Bab Sembilan Belas

Harris hanya diam setelah mendengar jawaban dari Haikal. Dia memilih duduk di samping Syifa. Wanita itu hanya menunduk malu, karena terpaksa berbohong. Adam yang melihat pria itu duduk, langsung mendekati dan mencium pipinya. Terlihat sekali jika bocah itu sangat menyayanginya.

"Baiklah, Syifa. Aku harap kamu bisa memenuhi keinginan ibu untuk bertemu kamu," ucap Harris lagi.

"Akan aku pertimbangkan," balas Syifa.

Harris lalu melihat ke arah Adam. Dia lalu berpindah mendekati bocah itu yang saat ini telah duduk dipangkuan Haikal. Dia sedang bermain dengan wajah pria itu. mengecupnya berulang kali.

"Adam, apa aku boleh memeluk kamu?" tanya Harris dengan suara terbata. Dia berusaha menahan tangisnya.

Adam lalu menoleh ke arah pria itu. Menatapnya sambil tersenyum. Dia lalu mengangguk sebagai jawaban.

"Tentu saja boleh, Om," jawab Adam.

Harris merasakan dadanya nyeri mendengar sang putra memanggilnya Om. Namun, dia bisa apa? Semua kesalahan ada pada dirinya. Dia yang meninggalkan anak istri demi wanita lain.

Haikal menurunkan Adam dari pangkuannya. Harris lalu mendekati dan memeluknya erat. Cukup lama dia memeluk sang putra. Nadia melihat semua itu dengan cemberut.

Setelah cukup lama memeluk, Harris melepaskan pelukannya. Dia lalu mengambil sesuatu dari kantong celana. Ternyata selembar cek. Harris telah mempersiapkan ini dari tadi malam. Dia memang telah berkeyakinan jika Adam adalah putranya setelah melihat bayangan Syifa. Sehingga saat Nadia tertidur tadi malam, dia menuliskan cek buat sang putra.

"Ini ada sedikit uang untuk Adam gunakan membeli mainan atau kebutuhan lainnya," ucap Harris. Dia memberikan lembaran cek itu pada sang bocah.

Adam tidak langsung menerimanya. Dia memandangi sang bunda. Meminta persetujuan. Syifa memang selalu mengingatkan dan menekankan pada anaknya, jangan mau menerima pemberian orang asing.

"Bunda, apa Adam boleh menerimanya?" tanya Adam dengan lembut.

Tidak ada pilihan lain, Syifa terpaksa menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Dia tak mungkin berdebat di hadapan sang putra. Lagi pula, Harris adalah ayah kandungnya Adam. Tak mungkin melarangnya memberikan nafkah.

Adam menerima lembaran cek itu setelah melihat jawaban bundanya. Dia mengambil dari tangan Harris sambil tersenyum.

"Terima kasih, Om. Ini kertas apa?" tanyanya Adam dengan lugu.

"Itu kertas bisa jadi uang. Adam bisa beli apa yang dimau. Apa aku boleh minta sesuatu padamu?" tanya Harris.

"Apa yang mau Om pinta? Adam tak ada kue," jawab Adam dengan polosnya.

"Jangan panggil Om, tapi Ayah!" balas Harris.

"Ayah ...? Aku sudah ada Abi. Tak mungkin ada ayah juga," jawab Adam.

Ucapan bocah itu bagai pedang menusuk jantung Harris. Putra kandungnya sendiri menolak memanggilnya ayah. Padahal dia masih kecil, apa lagi nanti saat telah dewasa dan mengetahui apa yang pernah ayahnya lakukan pada sang ibu dan dirinya.

Syifa hanya bisa menarik napas. Dia tak pernah mengajari anaknya bicara begitu. Hanya pemikiran dirinya sendiri.

"Ayah kamu adalah Harris," ucap Nadia.

Ucapan Nadia itu membuat Syifa langsung menatap wanita itu dengan mata melotot. Dia tak suka dengan cara wanita itu yang langsung mengatakan sesuatu yang akan membuat putranya berpikir keras.

"Ayah Adam, Abi Haikal ...," balas Adam lagi.

"Dia bukan ...." Nadia ingin mengatakan sesuatu tapi langsung ucapannya di potong Syifa.

"Maaf Mbak Nadia, aku harap jangan diteruskan. Biar aku yang jelaskan semuanya nanti sama Adam. Aku harap pengertiannya," ucap Syifa memotong ucapan Nadia.

Harris juga menatap istrinya itu dengan intens. Padahal dari tadi sudah diingatkan jangan ikut campur dengan urusannya dan Syifa, masih saja Nadia ikut nimbrung.

