Bab Delapan Belas

Harris terdiam mendengar ucapan dari Syifa. Memang dia pernah berkata begitu. Namun, bukan bermaksud lari dari tanggung jawab. Bukankah dia dari awal sudah mengatakan pada mantan istri keduanya itu jika akan tetap memberikan nafkah dan juga uang buat memenuhi kebutuhan. Tapi istrinya lah yang kabur.

"Maaf, Syifa. Kamu pasti salah menangkap maksud ucapanku dulu. Aku mengatakan itu bukan untuk melupakan darah dagingku. Bukankah dari awal aku sudah katakan jika aku tetap akan bertanggung jawab dengan semua biaya anakku kelak. Apakah kamu pergi dari rumah karena salah paham ini?" tanya Harris lagi.

Syifa tertawa pelan mendengar ucapan Harris. Sekarang dia merasa menjadi korban. Padahal dia tokoh utama sebagai pelaku.

"Salah paham? Aku tidak salah paham, Mas. Walau aku hanyalah tamatan sekolah menengah pertama, tapi aku tau maksud ucapanmu. Kamu mengatakan itu seolah anakku nanti tak akan merasa kehilangan sosok seorang ayah karena dia belum mengenal kamu. Ucapanmu benar, Mas. Buktinya saat ini memang Adam tak pernah menanyakan keberadaan ayahnya karena telah ada sosok pengganti kamu, Mas," ujar Syifa penuh penekanan.

Harris menarik napasnya mendengar kalimat terakhir dari ucapan Syifa. Hatinya sakit menerima kenyataan jika Adam memang lebih dekat dengan pria lain dari pada dirinya yang merupakan ayah kandungnya.

"Syifa, kau salah melakukan semua ini. Siapa pun pria itu, tak akan bisa menggantikan sosok ayah kandungnya. Jangan buat anakmu menjadi anak durhaka karena tak mau mengenal ayahnya. Mantan istri itu ada, tapi mantan ayah atau mantan anak itu tak ada. Selamanya hubungan ayah dan anak tak bisa digantikan!" ucap Nadia.

Syifa tersenyum miris mendengar ucapan wanita yang telah menghancurkan rumah tangganya itu. Sekarang dia bicara dengan bijaknya, apakah wanita itu tidak sadar, jika semua ini karena ulahnya yang telah memisahkan anak dan ayah.

"Jangan takut, aku tak akan membuat Adam durhaka pada ayahnya. Suatu hari, aku pasti akan mengatakan juga siapa ayah kandungnya. Namun, untuk saat ini aku tak mau membuat dia sedih karena mengetahui ayahnya bukanlah seperti yang dia harapkan, seorang ayah yang selalu ada di saat dia membutuhkan. Yang dia tahu saat ini, hanyalah Mas Haikal yang selalu ada di sampingnya," jawab Syifa.

Syifa berusaha mengatakan semuanya dengan tegas. Dia tak mau tampak rapuh di hadapan kedua orang itu. Walau sebenarnya dadanya sesak karena harus mengingat kembali peristiwa lima tahun lalu yang berusaha dia lupakan.

"Maafkan aku, Syifa. Aku memang salah. Tapi aku mau kamu beri aku kesempatan untuk mengenal putraku. Sakit rasanya melihat putra sendiri lebih dekat dengan pria lain dari pada ayah kandungnya," balas Harris.

"Sakit ...? Lebih sakit mana jika dia tahu kamu mencampakkan dan melupakan dirinya sejak masih dalam kandungan? Apa kamu tahu Mas, bagaimana aku dan Adam menjalani hidup selama ini?" tanya Syifa dengan suara yang sedikit meninggi.

"Sudahlah Harris, tak ada guna bicara dengan wanita keras kepala begini. Aku jadi saksi saat Harris mengatakan akan membiayai hidupmu dan Anakmu walau kalian telah cerai. Kurang tanggung jawab apa lagi Harris. Kau yang memilih pergi, dan jika kau mengalami penderitaan, itu salahmu. Kenapa kau limpahkan semua kesalahan pada Harris. Kau juga tidak tahu bagaimana dalam lima tahun ini dia terus mencari keberadaan kamu hanya untuk tetap bertanggung jawab. Jadi salahnya dimana? Kau sendiri yang membuat hidupmu susah dengan pergi dari rumah!" ujar Nadia dengan nada tinggi.

