Terlambat

Elisha terhenyak ketika membuka pintu apartemennya, seseorang yang sangat dikenalnya sedang berdiri menatap tajam ke arahnya.

"Astaghfirullah, Mirza, kaget gue" sentak Elisha, dia memegangi dadanya karena kaget.

"Assalamu'alaikum" ucap Mirza tanpa rasa bersalah sedikit pun,

"Wa'alaikumsalam" Elisha menjawab dengan wajah masih menunjukkan kekesalannya karena kaget.

"Aku menghubungi kamu dari semalam, kenapa gak dibalas?" tanya Mirza to the point,

"Oya?" Elisha merogoh ponsel dari tasnya,

"Ouh sorry, ponsel aku mati daya ternyata" Elisha mencoba menyalakan ponselnya tapi ternyata gak bisa, dia baru ingat sudah dua hari ini memang belum nge charge ponselnya.

"Kok bisa ya seorang dokter sampai kehabisan daya ponselnya?" heran Mirza, dia memiringkan kepalanya guna melihat raut wajah Elisha.

"Memang kenapa?" tanya Elisha dengan nada tidak terima,

"Kamu itu seorang dokter, apalagi bertugas di El-Malik Hospital yang mengedepankan pelayanan tanggap, cepat dan tepat. Bagaimana kalau ada telepon dari rumah sakit secara tiba-tiba, mengharuskan kamu segera datang dan nyawa seseorang menjadi taruhannya?!" telak Mirza dengan wajah datar,

Deg ...

Elisha menghentikan gerakannya yang sedang mencari-cari charger di tasnya, dia lupa apakah sudah dimasukan ke dalam tas atau belum.

"Apa maksud kamu?" tanya Elisha tidak senang, merasa disalahkan oleh Mirza, namun dalam hatinya dia pun membenarkan apa yang dikatakan Mirza.

"Sebagai seorang dokter tentu kamu faham betul apa maksudku. Sekarang ikut aku, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu" Mirza berbalik melangkahkan kakinya menjauh dari hadapan Elisha.

Baru beberapa langkah Mirza menghentikan langkahnya karena merasa dia berjalan hanya seorang diri.

"Sedang apa lagi kamu di sana? Ayo ikuti aku!" seru Mirza yang melihat Elisha masih berdiri di tempat.

"Sebentar aku mau ngambil dulu charger ponsel di dalam" belum juga Elisha berbalik, Mirza lebih dulu mendekat, dia menarik tas milik Elisha yang otomatis membuat sang empunya juga melangkah mengikutinya.

"Nanti di charge di mobilku saja" ucap Mirza sambil terus menarik tas Elisha,

"Tapi nanti gak cocok" kilah Elisha,

"Pasti cocok"

"Iyakah?"

"Tipe ponsel kita sama" pungkas Mirza dia setengah mendorong Elisha agar segera memasuki lift yang akan membawa mereka menuju parkiran apartemen.

"Hey aku bawa mobil sendiri" Mirza yang sudah membukakan pintu mobil untuk Elisha menatap gadis itu saat melayangkan protesnya.

"Kita searah, tujuan kita bahkan sama, aku tidak punya banyak waktu untuk bicara khusus denganmu jadi kita akan bicara di perjalanan" jelas Mirza lagi-lagi tidak menerima protes.

"Tapi nanti pulangnya aku gimana?" tanya Elisha masih enggan memasuki mobil yang sudah terbuka pintunya itu.

"Bukankah kamu punya pacar yang bisa menjemputmu pulang?!" ketus Mirza,

"Hah ...iya sih, eh tapi darimana kamu tahu aku sudah punya pacar?" perdebatan mereka melebar, hingga kini posisi keduanya belum berubah, Mirza yang membukakan pintu mobilnya dan Elisha yang berdiri dengan tas dalam dekapannya.

Pertanyaan Elisha membuat Mirza sedikit gugup, dia keceplosan dengan apa yang baru diucapkannya.

"Kamu sudah terlalu banyak bicara, sekarang cepat masuk!" Mirza kembali menarik tali tas Elisha yang menjuntai membuat gadis itu mau tidak mau memasuki mobil Mirza.

Hening menyergap, hawa dingin dalam mobil mewah yang dikendarai Mirza membuat Elisha tidak bisa berkata-kata dan sedikit tegang.

