Bab Delapan

Setelah memikirkan semuanya, malam ini Syifa membereskan baju yang akan dia bawa. Tidak banyak yang dia masukan ke tas karena memang dia hanya memiliki beberapa pakaian. Besok pagi dia harus meninggalkan rumah ini dan memulai kehidupan baru.

Setelah semua dirasa cukup, dia lalu membuka cincin pernikahan mereka. Meletakan di atas meja. Dia tak ingin memakainya karena itu akan membuat lukanya terus berdarah.

Syifa mengusap perutnya. Air mata tak bisa dia bendung lagi. Terbayang hari ke depannya, saat anak mereka telah besar dan bertanya tentang ayahnya.

"Nak, maafkan jika ibu akhirnya memutuskan berpisah dan melepaskan ayahmu. Ibu yakin kamu adalah anak terkuat yang ibu miliki. Anak yang harus mengalami ujian sejak dalam kandungan. Banyak air mata dan perkara yang sangat-sangat menyakitkan hati. Terima kasih, Nak, sudah bertahan dan berjuang bersama Ibu. Maaf apa bila Ibu belum bisa jadi ibu yang baik untukmu. Mengenai takdir yang telah ditetapkan Allah, dan tentang perpisahan kami, kedua orang tuamu, kelak kau pasti akan mengerti dengan sendirinya. Tetaplah kuat, Anakku, karena takdir terbaik untukmu sedang menanti di depan sana."

Syifa mengambil ponselnya, mencoba menghubungi Harris untuk berpamitan. Walau bagaimanapun dia tetap ingin berpisah secara baik-baik.

Sekali menghubungi tidak ada diangkat, dia mencoba lagi hingga ketiga kalinya baru diangkat tapi Sepertinya Harris menginginkan video call. Syifa lalu mengganti pilihan ke video call. Dia pikir mungkin ini ada baiknya, dia akan bertatapan muka untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkan kota ini.

Baru menyalakan kamera buat video call, dia langsung menyaksikan hal menjijikan. Suaminya yang sedang tidur dengan bertelanjang dada berpelukan dengan Nadia. Pasti wanita itu yang mengangkat sambungan teleponnya dan sengaja meminta video call.

Nadia memeluk Harris dengan dada yang juga terbuka. Dia mengecup pipi pria itu dan membisikan sesuatu. Syifa tak ingin mendengar atau melihatnya. Dia merasa jijik, sehingga mematikan sambungan telepon itu.

Dia lalu mengambil tas dan meninggalkan rumah setelah taksi yang dipesan datang. Sebenarnya Syifa belum tahu tujuan pastinya mau kemana. Mau pulang ke kampung, dia malu. Apa nanti kata tetangga dia kembali dalam keadaan hamil. Takut jadi salah paham.

Syifa meminta supir mengantarnya ke terminal. Nanti dia pikirkan apa yang akan dia lakukan dan kemana akan pergi.

Dengan berbekal uang simpanan dan uang yang diberikan ibu mertuanya, Syifa pergi ke salah satu kota. Dia akan mencari pekerjaan dan memulai hidup baru, jauh dari mantan suami.

***

Harris yang telah mandi mengambil ponselnya. Dia melihat ada panggilan tak terjawab. Saat di lihat ke daftar, terlihat nomor ponsel istrinya. Dia menghubungi balik, tapi sudah tak aktif.

"Kenapa Syifa menghubungi aku, dan di daftar panggilan terdapat panggilan masuk darinya. Berarti Nadia yang mengangkatnya. Aku harus cari tahu, apa yang ingin Syifa katakan?" tanya Harris pada dirinya sendiri.

Harris keluar kamar dan mencari Nadia. Kebetulan wanita itu sedang berada di dekat meja makan, sepertinya sedang sarapan. Melihat pria itu, dia lalu tersenyum.

"Mau sarapan?" tanya Nadia sambil menyantap makanannya.

Harris menarik kursi yang berada dihadapan wanita itu. Dia juga menyantap hidangan yang tersedia di atas meja. Sepiring nasi goreng. Pastilah bukan Nadia yang membuatnya tapi penjaga villa. Selama tiga tahun pernikahan mereka dulu, tak pernah dia masak.

"Apa yang Syifa katakan denganmu?" tanya Harris langsung tanpa basa basi.

Pertanyaan Harris membuat Nadia cukup terkejut. Dia baru ingat lupa menghapusnya.

"Dia tak ada bicara saat tahu aku yang mengangkatnya," jawab Nadia.

"Kenapa kamu tak membangunkan aku?" tanya Harris lagi.

