbaring tidur, terus saja melangkah lalu ke ruangan nomer 142 yang sebelum itu dia mendapat kan pesan dari sang sahabat kalau Mario sudah di pindah kan ke ruangan rawat inap dan juga sudah sadar tetapi hanya bisa berbaring saja.

Saat sudah berada di depan pintu ruang rawat inap nomor 142 segera menghela nafas sambil menenangkan diri sendiri agar siap saat melihat Mario yang kesakitan.

Membuka pintu dengan gerakan pelan sambil menyembul kan kepala untuk melihat siapa saja yang berada di ruangan tersebut.

Melihat Dewi yang menunduk kan kepala nya di kasur brangkar milik Mario yang pria itu masih memejam kan kedua mata, Ino mengerti bagaimana perasaan Dewi kepada Mario yang menimbul kan lebih dari sahabat maka nya Dewi menggoda beberapa pria yang dia temui agar melupakan perasaan salah menurut nya.

Melangkah tanpa menimbul kan suara berada di samping Dewi yang masih tertunduk menempel kan kepala nya ke brangkar milik Mario.

"Dew... Dewi..." panggil Ino sambil mengguncang kan tubuh Dewi dengan pelan takut membangun kan Mario.

Tetapi bukan Dewi yang terbangun melain kan Mario yang membuka kedua mata sehingga mereka saling menatap dan saat mengetahui kalau Ino akan menetes kan air mata langsung saja pria itu melebar kan senyum nya sambil geleng kepala agar Ino tidak menangis. Bukan berhenti tetapi kedua mata Ino sudah menetes kan air mata di pipi chubby nya sehingga suara terisak membuat Dewi mendongak kan kepala dan terkejut saat melihat Ino menangis sambil menunduk kan kepala nya mencoba untuk menghapus air mata.

"Eh eh eh, lo kenapa?" tanya Dewi berdiri sambil mencoba menenangkan Ino yang masih terus nangis, berbeda dengan Mario yang tersenyum lebar sampai kedua mata nya menjadi sipit bagi nya sangat lucu melihat Ino yang sering memarahi nya tanpa ampun sekarang perempuan itu menangis.

"Mario, Dewi..." di sela suara terisak keluar ucapan terbata itu dari mulut Ino membuat Dewi mengerti lalu memeluk sahabat nya dari samping sambil mengelus menenangkan Ino.

"Cup... cup... cup..." suara lirih keluar dari mulut Mario yang terbaring menatap dua perempuan itu sambil senyuman tengil nya membuat tangisan Ino berhenti dan mereka saling melepas kan pelukan melihat wajah Mario yang masih tengil membuat mereka ingin sekali menepuk pria itu tetapi mereka ingat kalau pria yang terbaring ini sedang sakit sehingga mereka hanya tersenyum maklum lalu duduk di samping brangkar Mario.

"Ini karma karena lo ga kasih tau gue kalau lo ke Indonesia." sahut Ino dengan nada kesal ke arah Mario yang masih tersenyum.

"Jahat bener lo. Dew, usir aja ini cewek jelek." ucap Mario dengan nada menjahili Ino sambil menyuruh Dewi untuk mengusir Ino.

Dewi yang mendengar kan ucapan Mario langsung saja dia menatap tajam ke arah Mario yang di balas dengan terkekeh sambil meringis karena takut melihat tatapan tajam yang di arah kan kepada nya, tatapan Mario beralih ke arah Ino yang menampil kan senyuman mengejek nya membuat Mario menghela nafas pasrah dengan kekalahan nya.

"Oh iya, Ino maafin gue karena tidak datang ke acara pernikahan lo." ucap Mario dengan penuh penyesalan dan bersalah yang di tampil kan raut wajah nya yang di balas dengan senyuman memaklumi sambil mengacung kan jempol ke arah Mario menanda kan perempuan itu tidak apa - apa.

Selepas itu, mereka bertiga saling berbicara dengan senang. Banyak sekali cerita yang mereka salur kan ke masing - masing dan menumpahkan kerinduan masing - masing.

Hingga saat ada ketukan pintu terdengar mereka langsung terdiam sambil menoleh ke arah pintu yang terbuka terlihat seorang pria memakai jas putih sang Dokter dan ada perawat perempuan yang berada di belakang Dokter dengan membawa peralatan suntik.

Saat tatapan Ino dengan Dokter itu membuat perempuan itu menampil kan senyuman salah tingkah karena merasa bersalah meninggal kan sang suami sendiri di ruangan dan tanpa izin kalau keluar ruangan tersebut.

"Saya cari - cari kamu." ucap Aland yang sudah berada di samping brangkar milik Mario sambil menatap ke arah Ino yang tertawa ringan.

"Maaf tidak izin ke kamu, tetapi aku disini dulu ya? Boleh kan?" tanya Ino yang langsung menggeser tubuh nya agar berada di samping Aland dan di jawab dengan angguk kan kepala sambil berdehem yang membuat Ino tersenyum senang.

Langsung saja Aland memeriksa selang infus di kantong untuk menstabilkan tetesan dan juga langsung mengambil suntikan mengarah kan ke lengan Mario, sebelum itu pria yang terbaring langsung memejam kan kedua mata sambil menggenggam tangan Dewi untuk menguat kan karena sebenar nya pria itu sangat sekali dengan suntikan, berbeda dengan Ino yang mencoba untuk tidak tertawa dengan membungkam mulut nya dengan telapak tangan kanan nya.

Setelah selesai sang Perawat menjalan kan tugas nya dengan mencatat apa saja yang di ucap kan Aland.

"Nanti malam kami kembali lagi, makan yang teratur." ucap Aland kepada Mario yang menatap nya tersenyum.

"Terima kasih Dok." ucap mereka bersamaan yang bersama Aland dan perawat itu keluar, tetapi sebelum itu Ino menggenggam sebelah tangan Aland untuk berhenti sehingga pria itu menyuruh sang perawat agar memeriksa yang lain dan di angguk ki.

"Aku mau memperkenalkan kamu sama teman aku." ajak Ino yang di angguk ki pria itu dan kembali ke samping brangkar tempat Mario terbaring.

"Mario, ini suami gue. Dan Mas, ini Mario teman aku dari kecil juga seperti Dewi." ucap Aland yang mengangguk karena mengerti kalau Mario belum bisa bergerak.

"Ternyata Suami lo? Maka nya gue tadi bingung saat lo bicara santai sama Dokter ini." ucap Mario terkejut dan mengucap kan sejak tadi pikiran aneh nya.

Ino dan Dewi tertawa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!