Biarlah rasa ini berjalan dengan sekehendak waktu, seperti air yang mengalir, membawa cerita cinta dan cerita rindu dengan segala tanya, hingga akhirnya ia akan berlabuh di muara yang tepat.
Kamilia kembali menjalani hari-harinya yang tak mudah, dia kira setelah menentukan sikap saat pertemuannya dengan Ariq maka hatinya akan lega dan bisa lebih fokus menyongsong masa depan dengan orang baru, namun nyatanya semua tidak semudah itu.
Pembawaannya yang tenang membuat orang-orang menganggapnya biasa saja, tapi mereka tidak tahu bahwa sejak pertemuannya dengan Ariq hati dan pikirannya tak berhenti berisik.
Dua minggu lagi waktu yang sudah ditetapkan oleh keluarga Cakra untuk pernikahannya, Kamilia baru akan pulang ke kampung halamannya menjelang H-1 hari pernikahan. Kegiatan di sekolah yang sedang padat dengan jadwal ujian-ujian kelas akhir membuatnya tidak mudah untuk mengajukan cuti. Alhasil pernikahan akan dilaksanakan hari Minggu dan Kamilia akan pulang Jumat sore, hanya hari Senin dia diberi kesempatan untuk izin cuti karena hari Selasa kembali harus mengawas ujian yang tidak bisa diwakilkan karena semua orang sudah mempunyai tugasnya masing-masing.
Urusan dengan Ariq dianggapnya selesai, kini tinggal urusan dengan rekan kerjanya yang masih pantang menyerah terus mendekatinya. Kamilia ingin semuanya tuntas sebelum dia benar-benar melangkah ke jenjang pernikahan dengan orang baru.
Dua gelas jus sudah terhidang di depan meja, setelah pemberitahuan atau lebih tepatnya meminta izin pada Cakra untuk menerima ajakan Syahril karena katanya ada yang ingin disampaikan laki-laki itu.
"Ada apa Pak? Maaf saya tidak bisa lama-lama, karena jam empat sore ini saya ada jadwal les mengaji." Kamilia langsung pada intinya, dia tidak mau mengulur waktu, sejujurnya dia sedikit tidak nyaman dengan keberadaannya saat ini yang duduk hanya berdua dengan Syahril walaupun di meja berbeda yang tidak jauh dari tempatnya ada Sarah yang menemaninya datang ke tempat yang dijanjikan Syahril.
"Bu Kamilia, sebenarnya sudah sejak lama saya ingin menyampaikan ini. Tadinya saya ingin menyiapkan tempat dan waktu yang lebih spesial tapi waktu dan keadaan tidak memungkinkan jadi ..."
"Maaf kalau seadanya" ucap Syahril dengan wajah yang full senyum, sepertinya angannya tengah melambung saat ini.
"Saya menyukai kamu Kamilia, maukah kamu menjadi pacar saya?" dengan senyum dan mata berbinar Syahril mengungkapkan rasa sukanya pada Kamilia, dalam hati dia berbisik jika dirinya pasti diterima. Selama ini pesonanya selalu berhasil membuat wanita-wanita di sekitarnya tertarik. Seorang guru sekaligus pengusaha muda, tampan, mapan dan dermawan tentunya.
Entah apa yang dirasakan Kamilia saat ini, mendengar ungkapan cinta Syahril, rekan guru yang selama ini mendekatinya karena ada maksud tertentu dan hari ini dengan gamblang mengungkapkan rasa sukanya bukannya merasa bahagia, namun dirinya jadi geli sendiri dengan pernyataan cinta laki-laki itu. Apalagi dia menyebut namanya tanpa embel-embel ibu seperti biasanya.
"Jawablah Kamilia, saya hanya ingin kejujuranmu" tegasnya lagi,
"Eheummm ..." Kamilia menetralisir perasaannya, dia berdehem sebelum memulai bicara.
"Pak Syahril ..." dengan wajah serius dan intonasi bicara yang tegas Kamilia menatap laki-laki di hadapannya itu formal.
"Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas perasaan suka Bapak pada saya, dan selanjutnya saya meminta maaf karena secara jujur saya katakan kalau saya tidak bisa membalas perasaan suka Bapak. Maaf Pak, saya sudah punya calon suami, Insya Allah tidak lama lagi kami akan menikah."
Telak, jawaban Kamilia membuat senyum di wajah Syahril seketika surut. Rasa percaya diri yang menbumbung tinggi pun langsung jatuh tak berbentuk. Selama ini sangat pantang untuk dirinya mengungkapkan cinta, setiap kali menjalin hubungan pasti karena wanita itu yang lebih dulu menyatakan menyukainya. Dan untuk pertama kalinya Syahril menyatakan cinta langsung mendapat penolakan yang tak bisa diadu tawar lagi, wanita yang disukainya sudah punya calon suami dan akan segera menikah.
"Kamu serius?" tanya Syahril memastikan, dia jika Kamilia tidak sedang berbohong untuk menolaknya.
Kamilia pun menganggukan kepala sebagai jawaban, hal itu jelas membuat Syahril merasa semakin kehilangan harga dirinya.
"Kapan?
"Ya?"
"Kapan kalian akan menikah?" tanpa bertanya siapa calon suaminya, Syahril mulai menguliti informasi pernikahan Kamilia.