Syifa kembali tersenyum menanggapi ucapan wanita itu. Memang dia yang memilih pergi. Namun, semua dia lakukan demi kewarasannya. Dia takut jika masih tetap bertahan akan membuat stres dan mempengaruhi kehamilan. Beruntung saja Adam lahir dengan sehat walau tiap malam dia harus menangisi jalan hidupnya.

"Sudahlah Nadia. Aku minta kamu diam saja. Biarkan aku dan Syifa menyelesaikan semua ini," ucap Harris.

"Aku ini istrimu, kenapa aku tak boleh ikut campur?" tanya Nadia, tak terima dengan ucapan suaminya itu.

"Sudah aku katakan, kamu diam saja! Ini tentang aku, Syifa dan putraku. Tidak ada hubungan denganmu!" ucap Harris sedikit emosi.

"Aku rasa memang benar apa yang Mbak Nadia katakan, tak ada gunanya bicara denganku. Lebih baik kita akhiri obrolan ini!" balas Syifa.

"Syifa, aku hanya ingin mengatakan jika ibu sangat merindukan kamu dan putra kita. Saat ini ibu terbaring sakit karena memikirkan kalian. Aku mohon, temui ibuku. Jika kamu marah padaku, silakan membenciku! Tapi tolonglah bawa Adam kehadapan ibu. Dia memohon padaku agar dipertemukan denganmu dan cucunya sebelum ajal menjemput," kata Harris.

Mendengar ucapan Harris, Syifa terdiam. Dia jadi kepikiran dengan mertuanya itu. Wanita yang sangat baik dan perhatian. Selama pernikahannya dengan Harris tak pernah sekalipun menyakiti hatinya.

"Bagaimana Syifa? Apa kamu mau dan bersedia menemui Ibu?" tanya Harris selanjutnya.

"Akan aku pikirkan dulu, Mas. Aku juga harus ...," ucapan Syifa terhenti karena Adam memanggilnya.

"Bunda, aku sudah bosan main. Kita makan es krim sama Abi aja, Bun," ajak Adam.

"Kamu harus apa, Syifa?" tanya Harris sambil memandangi Adam yang menggenggam tangan Syifa.

"Aku harus minta izin dulu dengan calon suamiku, Mas Haikal," jawab Syifa.

Syifa tersenyum sambil menganggukan kepalanya minta persetujuan dari Haikal. Dalam hatinya wanita itu ingin sekali bertemu dengan ibu mertuanya, tapi dia harus mempertimbangkan banyak hal, termasuk mental sang putra saat mengetahui jika Harris adalah ayah kandungnya.

Haikal tersenyum menanggapi ucapan Syifa. Harris dan Nadia hanya terdiam. Tak tahu harus mengatakan apa. Mereka terkejut mengetahui kenyataan ini. Apa lagi Harris. Dia baru mengetahui siapa Haikal dan sekarang dikejutkan dengan pernyataan Syifa jika atasannya itu calon suami mantan istri keduanya itu.

"Haikal ini calon suami kamu?" tanya Harris untuk meyakinkan.

Syifa terdiam saat Harris menanyakan ulang ucapannya. Wanita itu takut Haikal tak terima kebohongannya.

"Betul Pak Harris. Hubunganku dan Syifa telah hampir lima tahun," jawab Haikal untuk meyakinkan Harris.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Tuty Tuty

Tuty Tuty

jakah telak haris selamat haikal 🥰🥰🥰🥰🥰

2024-04-26

0

ꪶꫝ༄༅⃟𝐐MD𝕿𝖎𝖌𝖊𝖗⒋ⷨ͢⚤☠️⃝⃟𝑽

ꪶꫝ༄༅⃟𝐐MD𝕿𝖎𝖌𝖊𝖗⒋ⷨ͢⚤☠️⃝⃟𝑽

suuzon ntar sih Nadia

2024-03-23

0

Yunia Afida

Yunia Afida

pelakor bicara begitu, kamu belum ngalamin, mending pergi jauh tapi mental kuat

2024-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!