"Aku hanya menjalankan perintah untuk mencari tahu tentang Kamilia, sebagai sahabat dekatnya aku yakin kamu adalah orang yang paling tahu tentang keberadaannya saat ini. Tolong bantu Ariq untuk menemuinya" Mirza langsung pada pokok pembahasan, Elisha yang tegang pun mulai rileks.

"Serius kamu disuruh Ariq?" tanya Elisha antusias dan dijawab anggukan oleh Mirza.

"Memang buat apalagi Ariq menemui Kamilia?"

"Maksud kamu?"

"Iya buat apa Ariq mau menemui Kamilia? Bukankah semua hal di antara mereka sudah berakhir?"

"Tentu saja Ariq datang untuk memenuhi janjinya, kamu lupa jika lima tahun yang lalu kita yang jadi saksi hidupnya?" protes Mirza,

"Iya tapi ..."

"Tapi apa?"

"Tapi bagaimana dengan tunangannya?"

"Tunangan?'' Mirza mendadak mengerem mobilnya membuat Elisha terhuyung dan keningnya hampir kejedot bagian depan mobil, untung saja Mirza sigap menjadikan tangannya alas ulus melindungi Elisha.

"Isshh ...lu apa-apaan sih Mir, pake ngerem ngedadak juga, lu mau kita celaka? lu aja sendiri, gue mah ogah" gerutu Elisha tanpa sadar mengeluarkan mode galaknya,

"Sorry ...sorry ...aku hanya kaget" dengan penuh rasa bersalah Mirza meminta maaf.

"Kamu gak apa-apa kan?" tanya Mirza memastikan keadaan Elisha,

"Ya enggak cuman kagetnya masih tahu, dasar!" Elisha mencebik, dia masih mengusap dadanya yang masih berdegup kencang. Kejadian barusan cukup membuat energinya terkuras, untung saja di belakang mereka tidak ada kendaraan lain, kalau tidak, bisa saja mobil mengkilapnya Mirza penyok karena tertabrak dari belakang.

"Lagian memangnya apa sih yang bikin kamu kaget, sampai segitunya?!" Elisha mengambil air minum yang ada di samping jok yang didudukinya dan meminumnya tanpa pikir panjang.

"Hey ...itu minum bekas aku lho" pekik Mirza yang hampir saja membuat Elisha menyemburkan air yang masih ada dalam mulutnya.

"Uhuk ...uhuk ..." Elisha pun terbatuk-batuk saat menyadari jika dia salah mengambil minum. Kebiasaan dalam mobilnya selalu tersedia air minum membuat dia tidak sungkan, lupa jika saat ini dia sedang menumpang di mobilnya Mirza.

"Kenapa gak bilang dari awal sih?!" sentak Elisha,

"Lagian kamu main ambil aja!" Mirza tak terima disalahkan.

"Sudahlah gak penting kamu marah juga, lagian Insya Allah aku sehat kok" pungkas Mirza mengakhiri perdebatannya tentang air.

"Ok, kalau begitu kita kembali ke bahasan utama kita. Kenapa tadi kamu kaget?" tanya Elisha serius, dia merapikan kembali bagian depan kerudungnya yang sempat hancur karna kejedot tangan Mirza.

"Tadi kamu bilang tunangan, tunangan siapa yang kamu maksud?" tanya Mirza melanjutkan kepenasarannya,

"Tunangan Ariq lah, emangnya tunangan siapa lagi?'' jawab Elisha sedikit sewot,

"Siapa?"

"Siapa apanya?"

"Tunangan Ariq" Mirza benar-benar tidak faham dengan pembicaraan Elisha tentang tunangan Ariq sahabatnya.

"Dokter Yumna, bukankah dia tunangannya Ariq?" pernyataan sekaligus pertanyaan dia lontarkan,

"Haha ...haha ..." tawa Mirza pun meledak, dia tidak tahan untuk tidak tertawa mendengar jawaban Elisha,

"Kenapa ketawa?"

"Kamu kenapa bisa mengira kalau Yumna itu tunangan Ariq? Dia itu sepupunya Ariq, putrinya tante Hasna, sepupunya daddy nya Ariq. Dia memang kuliah di Swiss bareng Ariq, dan tante Hasna sangat mempercayakan Yumna pada Ariq. Jadi wajar kalau mereka sangat dekat, buat Ariq Yumna tidak ada bedanya dengan adik-adiknya yang lain. Jadi kalau kamu mengira Yumna adalah tunangannya Ariq kamu salah besar Elisha"

Panjang lebar Mirza menjelaskan perihal hubungan Ariq dengan Yumna. Mendengar itu Elisha justru mematung, dia seolah kehilangan kesadarannya.

