Bab Lima

Syifa mengganti pakaiannya. Dia ingin ke rumah mertuanya. Akan mengatakan semua yang suaminya lakukan.

Setelah berpakaian rapi, Syifa memesan taksi yang akan membawanya ke rumah orang tua Harris. Walau akhirnya mereka akan berpisah, wanita itu ingin semua dilakukan secara baik-baik. Kedua mertuanya sangat baik dengannya selama ini.

Perjalanan menuju ke rumah mertuanya memakan waktu satu jam, di dalam taksi, Syifa hanya termenung. Air matanya tanpa sadar jatuh membasahi pipi.

Kamu nggak bisa ya jadikan aku Ratumu? Kenapa? Padahal aku siap menjadikan kamu Raja yang bertahta walau tanpa Mahkota.Tapi aku lupa, Raja itu punya banyak SELIR. Kamu nggak bisa ya jadikan aku satu-satunya? Kenapa? Padahal aku siap mengabdikan seluruh hidupku untukmu walau itu sulit sekalipun. Tapi aku lupa, kalau kamu bukan hanya milikku lagi. Sekarang aku harus tahu posisiku. Sekarang aku tahu tempatku. Sekarang aku tahu rumahku. Semua sudah tidak sama lagi. Apakah aku harus pergi?

**

Di tempat lain, Nadia dan Harris ternyata juga menuju rumah orang tua pria itu. Dia ingin mengatakan jika mereka akan segera menikah lagi.

"Jadi kamu sudah mengatakan pada Syifa jika kalian akan bercerai?" tanya Nadia dengan suara yang riang. Dia bahagia karena akhirnya keinginan dia akan segera terkabul. Memiliki Harris kembali.

"Ya ...," jawab Harris singkat. Entah mengapa dari tadi dia teringat terus dengan Syifa. Terngiang suara tangis wanita itu.

Harris menjalankan mobil tanpa suara. Begitu juga dengan Nadia. Mereka larut dalam pikiran masing-masing. Hingga sampai di halaman rumah orang tuanya.

Harris dan Nadia berjalan masuk ke rumah. Ibunya sedang asyik bermain ponsel saat keduanya masuk. Ayahnya sedang di kantor.

"Selamat Siang, Bu," sapa Nadia. Dia lalu memilih duduk di samping mantan ibu mertuanya itu.

"Ada apa ini? Kenapa kalian berdua datang?" tanya Ibu Marni.

Harris tak menjawab pertanyaan ibunya. Dia menyalami dan mencium tangan sang ibunda.

"Apa gerangan yang membuat kalian datang ke sini?" tanya Ibu Marni lagi.

"Apa aku tak boleh datang, Bu? Sebentar lagi aku pasti akan sering ke sini karena kami akan menikah kembali," ucap Nadia.

Ibu Marni terkejut mendengar ucapan Nadia. Dia memang telah mengetahui jika sang putra kembali menjalin hubungan dengan mantan istrinya itu, tapi tidak menyangka akan sejauh dan secepat ini mereka akan menikah.

Ibu Marni telah mengingatkan sang putra, tapi karena cinta butanya, Harris tak mendengar nasehat ibundanya. Dia yakin sekali jika Nadia telah berubah.

"Apa kamu sudah pikirkan semua ini, Harris? Bagaimana dengan calon anakmu? Bukankah dari dulu kau menginginkan keturunan?" tanya Ibu Marni dengan sang putra.

Belum sempat Harris menjawab, Nadia sudah angkat bicara. Tampak sekali jika dia yang menguasai pria itu.

"Harris akan tetap bertanggung jawab dengan anaknya. Lagi pula, dia belum lahir. Tak akan merasa kehilangan seorang ayah. Apa lagi jika Syifa nantinya menikah lagi. Mengenai keturunan, aku akan memberikan Harris anak yang banyak. Ibu tak perlu kuatir," jawab Nadia.

"Ibu bertanya dengan Harris bukan kamu!" balas Ibu Marni dengan suara penuh penekanan.

Nadia terlihat cemberut mendengar ucapan mantan mertuanya itu. Dulu, saat dia masih jadi istri Harris, dia juga kurang cocok dengan Ibu Marni. Namun, dengan ayah mertuanya cukup dekat.

"Apa yang dikatakan Nadia itu benar, Bu. Aku akan bertanggung jawab dengan anakku hingga dia dewasa. Aku tak akan membiarkan mereka terlantar. Akan aku berikan nafkah seperti biasanya," jawab Harris.

