Bab Empat

"Tadi ada seseorang menghubungi kamu, dengan nama "mantan terindah". Dia mengajak kamu menginap di villa, Mas" ucap Syifa. Dia berusaha mengucapkan setiap kata dengan penuh penekanan.

Syifa berusaha setenang mungkin saat mengatakan semua itu. Dia tak ingin terlihat cemburu, marah atau apa pun itu. Biar Harris mengira dia tak memiliki perasaan apa-apa.

Harris terkejut mendengar ucapan sang istri. Dia lalu meraih ponsel dan melihat panggilan masuk. Dia lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Menarik rambut frustasi.

"Maaf, Syifa. Aku ingin bicara," ucap Harris. Dia tak bisa menyembunyikan ini lagi. Dia harus mulai jujur dari sekarang.

Syifa kembali berusaha tenang, dia duduk di tepi ranjang. Harris ikut duduk di samping wanita itu. Dia lalu meraih tangan sang istri dan menggenggamnya.

"Syifa, aku akan jujur denganmu ...."

Harris menghentikan ucapannya. Syifa hanya diam mendengar. Dia ingin tahu kejujuran apa yang akan suaminya katakan. Walau jantungnya berdetak lebih cepat, dan dada terasa sesak, dia berusaha tetap tenang.

"Yang menghubungi aku tadi itu Nadia. Mantan istriku," ucap Harris.

"Pantas namanya Mas tulis dengan mantan terindah," balas Syifa dengan suara begitu datar.

"Itu Nadia yang buat sendiri," jawab Harris.

"Sudah sedekat itu lagi Mas dengan mantan istri. Sejauh mana hubungan Mas dengannya. Apa sudah menikah lagi?" tanya Syifa dengan suara terbata.

Bagaimanapun dia berusaha untuk kuat, tapi tetap saja sisi lemahnya sebagai wanita lebih dominan. Istri mana yang tak sakit hati dan kecewa saat tahu sang suami mendua.

"Belum, Syifa ...."

"Tapi sudah sering berhubungan badan?" tanya Syifa. Kali ini tangisnya tak bisa di bendung lagi. Dia sangat kecewa dengan pria itu. Kenapa sampai melakukan zina.

Harris memeluk istrinya yang terisak. Sungguh hatinya merasa sakit melihat wanita itu menangis. Syifa si gadis desa yang selalu ceria dan tersenyum bisa juga menangis. Saat ibunya meninggal saja, dia tampak begitu tegar tanpa mengeluarkan air mata.

"Maafkan aku, Syifa. Jangan menangis. Aku tak pantas kamu tangisi," ucap Harris lagi.

Syifa lalu melepaskan pelukannya. Memandangi wajah suaminya. Pria yang setahun ini menjadi imam dalam rumah tangganya. Jika imam telah melakukan kesalahan, apakah makmum masih wajib taat dan mengikuti. Tentu saja tidak, bukan? Makmum harus berusaha mengingatkan.

"Hentikan perbuatan itu, Mas. Itu dosa besar!" ucap Syifa mengingatkan sang suami.

"Maafkan, aku ...."

"Kenapa minta maaf denganku, Mas?" tanya Syifa lagi.

"Aku akan menghentikan semua kesalahanku ... aku akan menikah kembali dengan Nadia," ucap Harris.

Syifa sangat terkejut mendengar ucapan suaminya. Dia tak menyangka jika pria itu akan mengambil keputusan begini. Dia pikir Harris akan menghentikan perbuatannya dan segera meninggalkan mantan istrinya itu.

"Maksudnya Mas akan poligami?" tanya Syifa dengan suara bergetar.

Harris menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Nadia tak mau poligami. Dia pernah mengatakan itu. Dia tak suka berbagi, begitu yang wanita itu katakan.

"Terus apa yang akan Mas lakukan?" tanya Syifa lagi.

"Mas akan menceraikan kamu!" ucap Harris pelan.

Walau suara yang Harris ucapkan sangat pelan, tapi cukup mampu membuat Syifa terkejut. Dia reflek melepaskan genggaman tangan suaminya. Dia sedikit mundur agar sedikit menjauh dari sang suami.

Dunia ini seakan mau runtuh, mendengar pengakuan sang suami. Dia harus merelakan pria itu dengan wanita yang dia cintai.

