Bab Sembilan

Harris mengantar Nadia ke apartemennya, tapi dia tak turun atau mampir. Dia ingin segera pulang. Entah mengapa dari tadi perasaannya tidak enak.

"Kamu kenapa tak keluar, apa tak mau mampir dulu?" tanya Nadia melihat Harris tetap memegang setir mobil.

"Aku mau langsung pulang," jawab Harris.

Nadia mengurungkan niatnya keluar dari mobil. Memandangi wajah pria itu dengan tatapan tajam.

"Kenapa sekarang kamu jadi ingin cepat pulang? Apa kamu ingin membatalkan perceraian?" tanya Nadia. Dia kuatir kalau Harris akan kembali pada Syifa dan membatalkan perceraian mereka. Dia dapat melihat ada cinta di mata pria itu yang belum dia sadari.

"Nadia, aku baru menjatuhkan talak pada Syifa. Itu berarti secara agama baru kami pisah. Secara hukum dia masih istriku yang sah. Aku masih bertanggung jawab dengannya. Jangan mengintimidasi aku. Nanti aku justru benar-benar akan membatalkan perceraian kami. Aku sudah mengambil keputusan besar ini, mana mungkin merubahnya dalam sekejap," jawab Harris.

Terkadang sifat mendominasi Nadia yang kurang Harris suka. Namun, terkadang dia begitu manjanya membuat sisi laki-lakinya merasa sangat dihargai. Nadia terdiam. Dia lalu memeluk Harris.

"Aku sangat mencintaimu. Kamu bisa lihat sendiri, tiga tahun kita berpisah, aku belum mencari penggantimu. Aku menyesal dulu memilih berpisah darimu. Makanya aku saat ini takut kehilanganmu untuk kedua kalinya. Aku harap kamu mengerti," ucap Nadia dengan manjanya.

Melihat Nadia yang bicara lembut dengan bergelayut manja di lengannya membuat Harris menjadi luluh. Dikecupnya pucuk kepala sang mantan istri.

"Percayalah, Nadia. Aku telah memilihmu. Itu artinya kamu prioritasku. Tapi kamu juga harus memahami aku. Di rahim Syifa ada darah dagingku. Aku tak bisa mengabaikan begitu saja. Aku juga harus pulang untuk mengambil baju dan semua barang milikku yang masih aku butuhkan. Aku mohon pengertian darimu," ucap Harris.

Nadia menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Dia melepaskan pelukannya di lengan sang pria. Memberikan senyuman termanisnya.

"Aku mengerti. Ambillah pakaianmu. Jika tak ada tempat tinggal, kamu bisa menginap di apartemenku. Tak akan ada yang melarang," balas Nadia.

"Untuk sementara aku akan tinggal di hotel saja. Untuk menjaga nama baikmu. Takut ada wartawan yang melihat dan dijadikan bahan gosip. Selama ini kita telah bisa menyembunyikan hubungan ini, jangan sampai akhirnya ke cium sebelum kita menikah," ucap Harris lagi.

Nadia menganggukan kepalanya lagi, tanda setuju. Dalam hatinya berkata, jika dia harus mengikuti semua ucapan Harris sebelum mereka resmi menikah. Dia tak mau pria itu membatalkan rencana untuk mereka bersatu lagi.

Harris melajukan mobilnya setelah Nadia keluar dari mobilnya. Dia ingin segera sampai ke rumah. Setengah jam kemudian pria itu sampai. Dia melihat rumah sangat sepi. Lampu teras dihidupkan, membuat pikiran Harris makin tak karuan. Dia makin tak sabar ingin membuka pintu rumah.

Dengan kunci yang dia bawa, Harris membukanya. Dia melihat suasana rumah yang berbeda. Terasa sangat sunyi. Biasanya, setiap dia membuka pintu, Syifa sudah menyambut dengan menyalami tangannya.

Harris masuk ke kamar, berharap istrinya ada di dalam sedang tidur atau berbaring. Matanya tertuju pada nakas di samping tempat tidur. Dia melihat cincin pernikahan mereka.

