Bab Empat Belas

"Apa kamu tak memiliki mata?" tanya wanita itu dengan nada tinggi.

Adam yang tak pernah mendengar suara dengan nada tinggi jadi takut. Dia mengehentikan langkahnya dan meminta maaf.

"Maaf, Tante. Aku tidak sengaja," ucap Adam. Dia lalu mengulurkan tangan sebagai tanda meminta maaf.

"Makanya, kalau berjalan itu gunakan matamu!" ucap wanita itu masih dengan suara yang tinggi.

Adam yang sejak lahir tak pernah dimarahi Syifa dan tak pernah bundanya itu bersuara keras, tentu saja sangat ketakutan. Matanya sudah berkaca menahan air mata agar tak tumpah.

"Ada apa, Nadia? Suaramu begitu keras, hingga terdengar ke dalam toilet," tanya Harris.

Wanita yang ditabrak Adam ternyata Nadia. Harris mendekati istrinya. Melihat ke arah bocah itu. Tubuhnya terasa kaku ketika matanya dan mata anak itu bertemu.

"Anak itu berjalan tidak menggunakan matanya. Hingga menabrakku, untung saja aku tidak terjatuh," jelas Nadia dengan nada yang masih marah.

Harris yang terpaku dan terpesona pada bocah itu berlutut di hadapannya untuk menyamakan tinggi mereka. Dia begitu heran, kenapa wajah anak itu begitu mirip dengan dirinya ketika kecil. Dia seperti bercermin.

"Hai, maafkan Tante Nadia ya. Dia sebenarnya tak pemarah. Kamu jangan menangis. Lelaki itu harus kuat," ucap Harris.

Nadia tentu saja tak terima mendengar ucapan suaminya. Dia lalu menatap wajah Adam tanpa kedip. Baru dia sadari jika bocah itu begitu mirip dengan Harris.

"Kenapa wajah bocah ini begitu mirip denganmu?" tanya Nadia spontan.

Belum sempat Nadia dan Harris berpikir lebih jauh, bocah itu berlari. Dia memanggil nama seseorang.

"Abi ...," panggil Adam dan berlari menuju Haikal. Pria itu menyusul Adam karena kuatir juga melepaskan bocah itu seorang diri. Awalnya Syifa yang ingin pergi menyusul, tapi dia larang.

Haikal langsung menggendong bocah itu. Tangisan Adam pecah dalam pelukan pria itu. Harris lalu berdiri dan mendekatinya.

"Ada apa ya, Mas? Apa anak saya mengganggu?" tanya Haikal.

"Tidak, Mas. Hanya tadi dia hampir menabrak istri saya," jawab Harris.

"Bukan hampir, tapi memang sudah menabrak saya. Lain kali, anaknya jangan dibiarkan pergi sendirian!" ucap Nadia.

"Maafkan putra saya, Mbak," balas Haikal dengan sopan.

"Tidak masalah, Mas. Saya yang justru minta maaf. Mungkin putra Anda tidak terbiasa mendengar suara istri saya yang memang gede. Tapi bukan berarti dia marah," kata Harris lagi.

Mendengar ucapan suaminya, tentu saja Nadia tidak terima. Namun, dia tak ingin marah. Nanti Haikal pasti akan mengira dia memang temperamen. Wanita itu lalu tersenyum setelah memandangi pria itu beberapa saat.

"Gila banget, semua yang melekat di tubuh pria ini barang branded semua. Pasti dia bukan orang sembarangan," gumam Nadia dalam hatinya.

Dia lalu merubah wajahnya. Mengukir senyum manis agar tak terkesan sombong.

"Benar yang suami saya katakan. Saya tidak bermaksud marah, memang suara saya sering bernada tinggi. Maafkan, Tante ya," ucap Nadia dengan mengusap kepala Adam.

"Adam, Tante minta maaf. Jawabannya apa, Nak?" tanya Haikal dengan suara lembut.

"Maafkan aku juga, Tante," balas Adam. Dia mengulurkan tangan mungilnya.

Harris menatap tanpa kedip ke arah Adam. Ada perasaan aneh melihat bocah itu. Sesuatu yang getaran seperti ingin mendekati dan memeluknya.

"Apakah ini putra, Anda?" tanya Harris. Setelah pertanyaan itu dia lontarkan, pria itu merasa bersalah. Kenapa mesti sampai mengeluarkan pertanyaan itu.

