Bab Sebelas

Setelah melaksanakan salat subuh, Syifa langsung menuju dapur. Dia membuat banyak makanan untuk di jual di kantin sekolah. Inilah kegiatan rutin yang dia lakukan lima tahun belakangan ini. Sejak pindah ke kota ini, dia menitipkan berbagai jenis makanan di kantin salah satu sekolah.

Putranya saat ini telah berusia empat tahun lebih. Sudah bersekolah di taman kanak-kanak. Syifa memberikan nama untuk sang buah hati, Adam Ashraf Zuhair , yang artinya Manusia yang mulia, paling terhormat, dan cemerlang. Dengan nama panggilan Adam.

Sedang asyik memasak, Syifa tak menyadari kehadiran sang buah hati. Dia memeluk sang bunda dari belakang dan mencium rambut panjangnya.

"Assalamualaikum, Bundanya Adam!" sapa bocah itu.

"Waalaikumsalam, pangerannya bunda," balas Syifa.

Syifa mengehentikan kegiatannya dan memeluk sang putra. Adam baru saja pulang dari mesjid. Jika bundanya langsung pulang sehabis solat, dia akan ikut mengaji dahulu.

"Adam pulang dengan siapa?" tanya Syifa dengan suara yang lembut.

"Tadi di antar sama ustad Haikal," jawab Adam.

Haikal Fathan Ghazawan, sebenarnya bukanlah seorang ustad. Dia hanyalah seorang pria yang kebetulan mengerti agama. Itulah kenapa terkadang dia tak suka di panggil ustad. Takut menjadi beban baginya. Haikal sebenarnya seorang pengusaha, tapi dia jarang datang ke perusahaan dan lebih sering mengajari anak-anak sekitar sini mengaji.

"Bunda sudah sering katakan, jangan membuat repot ustad Haikal. Adam berani'kan pulang sendiri?" tanya Syifa.

Jarak mesjid ke rumah, hanya sekitar lima puluh meter. Jika Haikal tidak datang ke mesjid, Adam biasanya pulang jalan kaki sendirian.

"Aku sudah menolaknya, Bunda. Tapi ustad Haikal memaksa. Dia juga memberi ini untukku," ucap Adam dan memperlihatkan sesuatu.

Syifa membuka paper bag yang ditunjukkan sang putra. Berisi semua perlengkapan sekolah dan bisa di tebak harganya cukup mahal.

Syifa tak begitu tahu siapa Haikal, walau dia telah mengenal pria itu sejak pertama pindah ke kota ini. Dia juga yang mengenalkan wanita itu pada ibu kantin, tempat menitipkan dagangannya.

Namun, Syifa tak pernah mencari tahu siapa Haikal. Lima tahun tinggal di daerah sini, dia hanya keluar untuk solat atau mendengar pengajian. Jarang berkumpul dengan tetangga lainnya.

"Apa Adam sudah mengucapkan terima kasih, Nak?" tanya Syifa. Sebenarnya dia tak ingin Haikal memberi sesuatu pada putranya. Takut terjadi salah paham dari tetangga.

Saat ini saja, Syifa sedikit menjaga jarak dari Haikal, karena pernah mendengar para tetangga mengatakan mereka ada hubungan. Padahal dia hanya sekedar berteman saja.

"Tentu saja, Bunda," jawab Adam.

"Sekarang Adam mandi. Setelah itu sarapan. Bunda lanjutkan masakan dulu," balas Syifa.

"Baik, Bunda," ujar Adam.

Adam memang dibiasakan mandiri. Dari usia empat tahun, dia telah mandi sendiri dan mempersiapkan semua sendiri, termasuk perlengkapan sekolah. Anaknya tidak pernah menuntut apa pun, mungkin dia sadar jika sang bunda hanyalah seorang single mom.

Syifa membungkus masakannya. Dia membuat risoles, tahu isi, mi goreng dan nasi goreng. Wanita itu juga berjualan pakaian secara online. Sehingga pendapatannya sebenarnya cukup untuk menghidupi satu putra. Namun, dia tak memanjakan Adam karena ingin anaknya menjadi seorang pemuda mandiri dan semangat bekerja bukan mengandalkan orang tua saja.

Rumah yang dia tempati saat ini juga telah di beli, bukan kontrak lagi. Syifa juga telah merenovasi sedikit. Sehingga rumahnya cukup bagus.

Setelah mandi dan berpakaian rapi, Adam keluar dari kamarnya. Dia lalu menuju meja makan. Syifa telah menyiapkan bekal dan juga sarapan buat putranya.

"Sarapanlah dulu. Bunda mau ganti pakaian," ucap Syifa.

Dia lalu mengganti bajunya dengan yang lebih tertutup. Syifa akan mengantar sang putra ke sekolah dengan motornya. Sebelum mengantar Adam ke sekolah, biasanya dia akan menitipkan dagangannya terlebih dahulu. Anak sekolah itu akan membelinya untuk sarapan.