"Kenapa diam?" Mirza memilih menepikan mobilnya, dia membuka sabuk pengaman yang membelit tubuhnya, memiringkan badan duduk menghadap Elisha yang masih diam seribu bahasa.

"Mirza, tapi dia sendiri yang bilang lho malam itu"

"Siapa?"

"dokter Yumna"

"Oke, sekarang lupakan tentang apa yang pernah dikatakan Yumna, kamu harus lebih percaya padaku. Sekarang kasih tahu dimana Kamilia dan bagaimana keadaannya" Mirza mengabaikan

"Mirza ..."

"Apa?" tanya Mirza tidak sabar, wajah syok Elisha sangat kentara membuatnya sedikit meninggi,

"Mirza, aku ..."

"Aku apa? Cepetan ngomong, kenapa kamu jadi gagu begini?"

"Keadaan Kamilia baik-baik saja, dia bahkan sekarang tidak jauh dari kita, dia lulus seleksi ASN dan bertugas di sini"

"Baguslah kalau begitu? Dimana kantornya? Aku harus segera memberi tahu Ariq, dia pasti akan sangat senang, setelah menemui Kamilia katanya Ariq akan membawanya untuk menemui orang tuanya." Mirza berkata dengan mata berbinar, mendengar informasi dari Elisha dia tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya, turut berbahagia dengan kebahagiaan yang akan segera diraih sahabatnya.

"Tapi masalahnya, Kamilia sudah tahu kalau Ariq sudah pulang sejak dua minggu yang lalu, tapi tak kunjung menemuinya. Sampai aku mengetahui jika Yumna adalah tunangan Ariq dan aku pun sudah memberitahu Kamil kalau Ariq sudah bertunangan, bahkan aku mengirim foto mereka berdua saat berdiri berdampingan di atas podium waktu itu" dengan suara bergetar Elisha mengatakan kebenarannya,

"Shiittt ..." Mirza memukul kemudi,

"Itu karena aku tidak ingin Kamil semakin terluka jika tidak buru-buru tahu kalau kekasih yang dinantinya selama lima tahun dua minggu ternyata sudah punya tunangan"

"Harusnya kamu bertanya dulu kebenarannya, Elisha" geram Mirza mencengkram kuat kemudi, hatinya yang berbunga-bunga tiba-tiba layu.

"Malam itu aku berusaha mendekati kamu untuk bertanya kebenarannya, tapi kamu sangat sibuk hingga aku memutuskan untuk pulang" bela Elisha,

"Setelah acara selesai Ariq mencarimu tapi kamu sudah pergi"

"Lalu kenapa kamu baru datang menemuiku sekarang, hah?" Elisha tak kalah geram.

"Itu karena aku pun sibuk menyiapkan segala sesuatunya di rumah sakit untuk Ariq" sentak Mirza,

"Hissh ..." desis Elisha,

"Oke, sekarang sebaiknya kita segera menemui Kamilia dan menjelaskan semuanya" Mirza bersiap untuk segera tancap gas tapi ditahan oleh Elisha,

"Tunggu!"

"Apalagi Elisha Zahiraaaaa?" geram Mirza,

"Terlambat, kita tidak bisa menemui Kamilia dan menjelaskan hal ini"

"Kenapa?"

"Karena ..."

"Karena apa? Yang jelas kalau ngomong!"

''Karena ... beberapa hari yang lalu Kamilia baru saja menerima pinangan seseorang"

"Apa?!"

Terpopuler

Comments

Sungoesdown

Sungoesdown

waduh, ngga enak banget pasti jadi Elisha.

2024-10-01

1

Yhanie Shalue

Yhanie Shalue

tuh kan Elisha gemess dech knp ga cari kebenarannya dulu,, skr kamilia kl tahu kebenarannya pasti jg bakal sedih,, ah tp gapp sblm janur melengkung msh ad kesempatan bt Ariq iya kan kak Laila😁