"Aku rasa pembicaraan kita hanya sampai di sini. Aku pamit," ucap Syifa. Dia langsung berdiri.

Haikal juga ikutan berdiri melihat Syifa melakukan itu. Mereka lalu meninggalkan kedua suami istri itu. Harris hanya bisa menatap kepergian mantan istri keduanya itu hingga hilang dari pandangan.

"Apa kau masih berharap Syifa kembali padamu? Kau dengar sendiri'kan jika dia akan menikah dengan pria tajir itu. Apakah Haikal salah satu rekan bisnismu juga atau memang dia pengusaha pemilik tender besar itu?" tanya Nadia. Dia menebaknya karena melihat orang-orang di hotel ini yang begitu menghormati dirinya.

Harris dan rekan bisnis lainnya menginap di sini karena pemilik hotel ini yang tak lain pemilik tender, memberikan fasilitas buat rekan kerjanya.

"Dia memang pemilik tender dan juga pastinya pemilik hotel ini," jawab Harris lemah.

Untuk bersaing dengan Haikal, pria itu merasa tidak akan mampu. Apa lagi perusahaan miliknya yang makin mendekati pailit.

"Apa ...? Jadi dugaanku benar. Terlihat dari cara bicara dan busananya. Tampak sekali dia orang tajir dan berpendidikan," ucap Nadia dengan lirih.

Harris makin terdiam mendengar ucapan Nadia. Apa yang istrinya katakan itu memang benar adanya. Dalam hati dia berkata, pantas sang mantan istri tak tertarik untuk kembali ke rumah lagi, karena dia mendapatkan pria yang lebih segalanya.

"Pakai pelet atau susuk apa sih Syifa bisa mendapatkan mangsa tajir begitu?" tanya Nadia.

"Jangan samakan kamu dan Syifa. Dia tak perlu menggunakan pelet atau susuk untuk memikat lawan jenis," jawab Harris.

"Jadi kamu menuduhku menggunakan tusuk?" tanya Nadia dengan suara tinggi karena emosi. Dia tak terima dengan ucapan suaminya itu.

"Aku tak ada menuduh, kamu saja yang merasa," jawab Harris. Dia lalu berdiri dan pergi meninggalkan sang istri seorang diri.

Nadia tak bisa menerimanya. Dia juga ikutan berdiri. Masih belum puas atas tuduhan sang suami. Dia masih ingin membahasnya. Nadia tak akan tinggal diam jika belum berdebat. Dia selalu merasa Diri paling benar.

Harris terus berjalan, tak pedulikan sang istri yang mengikuti dari belakang. Dia masih sedih mengingat sang putra yang tak menginginkan dirinya dipanggil ayah.

Hati ayah mana yang tak sedih melihat anak sendiri, darah dagingnya, tak bisa menerima kehadirannya.

Haikal melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju sebuah kafe yang menjual berbagai jenis es krim. Seperti janjinya pada Adam, mereka akan makan es krim hari ini. Bocah itu tampak terlelap di jok belakang.

"Mas, maaf. Tadi aku terpaksa berbohong jika kamu adalah calon suamiku. Harris itu ayah kandungnya Adam, suami pertamaku," ucap Syifa membuka obrolan.

"Aku sudah mengerti dari obrolan kalian. Aku juga minta maaf karena melanjutkan sandiwara kamu dengan mengatakan jika kita telah lama berhubungan," balas Haikal.

"Tak apa, Mas. Aku juga minta maaf, karena Adam menganggap kamu adalah ayahnya," ucap Syifa lagi.

Bukan hanya sekali tadi saja Adam menginginkan Haikal yang menjadi ayahnya. Dia selalu mengatakan jika ingin sosok ayah seperti Haikal.

"Kamu bisa mewujudkan keinginan Adam itu, Syifa!" kata Haikal.

"Maksudnya Mas Haikal apa?" tanya Syifa tak paham dengan ucapan pria itu.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Ayu galih wulandari

Ayu galih wulandari

lanjuut kak..aqu sdh line ,kirim vote, kirim hadiah & lope lope 😘😘😘😘😘

2024-05-01

0

guntur 1609

guntur 1609

bavus tu adam. kehadiranmu saja di avuhkan sm haris. balikan dulu keadaanya. agar otaknya bisa bekerja dan sadar

2024-04-16

0

Rusiani Ijaq

Rusiani Ijaq

Shifa nih jg bikin kesel jangan terlalu naif dan polos dong Shifa iiiiihhhhh geram aku. 5 th BKN waktu yang singkat masa selama itu kamu ngak bisa merasakan perhatian yg diberikan oleh Haikal PD mu.makanya move-on biar terbuka luas pikiran

2024-04-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!