"Aku sudah mencoba membangunkan kamu. Tidur kamu nyenyak banget. Lagi pula aku sudah bertanya keperluannya, tapi dia tak mau menjawab hanya diam dan langsung mematikan. Apa aku salah? Toh dia juga sudah tahu hubungan kita. Kamu dan Syifa juga telah bercerai," jawab Nadia.

Mendengar jawaban Nadia yang masuk akal itu,. dia langsung percaya. Harris lalu meneruskan sarapan. Dalam hatinya berkata, mungkin Syifa hanya bertanya tentang keberadaan dirinya seperti biasanya.

**

Syifa saat ini telah berada di dalam sebuah bus yang akan membawanya menuju satu kota. Tempat dia akan memulai hidup. Dia menetapkan satu nama kota yang pernah dulu dia datangi.

Setelah bus berjalan, Syifa mengaktifkan ponselnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab termasuk dari Harris. Namun dia tak akan menelpon lagi. Cukup sudah. Wanita itu hanya akan mengirim pesan untuk terakhir sebelum dia memutuskan mengganti nomor ponselnya untuk menghilangkan jejak.

"Mas, maafkan aku. Aku pamit. Semoga kamu baik-baik saja kedepannya. Mungkin ini bakal jadi kalimat terakhir aku tentang kamu. Terima kasih telah memberi rasa notifmu. Terima kasih mau mengenal pribadiku yang tidak semua orang tahu. Aku gagal dan hari ini aku berusaha ikhlas untuk semuanya. Maafkan aku, selama ini aku sudah berusaha menjadi yang terbaik untukmu. Tugasku telah usai dan selamat melanjutkan perjalananmu. Selamat tinggal untuk kisah kita."

"Sekarang tak ada lagi aku dan kamu. Jaga dirimu dengan baik dan hiduplah dengan bahagia setelah terlepas hari burukmu bersamaku. Jangan lagi salah memilih orang yang salah seperti diriku yang hanya membuat kamu terluka. Aku mencintaimu dan berbahagialah dengan yang lain. Terima kasih untuk waktu yang telah kita lalui bersama. Mungkin tak akan mudah bagiku melupakan hari bersamamu. Apa lagi ada anak di antara kita. Semoga aku dan kamu bertemu dengan akhir yang bahagia, meskipun dengan orang berbeda."

Pesan itu di kirimkan ke Harris. Setelah itu Syifa kembali mematikan ponselnya.

Harris yang akan menjalankan mobil menuju menghentikan kegiatannya itu. Dia lalu mengambil ponsel dan melihat ada notif pesan masuk dari Syifa. Dia segera membuka dan membacanya.

"Astaghfirullah, apa ini? Mau kemana kamu Syifa. Kamu sudah tak memiliki keluarga," ucap Harris dalam hatinya. Dia langsung menghubungi nomor Syifa tapi sudah tak aktif lagi.

Harris lalu membunyikan klakson agar Nadia cepat keluar dari Villa. Dengan tergesa, wanita itu keluar dan langsung masuk ke mobil.

Setelah Nadia duduk dengan sempurna dan menutup pintu mobil, Harris langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedikit tinggi. Hal itu membuat Nadia heran dan takut.

"Harris, pelan sedikit bawa mobilnya! Aku belum mau mati!" ujar Nadia.

Harris tak menggubris ucapan Nadia, dalam pikirannya hanya bagaimana caranya agar cepat sampai tujuan. Berharap Syifa belum pergi dan hanya pamit.

...----------------...

Note : mama mengambil sebagian kutipan dari novel mama berjudul Lihat aku, Gus. Karena kebetulan kata-kata yang pas dengan novel ini.

Tetap ikuti novel ini dan membaca tiap bab yang update. Terima kasih. Lope-lope sekebon jeruk 😍😍😍😍.

Terpopuler

Comments

YuWie

YuWie

masih ada ya istri tersakiti sangat dalam tapi mendoakan yg baik2..kenapa tdk kau kutuk aja sýif..biar mereka dikejar2 dksa mereka sendiri.

2024-04-26

0

guntur 1609

guntur 1609

pebyesalanmu akan segera tiba. hanya tk kebahagiaan sesaat kau melupakan kebahagiaan selamanya

2024-04-16

0

mentari

mentari

sebagai perempuan bersuami dan bercerai jangan bodoh spt syifa. rumah sdh diberikan, malah pergi tanpa membawa apapun dan status hukum jelas. pikirkan masa depan anak. harga diri tidak membuat kenyang. harusnya dg "modal" dr mantan, bisa digunakan utk membuktikan sbg wanita mandiri

2024-04-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!