2024-03-12

1

lihat semua
Episodes
1 Lima Tahun Lagi
2 Menjadi Guru Privat
3 Bertemu Lagi
4 Kehilangan
5 Dia Kembali
6 Ada Yang Klik
7 Tiba-Tiba Dilamar
8 Pupus Sudah
9 Direktur El-Malik Hospital
10 Resmi Dilamar
11 Dijemput
12 Berdamai Dengan Takdir
13 Kehangatan Keluarga
14 Enam Bulan Lagi
15 Terlambat
16 You Are Mine
17 Pertemuan
18 Kisah Kita Selesai
19 Posesif
20 Salah Faham
21 Harapan Sahabat
22 Foto
23 Saling Mengenal
24 Tamu Tak Diduga
25 Ikhlaskan
26 Menuju Sah
27 Kebahagiaan VS Kesedihan
28 Sedikit Lega
29 Merasa Sangat Beruntung
30 Dia Belum Selesai
31 Kedatangan Tamu
32 Bertemu Mantan
33 Menandai Kepemilikkan
34 Bersama Feli
35 Tujuan Hidup Baru
36 Bertemu
37 Bertatap Muka
38 Yang Disesali ...
39 Kekhawatiran Cakra
40 Bersamamu Aku Tenang
41 Cemburu
42 Kesalahfahaman yang Selalu Dibenarkan
43 Ketegasan Cakra
44 Penyesalan
45 Pingsan
46 Kehadiran Orang Baru
47 Rasa yang Salah
48 Syukuran Empat Bulanan
49 Tujuh Bulanan
50 Tujuh Bulanan (2)
51 Hari yang Indah
52 Rahasia Kamilia
53 Teror
54 Peringatan
55 Sumber Bahagia yang Sederhana
56 Selangkah Lebih Maju
57 Ada yang Belum Move On Juga
58 Menghadiri Undangan
59 Seikhlas Awan Mencintai Hujan
60 Aku Merindukan Panggilan Itu
61 Pertunangan
62 Melebur Rasa
63 Kecemasan Kamilia
64 Diagnosa Dokter
65 Cakra Sadar
66 Positif
67 Vonis
68 PoV Cakra
69 Nasihat Sahabat
70 Menenangkan Diri
71 Penyesalan Kamilia
72 Melewati Masa Kritis
73 Telah Kembali
74 Teman Curhat
75 Kita Bikin Romantis
76 Welcome Baby Boy
77 Rahasia
78 Menjenguk Baby Boy
79 Aqiqah Baby Rayyan
80 Hati Oh Hati
81 Kambuh
82 Vonis Akhir
83 Buku Harian
84 Curahan Hati
85 Datang dan Pergi
86 Tak Lagi Sakit (1)
87 Tak Lagi Sakit (2)
88 Tak Lagi Sakit (3)
89 Pulang
90 Kabar Jerman
91 Hidup Baru
92 Keraguan
93 Penyambutan Calon CEO
94 Dilema
95 Tamu
96 Menghindar
97 Kebersamaan dengan Sahabat (1)
98 Kebersamaan dengan Sahabat (2)
99 Kekhawatiran Para Sahabat
100 Keputusan (1)
101 Support Keluarga
102 Kuliah 1 SKS
103 Misi Pertama
104 Bagian Dari Proses
105 Penjajakan
106 Step By Step
107 Support Calon Adik Ipar
108 Omm Baik Datang Lagi
109 Pernyataan Calon Mertua
110 Beri Aku Kesempatan
111 Tiba-Tiba Dilamar
112 Siapa Dia?
113 Dia Datang
114 Tidak Menerima Penolakan
115 Rinduku Untukmu
116 Bersama Tapi Tak Bersua
117 Surat Biru Muda
118 Aku Datang
119 Mengejar Cinta
120 Jawaban
121 Menuju Halal
122 Mengunjungi Makam Cakra
123 H-1
124 Akad
125 Kita Bikin Romantis
126 Resepsi
127 Gasskeun ...!
128 Hidup Baru, Lembaran Baru.
129 Proyek Baru
130 Video Call
131 Begadang sampai Pagi
132 Keharuan di Resepsi
133 Long Distance Marriage
134 Telat Dua Minggu
135 Diary oh Diary ...
136 Harus Pergi
137 Kedatangan Tamu
138 Berita Online
139 Musibah
140 Tindakan
141 Aa Pulang
142 Dalang Kejahatan
143 Resign
144 Pasca Resign
145 Menuju Keluarga Besar
146 Terima Kasih dan Sampai Jumpa
147 Kisah Mommy Tiara dan Daddy Arzan
148 Novel Baru
