[ 11 ]

“Ayo berangkat.” ucapan dari Ino yang menginstrupsi sang suami yang sudah siap duduk di sofa langsung menatap ke arah nya, melihat pakaian yang cukup sangat tertutup dengan memakai jaket hitam dan rambut terkuncir biasa nya Ino akan membiarkan rambut nya tergerai tetapi sekarang berbeda.

Ingin tau dengan memberi kan pertanyaan tetapi tidak jadi saat dia mengingat kalau tadi saat Ino sedang bersiap sang Dokter senior menghubungi nya untuk pergi ke rumah sakit karena ada pasien darurat yang tiba – tiba datang.

“Maaf, saya tidak bisa mengantar kamu.” ujar Aland membuat kerutan di kening Ino terlihat.

“Kenapa? Kemarin kamu bilang ingin mengantar ku tetapi kenapa sekarang tidak jadi, aku sudah bilang ke Dewi kalau aku tidak bareng sama dia dan juga dia pasti sudah sampai. Kamu kalau sedang sibuk, jangan bergaya perhatian mengantar ku padahal tidak bisa.” ucap Ino dengan panjang karena sudah kepalang kesal karena Aland tidak bilang sejak tadi.

“Maaf, tiba – tiba putri bungsu dari keluarga Anggora sakit sehingga saya harus menangani nya.” jelas Aland yang tiba – tiba membuat perasaan kesal Ino langsung menguar entah kemana saat mendengar keluarga dari Protagonis wanita.

“Anggora? Kamu akan menangani Adista?” tanya Ino mem pasti kan untuk mendapat kan jawaban dari Aland.

Aland menjawab dengan deheman saja dan juga bingung bagaimana istri nya kenal dengan putri bungsu dari keluarga Anggora tersebut.

“Kamu ikut aku saja, jangan menangani nya Mas.” rangkul sebelah lengan dari Ino membuat Aland merasa bingung dan senang karena istri nya memilih dia dari pada rahasia nya.

“Saya tidak bisa, saya pergi dulu.” pamit Aland yang sudah berjalan keluar ke arah pintu utama membuat Ino langsung berlari memegang sebelah tangan Aland sehingga pria itu berhenti dari langkah dan membalik kan tubuh tegap nya sepenuh nya ke sang istri dengan pandangan heran.

Melangkah maju sehingga hanya beberapa jengkal saja di antara mereka, Aland hanya diam saja melihat tindakan sang istri sebenar nya dia sudah menahan perasaan gemas untuk melihat apa yang akan di lakukan sang istri.

Aland berfikir kalau perempuan di depan nya ini kesal karena dia tidak mengantar dan juga kesal karena diri nya memilih kerja dari pada memilih nya, hati Aland sangat berbunga – bunga karena perempuan di cintai nya. Aland mengira kalau Ino sangat mencintai diri nya.

Mengkalung kan kedua tangan Ino ke leher Aland membuat pria itu sangat terkejut akan keberanian sang istri, seakan tidak percaya membuat Aland memegang sebelah pipi kiri milik Ino untuk mem pastikan kalau ini bukan khayalan atau mimpi tidur nya.

Kejadian yang di ingin kan Aland.

“Mas, jangan pergi. Kalau kamu tidak pergi, maka aku juga tidak akan pergi.” ujar Ino untu menegosiasi agar Aland tidak pergi ke rumah sakit untuk bertemu Protagonis wanita.

Ino sangat takut kalau kejadian di novel akan terjadi.

“Saya harus pergi, tidak bisa di tunda.” jawab Aland untuk memberi pengertian kepada sang istri sambil mengelus puncak kepala nya.

Ino merasa kesal lalu melepas kan rangkulan di leher nya membuat Aland langsung menarik pinggang Ino agar tidak menjauh dari hadapan nya, tetapi Ino mencoba untuk menjauh dan melepas kan tangan kekar itu dari pinggang nya.

“Lepas Mas, kata nya tadi mau pergi. Sana!” ucap Ino dengan nada mengusir membuat Aland terkekeh pelan yang tidak di perduli kan oleh Ino sehingga dai tidak melihat.

“Sayang, saya ke kota ini untuk bekerja dan ini adalah pekerjaan saya.” ujar Aland masih sabar untuk memberi kan penjelasan kepada istri nya.

“Kamu bela – bela in ke kota ini untuk Adista? Iya?” tanya Ino dengan terkejut dan tidak sabar mendapat kan jawaban dari sang suami yang pergi ke kota ini untuk perempuan itu.

