Bab Tiga Belas

Adam dan Syifa berjalan bergandengan tangan memasuki restoran. Tampak keceriaan di wajah bocah itu. Dia pasti senang karena di bawa jalan-jalan. Bundanya memang jarang membawa anak itu jalan ke luar rumah seperti hari ini.

Adam merasa senang sekali bisa berada di restoran ini, merasa seperti seorang pangeran yang sedang dinikmati oleh kemewahan di sekitarnya. Bundanya, Syifa, tersenyum manis melihat ekspresi kebahagiaan anaknya.

Sambil menunggu kehadiran Haikal, Syifa memesan hidangan favorit putranya Adam, yaitu es krim. Putranya itu mulai menikmati es krimnya. Adam menceritakan cerita lucu tentang teman-temannya di sekolah dan Syifa tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

Adam merasa begitu beruntung memiliki seorang bunda yang selalu menyayanginya dan siap memberikan yang terbaik untuknya. Dia berjanji dalam hati bahwa dia akan selalu berusaha untuk menjadi anak yang baik dan membuat bundanya bangga.

Sementara anaknya menikmati es krim, Syifa membuka laptopnya. Melihat pesanan dari jualan online-nya.

Keduanya tak menyadari kehadiran Haikal. Mungkin terlalu fokus dengan kegiatan masing-masing.

"Assalamualaikum Dek Syifa, assalamualaikum Adam," sapa Haikal.

Sapaan dari Haikal itu mampu membuat keduanya terkejut. Adam langsung berdiri dari duduknya dan berlari menghampiri Haikal. Dia langsung memeluk pria itu. Syifa yang melihat itu menjadi sedih.

Adam selalu saja begitu setiap bertemu Haikal. Dari dia kecil, pria dewasa yang dekat dan dikenalnya hanya Haikal. Sehingga begitu dekatnya. Mungkin bocah itu merindukan sosok ayah.

"Waalaikumsalam, Ustad," jawab Adam begitu sampai di hadapan pria itu.

Haikal mengangkat tubuh bocah itu dan menggendongnya. Mengecup kedua pipinya.

"Ustad tau dari mana Adam ada di sini?" tanya Adam yang berada di pangkuan Haikal.

"Tau dari bau tubuh Adam," jawab Haikal dengan tersenyum.

"Apa tubuh Adam bau amis ya, Ustad?" Adam balik bertanya dengan polosnya. Haikal jadi tersenyum dan mengacak rambut bocah itu.

"Tubuh Adam wangi kok. Sudah dibilang, jangan panggil ustad," balas Haikal dengan mencubit hidung Adam dengan pelan.

"Terus, Adam panggil apa?" tanya Adam dengan wajah polosnya.

"Panggil Abi saja," jawab Haikal.

Jawaban Haikal membuat Syifa terkejut. Bagaimana mungkin Adam memanggil pria itu dengan sebutan Abi. Apa kata orang-orang yang mendengarnya. Pasti akan salah paham.

"Kalau gitu mulai besok Adam panggil Abi saja," ujar Adam dengan polosnya.

"Jangan panggil Abi, Sayang. Panggil Om saja." Syifa akhirnya buka suara. Haikal memandangi wanita itu saat dia menjawab ucapan Adam.

"Kenapa tak boleh, Dek Syifa? Biar saja Adam memanggil aku Abi, dari pada Ustad," balas Haikal.

"Mas Haikal, apa kata orang yang mendengarnya. Mas bukan ayah Adam, nanti akan jadi salah paham," jawab Syifa pelan.

Adam sudah sering menanyakan siapa ayahnya. Syifa hanya menjawab jika ayahnya tinggal di kota berbeda dan suatu saat nanti pasti mereka akan bertemu.

"Jangan dengarkan apa kata orang yang membencimu, jadikan itu sebagai motivasi. Jangan diambil hati. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan, ucapkan apa yang ingin kamu ucapkan. Selama itu positif selalu ada orang yang mendukungmu dann berada di sisimu.

Apa pun omongan orang yang negatif terhadap kita abaikan lah. Karena yang jalani dan yang tahu sifat asli diri kita cuma orang-orang yang terdekat. Orang-orang sukses tahu kapan harus mendengarkan orang lain kapan harus mengabaikan orang lain," balas Haikal.