Haikal hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Sepertinya Harris kecewa mengetahui jawabannya. Adam makin mempererat pelukannya.

Syifa yang kuatir karena begitu lamanya sang putra dan Haikal ke kamar mandi akhirnya menyusul. Saat dia ingin melangkah lebih dekat, matanya melihat kehadiran Harris dan Nadia. Langkahnya jadi terhenti. Dia bersembunyi di balik tiang, melihat semua yang terjadi.

Haikal lalu menyalami Harris. Saat Nadia mengulurkan tangan untuk bersalaman, pria itu tak menyambutnya. Hanya menautkan kedua tangan di dada sebagai ganti salam. Nadia jadi tersenyum kecut.

"Sok banget, tidak mau menerima salamku," umpatnya Nadia dalam hati.

Syifa yang melihat Haikal berjalan meninggalkan Harris dan Nadia keluar dari persembunyian. Dia lalu berjalan duluan. Adam yang melihat sang bunda berteriak memanggilnya.

"Bunda ...."

Syifa tersenyum dan ingin mengambil Adam dari gendongan Haikal. Namun, pria itu menolaknya.

"Biar aku saja yang gendong," ucap Haikal.

Mereka bertiga berjalan menuju parkir. Harris yang tadi sekilas melihat kehadiran Syifa tak bisa bergerak. Kakinya terasa kaku.

"Syifa ...," ucap Harris dengan suara pelan.

Walau suaranya pelan, tapi Nadia dapat mendengar. Sehingga dia menjadi cemberut dan mengikuti arah pandang sang suami. Dia hanya melihat punggung wanita itu.

"Apa kau berharap bocah itu putramu dengan Syifa? Jangan mimpi! Apa kau tak sadar juga, jika dia itu anak pria kaya tadi? Ibunya juga tadi gayanya sangat modis. Tak mungkin itu Syifa. Pikiranmu selalu saja dipenuhi wanita itu. Apa kamu menyesal berpisah dengannya?" tanya Nadia.

Harris tak menjawab pertanyaan Nadia, sang istri. Dia justru berjalan cepat menuju parkiran. Saat sampai di halaman restoran itu, dia sempat melihat wanita yang dia yakini Syifa itu masuk ke mobil Haikal.

Syifa memang sengaja pulang dengan mobil Haikal. Dia tadi menggunakan taksi online. Pulang juga ingin memesan taksi online, tapi Haikal melarang dan mengajaknya pulang bareng. Wanita itu mau, karena tak ingin bertemu Harris.

"Syifa ...," panggil Harris.

Namun, suara panggilannya tak terdengar karena mobil yang ditumpangi Syifa telah berjalan meninggalkan halaman restoran. Nadia yang mengikuti suaminya itu makin bertambah emosi mendengar pria itu menyebut nama mantan istri keduanya itu.

"Jangan gila, Harris. Bagaimana mungkin kau bisa menganggap wanita itu Syifa? Apa kau mau suaminya marah?" tanya Nadia.

"Aku yakin itu Syifa. Walau penampilannya berubah, tapi aku bisa mengenalnya," jawab Harris.

"Syifa, Syifa ... sampai kapan kau bisa lupakan wanita itu? Apakah kau menyesal menceraikan wanita itu?" Kembali Nadia bertanya hal yang sama.

Harris memandangi sang istri dengan mata tajam, seolah ingin menelannya. Dia lalu tersenyum miring.

"Aku memang menyesal menceraikan Syifa!" ucap Harris dengan suara penuh penekanan dan ucapan yang tegas.

...----------------...

Selamat Pagi, sambil menunggu novel ini update bisa mampir ke novel karya teman mama di bawah ini. Terima kasih.

Terpopuler

Comments

Alivaaaa

Alivaaaa

maem tuh penyesalanmu Harris 😜

2024-04-16

0

sherly

sherly

buat apa menyesal dasar laki labil mau enaknya aja... dah tu nikmati hidupmu sama cinta dan istri pertamamu ngapain mikirin Syifa .

2024-04-23

0

Rusiani Ijaq

Rusiani Ijaq

penyesalan mu berdutak akan merubah apapun dan aku sih berharap anaknya si Adam pun tak mau dg haris seperti dirinya dulu jg yg mengatakan bahwa mumpung bayinya blm mengenal nya. dan moga jg mami Reni berpihak pada Shifa dan Adam jg tak mau mengenal nya. kejam kan kedengarannya

2024-04-11

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!