Aland mengangguk, “Kenapa hem?” tanya nya bingung karena melihat raut wajah tidak suka dari Ino sang istri.

Saat mendapat kan jawaban anggukan kepala dari sang suami membuat tubuh nya jeli karena tidak percaya, meskipun Ino sudah menjauh kan Aland agar tidak bisa bertemu dengan Protagonis wanita tetapi semesta malah mempertemukan mereka dengan cara nya sendiri. Ino sia – sia, tetap saja mereka bertemu.

Melepas kan pelukan di pinggang dan menunduk membuat Aland memilih untuk melepas kan tangan kekar nya, Ino berjalan ke arah pintu utama yang hanya di tatap oleh Aland dengan perasaan bingung.

Suara derum motor terdengar cukup nyaring membuat Aland langsung melangkah lebar kea rah depan terlihat Ino melajukan motor nya cukup kencang membuat dia khawatir dan bingung, menghela nafas saat mendapat kan panggilan telepon dari Dokter senior yang menanda kan kalau diri nya di suruh untuk segera datang.

Sebelum melangkah pergi ke luar rumah, Aland mengetik kan pesan WhatsApp ke nomor sang istri.

...My Wife...

^^^Nanti saya jemput di rumah sahabat kamu, Sayang.^^^

^^^Maaf kan saya.^^^

Di lain tempat sedang duduk di atas sepeda motor nya dengan memutar - mutar kan ponsel di tangan nya sedang menatap ke arah depat sambil menunggu sang sahabat untuk datang, sebenar nya sahabat nya itu sudah datang di tempat tetapi langsung di hubungi sama perempuan yang duduk di kendaraan nya untuk datang agar mereka berangkat bersama.

Dewi yang mendengar itu pasti langsung marah karena dia sudah sampai malah di suruh untuk kembali hanya agar berangkat bersama, banyak berdebat dengan Ino lalu Dewi memilih untuk mengikuti kata sang sahabat karena Dewi merasa kalau Ino sedang punya masalah.

Sambil menunggu Dewi, Ino membuka pesan yang di kirim oleh suami nya hanya membaca nya saja tanpa ingin membalas.

Mengepal erat karena merasa semesta tidak berpihak kepada nya, padahal dia sudah sangat kencang agar mereka tidak bertemu. Membayang kan mereka bertemu lalu terjadi pandangan yang bermula kan perasaan cinta dari salah satu mereka membuat Ino makin kesal tidak tau harus berbuat apa untuk sang suami agar tidak menyukai sang Protagonis wanita tersebut.

"Woi..." suara panggilan dengan tepuk kan di bahu Ino membuat dia menoleh ke belakang yang terlihat Dewi sudah mengeluarkan nafas dengan kencang.

"Sorry." ucap Ino dengan perasaan bersalah karena melihat sang sahabat yang pasti nya terburu - buru.

"Sans, ayok berangkat." ajak Dewi yang langsung di angguki kepala dan mereka mena-ikki sepeda motor milik Ino lalu melajukan cukup kencang.

"Gue disana akan beberapa hari, lo jangan bilang kepada siapa pun keberadaan gue." ucap Ino yang masih bisa di dengar oleh Dewi membuat sang sahabat terkejut dengan diam saja tidak tau harus merespon apa.

Tidak tau saja kalau di tempat lain berbeda ada seorang pria yang sudah menggertak kan gigi nya karena menahan marah sebab pesan nya tidak di balas hanya di baca saja oleh sang istri, Aland menyesal tidak memilik Ino dari pada memilih pasien menyebal kan itu.

Aland sudah bertemu dengan Adista dan dia tidak nyaman karena selama pemeriksaan perempuan itu selalu menatap nya lekat dan ingin juga berdekatan dengan nya membuat dia tidak nyaman.

Mencoba untuk menelpon nomor sang istri tetapi suara operator dari seberang membuat dia mengernyit kan bingung karena nomor nya tidak bisa di hubungi, mencoba untuk mengirim pesan lagi. Betapa terkejut nya saat dia melihat kalau pesan nya terceklist satu saja dan foto profil sang istri menghilang kosong tidak ada membuat Aland makin kesal dan tidak percaya kalau sang istri benar - benar marah kepada diri nya karena balik ke rumah sakit memeriksa pasien, tidak mengerti apa yang di maksud Ino.

Menghubungi nomor anak buah nya lalu setelah berbicara langsung di mati kan tanpa mau mendengar sahutan dari anak buah nya.

"Cari keberadaan istri saya, secepat nya kabari saya. Harus bisa ketemu, kalau tidak maka anda tau akibat nya." ujar nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!