Syifa tampak menarik napas. Dia tak setuju dengan pendapat Haikal. Mana mungkin dia mengabaikan omongan para tetangga.

"Mas, kita ini hidup bermasyarakat. Tak mungkin aku mengabaikan omongan orang-orang sekitar," jawab Syifa.

"Kalau begitu panggil Om saja hingga aku jadi Abi-nya," balas Haikal.

Syifa jadi terkejut mendengar ucapan Haikal. Pria itu hanya tersenyum melihat reaksi wanita itu.

"Adam maunya panggil Abi. Tak mau yang lain," ujar Adam, hal itu membuat Syifa makin terkejut. Tak biasanya Adam keras begini. Biasanya dia ikuti saja apa kata bundanya.

Namun, Syifa tak bisa adu argumen, malu dengan Haikal. Mungkin dia akan beri pengertian saat di rumah saja.

"Biar saja, Dek. Aku rasa tak ada yang keberatan Adam memanggil aku, Abi."

"Mas, tadi katanya ada yang ingin dibicarakan. Memangnya Mas mau bicara apa?" tanya Syifa mengalihkan obrolan.

Dia tak ingin meneruskan perdebatan mengenai panggilan untuk pria itu. Nanti di rumah saja dia beri pengertian pada sang putra. Semua juga tidak salah Adam. Mungkin dia telah sangat merindukan sosok seorang ayah hadir dalam hidupnya. Walau dia memberikan kasih sayang yang melimpah, pasti ada keinginan untuk bertemu sang ayah. Apa lagi dia makin besar dan semakin mengerti dengan arti kehadiran seorang ayah.

"Begini, Dek. Mas mau mengajak kamu kerjasama. Kita buka kafe. Mas sudah dapat lokasi yang strategis dan nyaman. Kita nanti bisa memakai sistem bagi hasil," kata Haikal.

Haikal lalu menjelaskan bagaimana kerja sama yang akan mereka jalani. Syifa sepertinya sangat tertarik. Dia juga tak mungkin terus menerus begini. Tentu ingin kemajuan.

Tiba-tiba Adam berdiri. Dia terlihat seperti menahan sesuatu.

"Kamu mau apa, Nak?" tanya Syifa melihat putranya yang seperti menahan sesuatu.

"Bunda, aku mau buang air kecil," jawab Adam.

"Biar Abi antar," balas Haikal.

"Tak perlu Abi. Aku bisa pergi sendiri. Aku bisa tanya dengan Tante itu dimana toiletnya," kata Adam dengan percaya diri.

Adam memang terbiasa melakukan sesuatu seorang diri. Dia diajarkan mandiri sama Syifa. Wanita itu mengajarkan semuanya agar Adam bisa melakukan apa pun saat ditinggal kerja bundanya.

'Hati-hati, Nak. Jangan terburu-buru," pesan Syifa saat sang putra mulai berjalan menuju belakang restoran.

Setelah bertanya dengan salah seorang pelayan, Adam berjalan dengan tergesa menuju toilet. Setelah selesai buang air kecil, dia keluar. Saat berjalan dia tak melihat ada seorang wanita yang tergesa menuju toilet hingga dia menabraknya. Orang itu langsung menegurnya.

"Apa kamu tak memiliki mata?" tanya wanita itu dengan nada tinggi.

Adam yang tak pernah mendengar suara dengan nada tinggi jadi takut. Dia mengehentikan langkahnya dan meminta maaf.

"Maaf, Tante. Aku tidak sengaja," ucap Adam. Dia lalu mengulurkan tangan sebagai tanda meminta maaf.

...----------------...

Terpopuler

Comments

ꪶꫝ༄༅⃟𝐐MD𝕿𝖎𝖌𝖊𝖗⒋ⷨ͢⚤☠️⃝⃟𝑽

ꪶꫝ༄༅⃟𝐐MD𝕿𝖎𝖌𝖊𝖗⒋ⷨ͢⚤☠️⃝⃟𝑽

ketemu ya dengan bapak nya

2024-03-22

1

jaran goyang

jaran goyang

𝘢𝘮𝘪𝘯 𝘺𝘢 𝘢𝘭𝘭𝘩

2024-03-10

0

merry jen

merry jen

ustadz cpt hahalin syifaa yaa

2024-03-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!