"Sudah selesai sarapannya?" tanya Syifa, saat muncul di hadapan sang putra.

"Sudah, Bunda. Mari kita berangkat," ucap Adam dengan riang.

Syifa tersenyum melihat keceriaan sang putra. Padahal dia terpaksa berangkat pagi walau masuk sekolah jam delapan, karena menemani sang bunda menitipkan makanan ke tiga sekolah.

Setiap melihat putranya, Syifa masih terus teringat pada Harris. Wajah sang putra yang begitu mirip dengan mantan suaminya itu, membuat dia terus mengingat pengkhianat pria itu.

Syifa masih teringat, awal dia menjalankan hidup seorang diri di kota ini, hanya tangis yang mengisi setiap hari-harinya. Dengan modal simpanan dan uang dari mertua dia melanjutkan hidup. Hingga dua bulan berlalu. Dia sadar harus mencari nafkah, tak mungkin hanya mengandalkan uang simpanan. Syifa lalu mencoba melamar sebagai tenaga pencuci piring dan pelayan di sebuah rumah makan.

Di sana awalnya dia bertemu Haikal. Pria itu sedang makan saat mereka awal kenalan. Dia bertanya, apakah rumah makan itu milik Syifa. Wanita itu menjawab, dia hanya seorang pekerja. Mereka akhirnya sedikit mengobrol, karena kebetulan pelanggan sedang sepi.

Haikal lalu memberikan solusi, bagaimana jika dia menitipkan makanan saja ke kantin-kantin sekolah. Kebetulan dia mengenal pemilik sekolah dan juga ibu kantinnya. Syifa pikir, itu lebih baik dari pada dia harus bekerja sebagai pelayan. Akhirnya dia berhenti dan mulai berjualan makanan.

Syifa yang memang pintar masak, membuat semua makanan yang dia jual disukai anak-anak. Selama ini makanan yang dia titipkan selalu habis dan laku terjual. Sehingga memiliki tabungan yang cukup.

***

Di tempat lain, Harris yang akan bersiap ke luar kota, sedang menyusun pakaiannya ke koper. Nadia yang melihat itu jadi bertanya.

"Kamu mau kemana, Harris?" tanya wanita itu.

"Aku harus ke luar kota. Ada sedikit proyek. Siapa tahu kali ini proyeknya menguntungkan dan bisa menutupi pinjaman perusahaan," jawab Harris.

Perusahaan Harris saat ini memang sedang mengalami krisis keuangan. Dia meminjam uang di bank dengan jaminan rumah orang tuanya. Ibu Marni terpaksa setuju karena saat ini dia sedang sakit. Dia hanya terbaring di tempat tidur tanpa bisa melakukan apa pun.

"Aku ikut. Aku bosan jika harus di rumah terus," balas Nadia.

Sudah hampir dua tahun Nadia sudah tidak bekerja sebagai model atau pemain sinetron lagi. Selain karena memang dia jarang ditawari produser, juga untuk melancarkan program kehamilannya. Sejak mengalami keguguran empat tahun lalu, hingga saat ini dia belum hamil juga.

"Siapa yang akan menjaga ibu jika kamu ikut?" tanya Harris.

"Bukankah ada perawat yang menjaga ibumu!" jawab Nadia.

"Walau begitu, kamu harus tetap di rumah untuk mengawasi. Bagaimana mungkin ibu ditinggal dengan perawat saja," balas Harris.

"Ada Bi Imah," ucap Nadia lagi.

"Nadia, kamu hanya melihat dan mengawasi saja. Bukan menjaga ibuku. Itu juga kamu keberatan. Lagi pula dokter melarang kamu kelelahan jika ingin hamil," ujar Harris lagi.

"Kamu pikir aku akan bisa hamil jika setiap hari stres. Aku bosan di rumah!" kata Nadia dengan nada sedikit tinggi.

Harris menarik napas berat. Selalu saja begini. Rumah tangganya hampir setiap hari diisi pertengkaran. Membuat dirinya merasa bosan.

"Tak bisa Nadia, aku bukan pergi jalan-jalan. Aku bekerja," jawab Harris lagi.

"Apa kamu pikir aku ini wanita bodoh? Aku tahu kamu ada wanita lain di luar sana!" ucap Nadia dengan nada penuh penekanan. Dia pernah mendengar isu tentang perselingkuhan Harris dan sekretarisnya.

...----------------...

Terpopuler

Comments

YuWie

YuWie

wkwkkwkk..sdh mulai kan kan..

2024-04-26

0

guntur 1609

guntur 1609

mampus kau..bala sedang kau terima. kau menzolimi istrimu sendiri

2024-04-16

0

S

S

hahaha....karmanya begitu cepat ya seperti kereta ekspres saja tapi aku belum lega kalo belum liat harris jadi gelandangan.Smoga saja segera jadi gelandangan

2024-04-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!