"Insya Allah tidak lama lagi" jawab Kamilia tanpa bermaksud menutupinya,
"Oh selamat kalau begitu" terlihat sangat terpaksa Syahril mengucapkan kalimat itu dan hanya dibalas senyuman oleh Kamilia.
"Baiklah Pak, sepertinya sudah tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi, saya pamit untuk pergi duluan" Kamilia bersiap untuk beranjak dari tempat duduknya dan memberi kode pada Sarah untuk mengajaknya pulang, namun urung saat seseorang datang menghampirinya.
"Sudah selesai sayang?" ucapnya tanpa ragu, Kamilia tertegun di hadapannya kini telah berdiri Cakra dengan gagahnya. Stelan jas yang masih membalut tubuhnya, kedua tangan yang dimasukan ke dalam saku celananya membuat dia terlihat sangat gagah dan berwibawa. Dia sengaja datang karena tahu Kamilia akan bertemu Syahril di tempat itu.
"Mas? Kamu di sini?" tanya Kamilia tidak bisa menyembunyikan wajah kagetnya, sekilas di melirik Syahril yang juga terlihat sama kagetnya.
"Tentu saja, untuk menjemput kamu, sayang. Sudah selesai kan?!"
"Bu Kamilia ..." belum sempat Kamilia menjawab pertanyaan Cakra, Sarah yang juga terlihat penasaran dengan sosok Cakra memanggil namanya untuk mendapat jawaban dari rasa penasarannya.
"Ya Mas, sudah selesai. Bu Sarah, Pak Syahril, perkenalkan ini Mas Cakra" Kamilia memilih mengenalkan terlebih dahulu Cakra kepada dua rekan gurunya,
"Cakra, calon suami Kamilia" Cakra mengulurkan tangannya menyalami Syahril yang menerima jabatan tangan itu tanpa gairah.
"Syahril" ucapnya tak bersemangat,
"Cakra, calon suami Kamilia" hal yang sama dilakukan Cakra pada Sarah,
"Sa ...saya Sarah, temannya Bu Kamilia" balas Sarah yang mendadak gugup, dia tidak menyangka jika calon suami rekannya itu sangat jauh dari ekspektasinya, pastinya melebihi. Bahkan sebelumnya Sarah pernah mengira jika jawaban Kamilia untuk menolak cintanya Syahril hanyalah bohong.
"Kalau begitu kami pamit. Ayo sayang!" ajak Cakra yang meminta Kamilia untuk mengikutinya, hampir saja akan mengulurkan tangan untuk menggandeng gadis itu, namun tatapan Kamilia membuatnya mengurungkan niatnya.
"Iya Mas, Pak Syahril kami pamit. Assalamu'alaikum. Ayo Bu Sarah"
"Eh ...gak usah, saya pulang sendiri saja naek ojol" tolak Sarah yang merasa tidak enak harus berada di antara dua sejoli itu.
"Gak apa-apa, Mas boleh kan kita mengantar Bu Sarah dulu?"
"Tentu sayang" lagi-lagi panggilan sayang membuat Kamilia merinding sendiri, sejak kedatangan Cakra yang langsung memanggilnya dengan kata sayang Kamilia sudah mulai tidak fokus.
"Terima kasih, Mas. Ayo Bu Sarah" Kamilia merangkul lengan Sarah dan menuntunnya untuk mengikutinya.
Sepeninggal tiga orang itu Syahril memilih untuk tetap berada di sana. Dia sedang mengingat-ingat wajah Cakra yang terasa tidak asing di matanya, tapi dia lupa dimana pernah mengenal Cakra.
"Sepertinya pernikahan kita harus dipercepat" Cakra membuka percakapan, saat ini mereka tinggal berdua dalam mobil, Sarah sudah diantarkan ke kontrakannya, dan Kamilia akan melanjutkan kegiatannya mengajari les mengaji Feli.
"Hah? Kenapa?" tanya Kamilia heran, dua minggu lagi bukan waktu yang lama, sudah sangat mepet, sekarang Cakra bilang ingin mempercepat pernikahan membuatnya geleng-geleng kepala.
"Supaya gak ada lagi yang deketin kamu" tegasnya terdengar nada cemburu,
"Tenang saja, Insya Allah saya bisa jaga diri" balas Kamilia yang tidak mau percaya diri menyimpulkan jika Cakra cemburu.
"Aku percaya kamu bisa menjaga diri tapi aku tidak percaya dengan laki-laki di luaran sana"
"Dua minggu lagi Mas, Insya Allah tidak lama"
"Bagaimana kalau kita menikah saja dulu, biar kita bisa lebih leluasa" ide Cakra lagi-lagi membuat Kamilia geleng-geleng kepala.
"Lho ini kita mau kemana?" Kamilia mengedarkan pandangannya, jalan yang dituju bukan menuju rumah Cakra,
"Kita akan mencoba baju pengantin kita, lalu mengambil undangan biar besok sudah bisa dibagikan, buar semua orang tahu kalau kita akan segera menikah" jelas Cakra, kembali menunjukkan sikap posesifnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Nami chan
kok jangankan kamu pendatang baru ril.. yg cinta pertama ditunggu 5th aja ditolak
2024-04-23
1
Yhanie Shalue
mulai dech bucinnya😍
2024-03-15
1