[ 8 ]

“Tuan!”

Suara serentak dan tegas nyaring dari arah pria besar dengan tegap berbaris memanjang untuk menyambut sang pria yang sudah berjalan di tengah – tengah mereka, tatapan datar dan raut wajah mengerikan di tunjukkan pria yang langsung masuk ke ruangan penghukuman yang terkenal diantara mereka menakut kan.

Tidak ada suara yang keluar dari mulut pria yang menjadi bos besar mereka, hanya tatapan saja yang di tunjukkan.

Saat masuk ke ruangan penghukuman, terlihat seorang pria yang berumur tiga puluhan duduk di kursi kayu dengan kedua mata tertutup kain tetapi mulut nya terus saja berteriak menyumbat kan kalau sang Tuan besar adalah pria kejam yang dengan seenak nya membunuh putri tercinta yang bernama Asih.

“Asih?” gumam pria itu dengan nada cukup pelan sehingga tidak ada yang mendengar sambil mengingat – mengingat siapa nama perempuan yang di sebut kan pria penghianat itu.

Setelah kilasan memori terlihat di dalam otak nya seketika dia tersenyum mengeri kan karena mengerti siapa perempuan tersebut.

“Buka mata nya.” suara perintah dari pria yang menjadi Tuan besar langsung di laksana kan oleh kedua pria tubuh tegap yang berada di sebelah seorang penghianat itu.

Kedua mata terkejut sampai melotot saat melihat nya dan tubuh nya gemetar saat melihat raut wajah menyeram kan dari pria di depan nya, mengetahui kalau diri nya habis ini tidak baik – baik saja.

“Kau bilang kalau saya yang membunuh putri mu? Sayang banget padahal pembunuh itu kau jadikan seseorang kepercayaan mu, putri mu malah meminta bantuan saya untuk terhindar dari jangkauan mu.” ucap pria sang Tuan besar memberitahu tetapi dengan pandangan menusuk.

“Tidak mungkin, dasar pria kejam.” sungut pria yang duduk tidak percaya.

“Nyala kan.” perintah nya.

Layar besar menyala memperlihat kan seorang perempuan yang mencoba melawan pria yang ingin berbuat jahat kepada nya, tetapi sangat sia –sia saja karena laki - laki itu lebih kuat, mereka sangat mengenal siapa laki-laki yang ada layar, seorang pria yang sedang duduk tidak percaya kalau putri nya mendapat kejadian buruk ini kepada seseorang yang dia percaya.

Lalu layar itu memperlihat kan kejadian setelah nya yang membuat pria kejam itu langsung membalik kan badan dan menyuruh semua bawahan nya untuk tidak melihat karena laki-laki di layar membuka pakaian perempuan itu.

“Tidak… Jangan…” teriakan dan suara tangis dari pria yang duduk di ikat kedua tangan dan kaki di kursi kayu ingin memberontak mem berhenti kan laki-laki di layar dan saat itu juga perempuan di layar langsung meninggal di tempat dengan segera pria yang di layar tersebut terlihat pusing meremas rambut nya dan langsung tanpa perasaan dia meninggalkan tempat tersebut dan seketika layar besar mati.

“Kau sendiri yang menyuruh nya untuk menjaga, tetapi… Dan juga kau yang memilih berkhianat dengan mengikuti pria itu untuk bergabung dengan musuh yang saya benci.” ujar pria di depan nya setelah menghela nafas.

Sebenar nya sang Tuan besar sudah sangat dekat dengan pria yang sedang duduk dan berkhianat tersebut, mereka dulu berteman dekat karena mereka seumuran.

“Tinggal kan kami berdua.” suara perintah dengan nada rendah membuat semua bawahan nya keluar dan meninggal kan hanya berdua di ruangan penghukuman tersebut sambil menutup pintu.

Berjalan ke arah pria itu lalu tiba – tiba melepas kan ikatan tangan dan kaki nya lalu melangkah lagi sehingga mereka saling berhadapan tetapi pria itu masih duduk di tempat sambil menunduk kan kepala karena malu dengan teman nya.

“Kenapa?” tanya pria itu mengambil kursi lalu duduk di depan sang teman nya.

“Maaf, gue … gue…” tidak kuat memperjelas kan karena suara tangisan dari pria di depan nya.

Mereka diam sehingga hanya terdengar suara tangisan mengisi ruangan itu.

“Aland, gue terpaksa harus menghianati lo. Orang tua gue sudah di tangkap sama musuh lo dan gue harus jadi mata-mata mereka, sebelum nya gue udah nolak tetapi mereka udah siap buat memenggal kepala kedua orang tua gue. Gue takut, Land. Gue takut.” ujar nya.

“Beberapa hari yang lalu, mereka udah membunuh Bude Ida dan itu adalah ancaman bagi gue kalau mereka tidak tidak main – main akan membunuh orang tua gue.” lanjut nya.

“Gue… Maaf!” ucap nya sambil menunduk dengan tangisan yang terus keluar.

Mengepal kan kedua tangan di bawah dan hanya diam menatap sang teman dari kecil dengan pandangan datar lalu berdiri untuk keluar, sebelum membuka pintu Aland menoleh ke belakang hanya kepala saja.

“Tetap disini jangan keluar, putri lo masih hidup dan berada di kota lain.” ucap nya lalu pergi keluar dari rungan tersebut.

Berbeda dengan pria yang berada di ruangan tersebut, dia menangis haru dan juga menyesal sudah menghianati teman nya yang ternyata membantu putri nya.

“Maaf dan terima kasih, gue berhutang budi sama lo, gue janji akan setia sama lo, Aland.” ucap nya dengan nada tekat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!