Mendengar ucapan Harris, sepertinya Nadia tidak bisa terima. Dia merubah duduknya menghadap ke mantan suaminya itu.

"Kamu tak bisa memberikan nafkah sama besar dengan yang kamu berikan sekarang, Mas. Kewajiban kamu hanya pada anak, bukan mantan istri. Jika kita telah menikah, aku yang menjadi kewajiban kamu!" ucap Nadia.

"Aku tahu, Nadia. Kamu dan Syifa akan mendapatkan uang belanja yang sesuai. Jangan takut," balas Harris.

Ibu Marni tampak menarik napas mendengar ucapan mantan menantunya itu. Dia sudah berulang kali mengingatkan Harris jika Nadia bukanlah istri yang baik. Namun, dia tak pernah mendengarnya. Biarkan saja dijalani, nanti akan bisa membandingkan sendiri.

"Jadi tekat kamu sudah bulat untuk berpisah dari Syifa?" tanya Ibu Marni lagi.

"Ya, Bu. Aku sudah mengatakan tadi pagi dengan Syifa," jawab Harris.

Tanpa mereka sadari, Syifa mendengar semuanya. Dia tadinya ingin masuk, tapi mendengar apa yang sedang mereka bicarakan, wanita itu mengurungkan niatnya.

Dadanya terasa sesak mendengar ucapan sang suami. Namun, dia tak akan menangisi semua ini. Buat apa bertahan jika orang yang kita pertahankan tidak mau.

Syifa akhirnya memantapkan diri untuk berpisah. Jika tadi dia bermaksud mengadu pada mertuanya agar Ibu Marni bisa membujuk Harris untuk mengurungkan niatnya menceraikan dirinya, tapi sekarang justru dia yang ingin secepatnya pergi dari pria itu.

Syifa menarik napas dalam. Dia berusaha menguatkan dirinya. Dia harus menghadapi semua ini. Wanita itu mengetuk pintu. Terdengar seseorang berjalan membukakan pintu. Bi Imah membuka pintu dan terkejut melihat kehadiran Syifa.

Dia menatap ke arah Ibu Marni. Syifa lalu masuk dan tersenyum pada ibu mertuanya. Dia menyalami dan mencium tangan wanita itu. Ibunya Harris itu tampak sedikit syok dengan kehadiran menantunya. Begitu juga dengan Harris. Wajahnya langsung berubah tegang.

Syifa mendekati sang suami dan mencium tangan pria itu. Dia masih harus tetap menghormati Harris hingga nanti dia resmi mengajukan surat cerai. Dia juga tak lupa menyalami Nadia.

"Dengan siapa kamu datang, Nak?" tanya Ibu Marni dengan suara sedikit gemetar.

"Sendiri, Bu. Aku kangen Ibu. Akhir-akhir ini Mas Harris begitu sibuk, kadang lembur hingga pagi. Jadi aku putuskan untuk datang sendiri. Bu, Maafkan aku jika selama menjadi istri Mas Harris pernah melakukan kesalahan," ucap Syifa. Dia berusaha menahan air mata agar tak jatuh membasahi pipi.

Harris hanya diam, tak tahu harus berkata apa. Dia tak menyangka jika sang istri akan ke sini juga. Nadia memandangi Syifa tanpa kedip. Dia lalu berkata sesuatu.

"Jadi ini yang namanya Syifa, istri kedua Harris. Kenalkan, aku Nadia, istri pertamanya Harris," ucap Nadia dengan mengulurkan tangannya.

Syifa menyambut uluran tangan wanita itu dan membalas ucapan wanita itu, "Istri pertama atau mantan istri pertama, Mbak? Karena saat aku menikah dengan Mas Harris, dia telah resmi berpisah dengan mantan istrinya. Jika masih ada ikatan aku tak akan mau menikah dengan Mas Harris jika dia masih ada ikatan pernikahan. Aku bukan wanita perebut suami orang, aku tak akan merebut kebahagiaan wanita lain," balas Syifa dengan ucapan yang penuh penekanan.

...----------------...

Terpopuler

Comments

YuWie

YuWie

menohok bagi yg waras

2024-04-26

0

sherly

sherly

emang bodoh nih Haris

2024-04-22

0

sur yati

sur yati

cari kebahagiaan mu Sifa moga kmu dpt yg lbh baik

2024-04-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!