Bu Retno semakin dibuat kaget oleh perkataan anak itu selanjutnya, dia mengatakannya dengan lantang sembari terus menatapnya datar, tatapan yang sangat jauh padahal objek yang dia lihat ada didepannya. Daffa disisi lain hanya bisa menepuk jidat perlahan kemudian tersenyum perlahan, dia teringat ketika mereka pertama kali bertemu, respon Daffa juga sama seperti Bu Retno yang marah marah, walau pada akhirnya mereka bersahabat sangat erat dan tidak memasalahkan apapun yang dia bicarakan.
"Lah, terus tujuan kamu sekolah untuk apa, jika kamu nggak niat ya jangan sekolah, lalu jangan memanggilku dengan sebutan itu." mukanya kini semakin memerah tidak habis pikir kalau pekerjaannya akan direndahkan seperti ini, dia kini sudah benar benar marah. Bayu dengan tenangnya hanya menggaruk belakang kepalanya sebagai respon.
"Gini ya dokter psikologi, kamu boleh bertanya apa saja, asalkan kamu jangan menanyakan kepribadian saya, dari dulu saya selalu berpendapat bahwa manusia dengan sesamanya itu setara, tidak ada yang saling menguasai atau menjatuhkan seharusnya, saya juga ingin mengeluarkan sifat asli saya kepada seseorang yang baru saya temui agar mereka termasuk kamu tidak berekspektasi terlalu tinggi terhadap saya. Oke saya ubah perkataan saya tadi, anda bisa bertanya apapun tentang masa lalu saya asalkan tidak ada satupun orang disini, dan jangan terlalu mengubah sifat orang." Bu Retno terdiam dan langsung merasa bersemangat, dia yang sedari memang sangat ingin mengetahui masa lalu remaja dan anak kecil karena menurutnya itu lebih seru dari dunia orang dewasa, menatap Bayu dengan sangat antusias.
"Oke kalau begitu ayo ketemuan setelah sekolah." Bu Retno malah membuat perjanjian dengan Bayu yang membuatnya semakin tertekan, Daffa hanya bisa terus tersenyum dan pada akhirnya kembali duduk tanpa dipedulikan oleh mereka berdua. tunggu, kenapa rasanya sangat janggal, oke saya jelaskan. Bu Retno sebenarnya adalah seorang dokter psikologi tingkat nasional yang telah bertemu sangat banyak orang yang memiliki masalah mental, termasuk anak remaja. Faktanya, anak remaja lah yang paling rawan depresi daripada orang dewasa, nggak tau sih, tapi kebanyakan orang yang mendatangi Bu Retno adalah para remaja, inilah kenapa saat Bu Retno di tawari tentang masa lalu dia langsung semangat, karena menurut Bu Retno, cerita yang paling menarik itu ada pada remaja dan anak anak, tidak seperti kehidupan membosankan orang dewasa maupun para lansia, nggak salah sih.
"Baiklah, yang penting bisa bolos TPQ, males banget aku." Bayu menghembuskan nafas perlahan lalu akhirnya menyetujui permintaannya. Tanpa diminta oleh Bu Retno, dia dengan seenaknya malah pergi dan kembali duduk di samping tempat dudukku, dia bernafas lega karena telah keluar dari neraka itu walau dia kembali tanpa disuruh, Bu Retno masih menatapnya antusias membuat Bayu merasa sedikit menyesal telah mengubah perkataannya.
"Jadi gimana, kalimat apa yang kamu ucapkan didepan?." Aku Bertanya kepada Bayu yang langsung menoleh dengan pelan, dia benar benar tidak bersemangat dan tidak ingin berbicara kepada seseorang setelah kejadian itu. Aku menaruh kepalaku pada meja dan terus menatapnya, matanya yang terlihat besar itu benar benar seperti tentara membuatku sangat ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di hidupnya.
"Ngentod." Bayu menjawabnya dengan perasaan malas, entah kenapa setelah mengatakan kata kata mutiara itu, kepalanya langsung meluncur ke arah meja dan langsung memejamkan mata, sebegitu kah berpengaruh guru itu hingga membuatnya tampak kelelahan menghadapinya, atau dia memang mau melanjutkan tidurnya sebelum dipanggil tadi, walaupun terlihat aktif, anak ini sudah tidur sejak jam pertama.