Di dekat cincin terdapat selembar kertas. Ada tulisan tangan Syifa. Dengan tangan gemetar Harris meraih dan membacanya.

Mas, aku pamit. Aku tahu kepergianku tidak akan membuatmu merasa kehilangan, karena jika kamu takut kehilangan, kamu pasti akan berjuang untuk hubungan ini. Kepergianku tidak akan membuatmu berpikir bahwa kamu telah menyia-nyiakan aku. Pun tidak akan membuatmu sadar bahwa akulah seseorang yang selalu ingin melihatmu bahagia. Meskipun perjuanganku tak pernah kau hiraukan, bahkan dengan mudah kau patahkan. Sekarang berbahagialah, setidaknya aku yang tak pernah kau anggap ini telah pergi dari hidupmu. Satu hal, orang yang kamu paksa menjauh kini sadar dan tahu caranya berjalan mundur.

Harris menarik rambutnya frustasi setelah membaca surat yang ditinggalkan Syifa. Dia tak menyangka jika wanita itu nekat pergi, padahal tak ada satu tempat pun yang bisa dia tuju.

Dengan tergesa Harris lalu keluar rumah. Dia masuk ke mobil dan melajukan menuju rumah orang tuanya.

Satu jam diperjalanan dia sampai di rumah orang tuanya. Harris langsung masuk dan mencari keberadaan sang ibu. Melihat ibunya yang sedang makan malam, dia lalu duduk dihadapan wanita itu.

"Apakah Ibu tau kemana Syifa pergi?" tanya Harris tanpa basa-basi. Dia tak sabar ingin tahu kabar istrinya itu, atau tepatnya mantan istri karena dia telah menjatuhkan talak pada wanita itu.

"Kenapa kamu tanyakan dengan Ibu? Memang dia tak ada di rumah?" tanya Ibu Marni tampak agak kuatir.

Harris hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban. Dia tak tahu harus berkata apa lagi. Semua terjadi begitu cepat. Baru kemarin rasanya mereka berbahagia saat mengetahui kalau Syifa sedang hamil.

Teringat pagi itu, Syifa yang biasanya setiap pagi sehabis solat subuh masak, justru membaringkan tubuhnya kembali.

Harris lalu membangunkan sang istri. Namun, Syifa mengatakan jika kepalanya sangat pusing. Sehingga Harris mengajak ke rumah sakit. Tenyata istrinya hamil.

Harris kembali menarik napas dalam. Mengusap wajahnya kasar dan menarik rambut dengan frustasi. Dia takut terjadi sesuatu dengan Syifa dan calon anak mereka. Tak akan bisa dia maafkan kesalahannya.

"Ibu merasa kamu sangat bodoh. Padahal kamu sangat menginginkan kehadiran seorang anak, di saat Syifa bisa memberikan itu justru kamu lepaskan. Istri mana yang tak sakit hati mengetahui sang suami berselingkuh hingga berhubungan badan. Jika Ibu jadi Syifa, pasti akan melakukan hal yang sama. Ibu hanya berharap kamu tak akan menyesali keputusan kamu ini!" ucap ibu Marni dengan kata-kata tegas.

Harris tidak bisa berkata apa pun. Dia memang merasa bersalah. Kenapa begitu cepatnya menjatuhkan talak, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi setelahnya.

"Seharusnya kamu tidak jatuh ke dalam lobang yang sama. Hanya keledai yang melakukan itu. Apakah kamu yakin Nadia akan mau hamil, bukan hanya janji karena ingin kembali padamu saja? Atau apakah kamu yakin jika Nadia itu subur? Siapa tahu dia tak bisa memberikan keturunan?" tanya Ibu Marni membuat Harris jadi terdiam.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Ayu galih wulandari

Ayu galih wulandari

Pria yg rk pantas untuk di cintai

2024-05-01

0

YuWie

YuWie

mpus..blm2 sdh dikutuk ibumu sendiri tuh

2024-04-26

0

guntur 1609

guntur 1609

emang betul karna si haris emang keledai

2024-04-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!