'Kenapa aku yang harus diceraikan? Bagaimana dengan anak kita, Mas? Bukankah kamu pernah mengatakan sangat menginginkan keturunan. Kamu juga pernah mengatakan jika salah satu penyebab kamu berpisah dengan mantan istri, karena dia tidak mau hamil," balas Syifa.

"Anak kita belum mengenal siapa ayahnya, jadi aku rasa tak akan sulit bagimu menjelaskan semuanya. Aku akan bertanggung jawab dengan semua kebutuhannya. Aku juga akan sekolahkan hingga perguruan tinggi. Kamu tak perlu kuatir akan kekurangan dana," ucap Harris.

Syifa menggelengkan kepalanya, dia saja tak pernah sekalipun berpikir sejauh ini.

"Mas, seorang anak tidak hanya butuh materi, tapi juga sosok seorang ayah."

"Sekali lagi maafkan aku, Syifa. Aku telah memutuskan akan menceraikan kamu, dan menikah dengan Nadia. Seperti katamu, aku harus menghentikan perbuatan dosa itu dengan menikahi Nadia!" ucap Harris seperti tanpa beban.

"Kenapa kamu harus menceraikan aku, Mas? Apa salahku?" tanya Syifa. Kembali air matanya tumpah membasahi pipi.

"Kamu tidak salah. Cuma aku tak mau berpoligami. Aku takut tak adil," jawab Harris.

"Apa kamu pikir ini adil, Mas? Kamu memutuskan kita harus berpisah karena kamu ingin mengulang cerita dengan mantan istrimu itu. Kamu mengorbankan buah hati kita. Dimana perasaan kamu, Mas!"

Harris kembali menarik napas dalam. Dia sebenarnya juga berat untuk memutuskan ini, tapi dia tak mungkin bisa berpisah dari Nadia. Apa lagi wanita itu telah berubah saat ini. Dia bersedia mengandung buah hati mereka.

Baru saja Harris akan menjawab ucapan Syifa, terdengar ponselnya berdering. Dia melihat nama mantan terindah tertera di layar. Dia ingin mengabaikan, tapi ponsel itu terus berdering. Akhirnya dia memutuskan mengangkatnya.

"Aku mau kamu sekarang juga ke apartemenku, jika tak mau, aku akan bunuh diri!" ancam Nadia.

"Baiklah ... kamu tunggu. Aku akan segera ke sana," jawab Harris.

Harris langsung berdiri. Mengambil dompetnya dan kunci mobil.

"Syifa, nanti kita bicara lagi. Aku harus pergi," ucap Harris. Tanpa menunggu jawaban dan persetujuan dari istrinya itu, dia melangkah pergi.

Syifa tak berusaha mencegah. Karena baginya semua itu percuma. Jika dia memang tak ingin berada di sisinya lagi, untuk apa menahannya.

Setelah Harris menghilang dari pandangannya, tangis Syifa pecah. Dia berpikir kalau suaminya tidak mendengar tangisannya, tapi salah. Pria itu mendengarnya.

"Menangislah Syifa, itu lebih baik dari pada kamu diam. Kamu marah dan mencaci aku itu lebih baik dari pada diacuhkan," ucap Harris.

Pria itu berjalan menuju mobilnya dan langsung melarikan ke arah apartemen Nadia. Dia tahu wanita itu sangat nekat. Ancamannya bisa saja dia lakukan.

Syifa membaringkan tubuhnya yang terasa lelah. Kembali terdengar suara isak nya.

"Ya Allah, tolong yakinkan aku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Genggam tanganku untuk melewati semuanya. Termasuk menerima apa yang tidak aku inginkan. Duhai Yang Maha membolak-balikkan hati, mungkin air mataku banyak menetes, tapi sungguh aku tak pernah menyesali takdir. Mungkin keluhku ada Kau dengar, tapi sungguh aku tak pernah mengutuk apa yang ada. Aku tahu bahwa semua atas kendali-Mu. Tolong peluk aku di saat apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang aku mau."

...----------------...

Terpopuler

Comments

YuWie

YuWie

kuat syifa....mungkin klo karya ini on going aku bakal misuh2 jg bacanya. Sekarang aja pingin ku kuruk harris..laki2 plin plan

2024-04-26

2

Alivaaaa

Alivaaaa

Harris bodoh bin goblok 😤😤
Syifa 😭😭

2024-04-16

0

Ulfatul Imaroh

Ulfatul Imaroh

laki kyk gt enaknya dikebiri..

2024-05-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!