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Lima Tahun Lagi
2
Menjadi Guru Privat
3
Bertemu Lagi
4
Kehilangan
5
Dia Kembali
6
Ada Yang Klik
7
Tiba-Tiba Dilamar
8
Pupus Sudah
9
Direktur El-Malik Hospital
10
Resmi Dilamar
11
Dijemput
12
Berdamai Dengan Takdir
13
Kehangatan Keluarga
14
Enam Bulan Lagi
15
Terlambat
16
You Are Mine
17
Pertemuan
18
Kisah Kita Selesai
19
Posesif
20
Salah Faham
21
Harapan Sahabat
22
Foto
23
Saling Mengenal
24
Tamu Tak Diduga
25
Ikhlaskan
26
Menuju Sah
27
Kebahagiaan VS Kesedihan
28
Sedikit Lega
29
Merasa Sangat Beruntung
30
Dia Belum Selesai
31
Kedatangan Tamu
32
Bertemu Mantan
33
Menandai Kepemilikkan
34
Bersama Feli
35
Tujuan Hidup Baru
36
Bertemu
37
Bertatap Muka
38
Yang Disesali ...
39
Kekhawatiran Cakra
40
Bersamamu Aku Tenang
41
Cemburu
42
Kesalahfahaman yang Selalu Dibenarkan
43
Ketegasan Cakra
44
Penyesalan
45
Pingsan
46
Kehadiran Orang Baru
47
Rasa yang Salah
48
Syukuran Empat Bulanan
49
Tujuh Bulanan
50
Tujuh Bulanan (2)
51
Hari yang Indah
52
Rahasia Kamilia
53
Teror
54
Peringatan
55
Sumber Bahagia yang Sederhana
56
Selangkah Lebih Maju
57
Ada yang Belum Move On Juga
58
Menghadiri Undangan
59
Seikhlas Awan Mencintai Hujan
60
Aku Merindukan Panggilan Itu
61
Pertunangan
62
Melebur Rasa
63
Kecemasan Kamilia
64
Diagnosa Dokter
65
Cakra Sadar
66
Positif
67
Vonis
68
PoV Cakra
69
Nasihat Sahabat
70
Menenangkan Diri
71
Penyesalan Kamilia
72
Melewati Masa Kritis
73
Telah Kembali
74
Teman Curhat
75
Kita Bikin Romantis
76
Welcome Baby Boy
77
Rahasia
78
Menjenguk Baby Boy
79
Aqiqah Baby Rayyan
80
Hati Oh Hati
81
Kambuh
82
Vonis Akhir
83
Buku Harian
84
Curahan Hati
85
Datang dan Pergi
86
Tak Lagi Sakit (1)
87
Tak Lagi Sakit (2)
88
Tak Lagi Sakit (3)
89
Pulang
90
Kabar Jerman
91
Hidup Baru
92
Keraguan
93
Penyambutan Calon CEO
94
Dilema
95
Tamu
96
Menghindar
97
Kebersamaan dengan Sahabat (1)
98
Kebersamaan dengan Sahabat (2)
99
Kekhawatiran Para Sahabat
100
Keputusan (1)
101
Support Keluarga
102
Kuliah 1 SKS
103
Misi Pertama
104
Bagian Dari Proses
105
Penjajakan
106
Step By Step
107
Support Calon Adik Ipar
108
Omm Baik Datang Lagi
109
Pernyataan Calon Mertua
110
Beri Aku Kesempatan
111
Tiba-Tiba Dilamar
112
Siapa Dia?
113
Dia Datang
114
Tidak Menerima Penolakan
115
Rinduku Untukmu
116
Bersama Tapi Tak Bersua
117
Surat Biru Muda
118
Aku Datang
119
Mengejar Cinta
120
Jawaban
121
Menuju Halal
122
Mengunjungi Makam Cakra
123
H-1
124
Akad
125
Kita Bikin Romantis
126
Resepsi
127
Gasskeun ...!
128
Hidup Baru, Lembaran Baru.
129
Proyek Baru
130
Video Call
131
Begadang sampai Pagi
132
Keharuan di Resepsi
133
Long Distance Marriage
134
Telat Dua Minggu
135
Diary oh Diary ...
136
Harus Pergi
137
Kedatangan Tamu
138
Berita Online
139
Musibah
140
Tindakan
141
Aa Pulang
142
Dalang Kejahatan
143
Resign
144
Pasca Resign
145
Menuju Keluarga Besar
146
Terima Kasih dan Sampai Jumpa
147
Kisah Mommy Tiara dan Daddy Arzan
148
Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!