Aku bangun dari posisiku dan tanpa sengaja melihat Aisyah yang duduk di samping Bayu, lebih tepatnya agak jauh tapi masih bersebelahan mengisyaratkan kepadaku untuk membangunkan Bayu, aku awalnya tidak begitu mempedulikannya tapi melihat dia sangat memelas kepadaku membuatku sedikit iba sekaligus kesal, entah kenapa setelah bergaul dengan Bayu membuatku semakin mudah kesal pada hal hal kecil seperti ini. Aku menggoyang goyangkan keras tubuh Bayu, dia dengan malasnya langsung menatapku sebentar lalu bangun dari posisinya, melihatnya bangun aku langsung menatap Aisyah yang mengisyaratkan kepada Bayu kalau dia sedang dicari.
Bayu menoleh lalu menganggukkan wajahnya secara terbalik dengan cepat yang mengisyaratkan istilah lain dari apa, isyarat ini memang populer di kalangan banyak orang. Aisyah yang langsung mengerti segera melempar kertas tebal berbentuk kotak ke arahku, dia menjepitnya dengan dua jari lalu memutar tangannya dari dalam dan langsung melesatkan nya ke arahku. Aku dengan sigap langsung menangkapnya dengan dua jari juga, ini sangat mudah bagiku mengingat aku pernah bermain syuriken dan aku selalu menangkapnya menggunakan jari dan tidak langsung ku genggam. Aku langsung membuka surat itu dan menemukan beberapa kalimat, aku dan Bayu mendekatkan wajah kearah kertas itu.
Mas aku beritahu ya, kamu ini tidak ada bedanya dengan Bayu, bukannya minta maaf lalu menuruti permintaannya kamu malah menceramahi nya, kau juga Yu, kenapa kau malah mendukungnya dan menyebutnya pelacur. Mereka kini sedang menggosipkan dirimu yang pacaran denganku, belum lagi aku dikira lonte soalnya dikira pacaran sama dewa juga.
Kami berdua sangat asyik membaca kemarahan anak itu hingga tidak sadar Daffa dan Muklis juga ikut membacanya, anak perempuan yang tadi Bayu roasting juga melihatnya, entah kenapa kami kini menjadi terkenal karena surat ini. Bayu segera mengambil pulpen lalu menulisnya tepat dibawah tulisan Aisyah. Jujur, tulisan mereka berdua sama sama buruknya tapi entah kenapa walaupun buruk tapi aku dan Daffa bisa membacanya sedangkan Muklis hanya mengoceh tentang kedekatan mereka berdua.
Emangnya siapa yang mau pacaran ama cewek jelek kayak lu, eh dengerin ya, mumpung aku inget. Maksud aku mencintaimu waktu itu karena aku ingin menjalin hubungan yang lebih tinggi dari sekedar teman, yaitu sahabat. Oh iya, kalo di gosipin kenapa nggak kamu pukul aja tu muka anjing, gua udah jengkel ama muka tepung itu, sekarang kamu diam aku mau tidur.
Bayu melipat kembali kertas itu dan tanpa persiapan langsung Bayu lempar tepat kearah Aisyah, aku yang melihat gaya tangannya hanya bisa tersenyum karena itu adalah cara yang salah dalam memegang syuriken. Alhasil kertas itu melenceng dan malah berbelok ke kiri, kertas itu memutar melewati kepala murid perempuan dan berakhir terkena tepat di mata Aisyah yang terkejut tiba tiba kertas itu ada di depannya. Kertas itu tepat mengenai matanya saat sedang melotot yang membuatnya menutupi muka dan matanya mengeluarkan air, Bayu yang melihatnya langsung berbalik kearah ku dan tertawa dalam diam, mulutnya tersenyum sembari tangannya menahan tawanya.
"He cok, nangis ikulo nguawor re ( Hei cok, dia nangis itu lo, keterlaluan." Muklis yang juga melihatnya merasa iba dan melerai kami berdua yang tertawa terpingkal-pingkal lebih tepatnya bertiga termasuk Daffa. Kami tidak bisa lagi menahannya, walaupun itu terlihat menyakitkan dan seperti pembullyan tapi menurut kami ketidak sengajaan itulah yang membuat kami tertawa. Kami menoleh kearah Aisyah secara bersamaan setelah mendengar Muklis mengatakan rasa iba nya, dan yang terlihat hanya aura kemarahannya yang semakin jelas membuat kami tertawa semakin keras hingga membuat salah satu spidol melayang ke arah kami. Kami juga sebenarnya tidak menyadari kalau Dewa juga ikut menyaksikannya dari bangku depan dan ikut tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments