Melihat Bu Retno yang keluar dari kelas dan tidak ada tanda tanda ada guru lain yang ke kelasku, Aisyah langsung berdiri dengan penuh semangat, dia sangat ingin memukul kepala batu dari Fairus yang telah menyebarkan hal hal keterlaluan yang membuatnya tersiksa selama satu Minggu terakhir. teman sebangkunya yang melihat Aisyah berdiri langsung memegang tangannya dan menatap mata Aisyah, dia yang sudah tahu isi surat itu walau tidak semuanya, berusaha menghentikan Aisyah dari perbuatan sembrono nya.
"Ojok dilakoni, Kon pengen dadi aree ta?, ta pengen tambah nemen? ( jangan dilakukan, kamu ingin menjadi mereka?, atau malah semakin parah? )." Dia menatap Aisyah kasihan, berharap tidak membengkak kan masalah demi kemarahan sesaat nya. Tapi Aisyah yang sudah sama bebalnya dengan Fairus melepas paksa tangan temannya, dan mendekatkan kepalanya kearahnya.
"Rungokno yo, Fairus iku nek dijarno mek garasi aku stres, dadi aku gak masalah dianggap opo seng penting arek iku mandek ( dengar ya, Fairus itu kalau dibiarkan hanya akan membuatku stres, jadi aku tidak masalah dianggap apa yang penting anak itu berhenti )." Sebenarnya masih banyak hal yang bisa diperdebatkan dengan Aisyah, tapi dia terlanjur berjalan ke arah Fairus dengan aura kemarahan yang hampir sama saat matanya terkena kertas tadi, dia memang anak yang melakukan kekerasan secara spontan dan tanpa dia pikir pikir.
"Lo arek iki, yaopo kabare pacarmu iku, wes metu Peng Piro ( Lo anak ini, bagaimana kabar pacarmu?, sudah keluar berapa kali? )." Fairus menyambut Aisyah yang berhenti tepat didepannya dengan baik, teman temannya pun menyambutnya dengan senyuman penuh tawa yang langsung berubah ketika Aisyah tiba tiba memegang kerah Fairus dengan keras dan mengangkat tangannya sembari membuka lebar lebar telapak tangannya. Selang beberapa detik dia tidak sengaja melihat Bayu yang menatapnya penuh keyakinan, membuatnya sadar akan kejadian di sungai dimana dia belajar kalau tamparan tidak akan terlalu berefek kepada seseorang.
Aisyah tidak mendengarkan ocehan dari Fairus selanjutnya dan tidak takut pula dengan ancaman yang dianggapnya hanya dimiliki orang bodoh, pada akhirnya dia tersenyum tipis ke arah Bayu dan kembali menatap Fairus tepat saat Muklis menatapnya, Aisyah langsung menggenggam erat telapak tangannya dan memberikan pukulan pertama kepada Fairus tepat pada bagian dahinya, hal itu langsung membuat Fairus panik dan memberontak hingga membuat dua kancing bajunya terlepas tepat di bagian paling atas dan dibawahnya, tenang anunya masih tidak keliatan kok.
Aisyah yang melihatnya memberontak seketika memundurkan tangannya dan langsung memukulnya dari bawah mengenai bagian atas dada Fairus yang langsung membuat paniknya menghilang, sebenarnya Aisyah hanya ingin memberi Fairus satu pukulan tapi kepanikan Fairus membuat Aisyah merasa harus memukulnya kembali agar bisa diam, tidak salah juga sih. Intinya Aisyah melepaskan cengkraman tangannya pada pukulan terakhir dan kini Fairus hanya berlinang air mata sembari menutupi mukanya di atas meja, nafasnya terasa sesak membuatnya tidak kuat untuk memberontak lagi disisi lain Aisyah mulai memundurkan langkahnya dan melihatnya mulai tergopoh-gopoh bangkit dan kembali duduk tegak, air matanya tidak berhenti dan dia menatap wajah Aisyah dengan penuh dendam.
"JANCOK, AWAKMU, BAYU KARO DEWA TAK JAMIN DITOKNO MARI NGENE, KON TAK TOKNO GARA GARA MARI NGENTOD KARO BAYU TERUS NGEMBUNG DEWA ( JANCOK, KAMU, BAYU DAN DEWA AKAN AKU PASTIKAN UNTUK DI KELUARKAN SETELAH INI, KAMU AKAN DIKELUARKAN KARENA MARI NGENTOD DENGAN BAYU TERUS MENCIUM DEWA )." Aisyah yang masih merasa kesal pada akhirnya kembali ke tempatnya tadi dan langsung memakai ancang ancang mau memukul lagi. Tepat saat pukulannya mau melayang Bayu sudah berada di sampingnya dengan kaki terangkat satu sangat tinggi dan langsung menghantamkannya tepat di meja Fairus yang saat itu kembali duduk tegak tanpa menyenderkan kepala membuat nya langsung syok dan terkejut karena mendengar retakan dan suara keras pada meja itu membuat banyak murid dari kelas lain pergi menengok mengingat guru mereka juga belum datang, guru guru kini sedang ada di kantor dan sedang beristirahat, mereka tidak datang ya karena ini sedang waktu istirahat.
Lalu kenapa murid murid masih belum keluar dan masih didalam kelas, pertama kejadian Aisyah dan Bayu membuat seluruh murid kelas kami terdiam dan ingin menyaksikan apa yang terjadi. Kedua tidak semua murid kelas lain yang datang, tapi hanya beberapa, dan kebanyakan anak laki laki masih memakai sepatu yang memang disuruh untuk melepaskannya dibawah, setelah mendengar hal ini, beberapa dari mereka langsung pergi ke atas untuk melihat apa yang terjadi.
"awakmu isok ae mitnah aku sembarang, tapi ojok tentang sexsual ( Kamu bisa saja memfitnahku terserah, tapi jangan tentang sexsual )." Setelah sedikit bersitegang karena kejadian ini Bayu akhirnya mengatakan sesuatu setelah 30 detik kemudian, tepat saat banyak murid mengintip dari balik jendela, dia menatap Fairus dengan penuh amarah membara, kemarahannya sangat berbeda dengan yang di alami Dewa tapi aku meyakini satu hal, Bayu tidak ingin memukul Fairus dan malah menggertak nya bukan karena dia tidak ingin menyakiti wanita, tapi karena dia tahu kalau dengan itu saja sudah cukup untuk membalas perbuatannya.
"Sudahlah ayo hentikan ini, kau sudah cukup memukulnya. Kau juga, kenapa malah kau ikut ikutan, ini masalah mereka babi." Aku menarik kedua kerah anak itu secara bersamaan seperti sedang menjinakkan kucing, mereka hanya bisa menuruti ku tanpa melakukan pemberontakan. Aku memegang tangan mereka berdua dan menyeret mereka kebelakang, semua anak melihatnya bahkan ada beberapa anak yang juga tidak mendapatkan guru di kelas sebelah juga ikut melihat kejadian ini, mereka hanya tertegun dan mulai berbicara satu sama lain, salah satu dari mereka mendatangi kami bertiga.
"Yu Kon dicelok mas Bagus nang disor ( Yu, kamu dipanggil mas Bagus dibawah )." Dia mengucapkan satu kalimat yang membuatku semakin pening mengurusinya, Bagus adalah seorang senior merepotkan yang kerjanya hanya mengintimidasi santri baru, memukulnya dan sok sok an menasehati korbannya padahal dia hanya ingin memukul seseorang, modus yang sangat keterlaluan. Aku menoleh ke arah Bayu dan dia hanya mengangguk pelan kepadaku, aku menghela nafas perlahan dan memutuskan untuk mengikuti Bayu dari belakang, masalah seperti ini memang akan menjadi domino yang tidak selesai selesai sebelum pelaku dipukuli.
Kami berdua akhirnya berjalan mengikuti anak yang disuruh itu dan melewati kerumunan anak yang masih saja belum bubar. Bayu pada akhirnya dipukul habis habisan oleh beberapa senior dan Bayu hanya bisa menerimanya dengan pasrah, dari awal pemukulan itu aku menunggu di tangga sembari mendengar daging dipukul dan siksaan yang tidak henti hentinya di kelas bawah, semua murid yang berkerumun dibubarkan paksa oleh senior dan Bayu tidak berkata apa apa dan hanya menatap tajam ke arah para senior yang menunjukkan bahwa dia tidak takut sama sekali dengan mereka, ini sangat berbeda dari korban korban sebelumnya yang sampai meraung raung kesakitan setelah mendapatkan banyak sekali pukulan oleh mereka.
"Kenapa kau tidak melawan mereka? " Aku bertanya pada Bayu di kelas saat jam masuk setelah istirahat, dia tidak terlihat kesakitan walau kulihat dia mendapat luka lebam dimana mana dan itu sangat membuat Aisyah, Dewa, dan Daffa khawatir, tapi mereka hanya mendatangi Bayu sebentar lalu guru sudah datang hanya beberapa detik sejak mereka datang. Semua murid menggunjing Bayu dan mulai menyebarkan beberapa gosip nggak nyambung yang mulai ngawur.
"Hm, justru aku akan malu jika harus menghadapi mereka, lu tau sendiri kan, mereka hanya anak SMP sok kuat yang dipukul sekali udah lemes." Bayu menjawab dengan santainya walau harus berbisik agar tidak ada masalah serius lainnya mengingat kelas ini dipenuhi anak anak bermulut ember. Aku menepuk dahi pelan, dia ini terlalu meremehkan situasi dan selalu menganggap semuanya mudah.
"Pasti bukan itu alasanmu, mau senekat apapun dirimu, kamu tetaplah seorang Bayu yang bahkan tidak meremehkan seorangpun." Aku membalasnya pelan sembari tetap memperhatikan guru didepan yang sedang mengoceh entah tentang apa, aku tidak terlalu mempedulikannya sekarang, memang sedikit menyebalkan bergaul dengan anak ini, karena banyaknya rahasia diantara kita berdua.
"Sebenarnya aku tidak memiliki alasan untuk memukul mereka, sekeras apapun mereka memukulku, mereka tetap tidak membuatku berpikir kalau aku harus membalas, jadi aku hanya menerima pukulan mereka selama setengah jam." Dia menjawabnya sembari tersenyum kepadaku, aku hanya menunduk sembari membalas senyumannya, itu adalah jawaban yang paling masuk akal. dari jawaban ini saja aku sudah mengerti kenapa dia hanya diam saja dan tidak menjawab pertanyaan mereka, karena Bayu tahu kalau mereka hanya ingin menghajarnya bukan ingin mengubahnya, jadi dia tidak memiliki sekali lagi alasan untuk menjawabnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments