Tiga hari dalam seminggu, tepatnya Jum'at sampai hari Minggu, Kamilia akan datang ke kediaman muridnya yaitu Feli untuk menjadi guru ngaji gadis remaja itu.
Terhitung sudah hampir satu semester Kamilia menjadi guru ngaji di sana. Perubahan signifikan terlihat dari muridnya itu, selain sudah mulai lancar membaca Al-Qur'an Feli juga mantap untuk berhijab. Hal itu tentu disambut bahagia oleh oma dan opanya, kedua orang tuanya yang berada di luar negeri pun tak kalah bahagia, mereka bahkan berjanji akan secepatnya pulang ke tanah air untuk menghadiri acara tasyakur yang sengaja dibuat oleh omanya Feli sebagai bentuk syukur atas perubahan cucu kesayangannya itu.
"Akhirnya anak itu berubah juga" gumam Cakra yang saat ini tengah duduk di balkon kamarnya, dia memerhatikan sang keponakan yang sedang mondar mandir di teras rumah menunggu kedatangan guru ngajinya.
Hari ini dia sengaja mengosongkan jadwalnya selepas shalat Jumat dan segera pulang ke rumah hanya untuk menghilangkan kepenasarannya tentang sosok guru ngaji Feli. Biasanya meskipun di akhir pekan Cakra masih saja disibukkan dengan urusan pekerjaan dan urusan lainnya dengan teman dan kekasihnya.
Karena penasaran dengan perubahan signifikan keponakannya, dia pun penasaran dengan guru ngaji Feli yang bisa membuat keponakan manjanya itu kini lebih mandiri dan terlihat dewasa. Dari cerita mamanya tergambar jika sang guru ngaji begitu istimewa dan hebat, dan hal itu berhasil menumbuhkan rasa penasaran di hati Cakra.
Cakra beranjak dari duduknya, dia mengamati dengan seksama saat sebuah mobil milik keluarganya memasuki pekarangan rumah. Cakra yakin jika di dalam mobil itu pasti ada guru ngaji Feli yang baru dijemput oleh sopir keluarga mereka.
Tampak seorang gadis berkerudung biru keluar dari dalam mobil dan langsung disambut oleh Feli dengan antusias. Karena posisi Cakra berada di lantai dua, dia jadi tidak terlalu jelas melihat wajah sang guru ngaji tersebut. Melihat dari penampilannya uang biasa, gamis longgar dan kerudung lebar, membuat dia hanya mengerdikan bahunya berusaha acuh.
Cakra berniat kembali ke dalam kamarnya, namun langkahnya terhenti ketika melihat siapa yang keluar dari balik kemudi mobil yang membawa guri ngaji Feli tadi. Dia adalah Cipta, sahabat sekaligus asisten pribadinya di kantor. Cakra heran, kenapa bisa Cipta yang menjemput guru ngajinya Feli, apakah sahabatnya itu sudah sering menjemput guru ngajinya Feli atau hanya baru kali ini?
Entahlah Cakra sempat penasaran namun kembali dia acuhkan ketika mendengar notifikasi panggilan masuk di ponselnya.
"Ya, halo ..."
"Sayang, nanti malam jadi kan?" terdengar suara manja dari seberang telepon milik Cakra.
☘️☘️☘️
"Silakan masuk Bu Guru, sekarang kita mengajinya di tempat baru, Opa sudah menyiapkan satu ruangan khusus untuk aku belajar ngaji, semoga bu guru suka suasana barunya" sebuah gazebo di taman belakang rumah mewah itu di sulap menjadi tempat untuk Feli belajar mengaji. Tempat yang sejak awal memang sudah terlihat estetik dan nyaman, kini lebih nyaman dan estetik setelah didesain ulang dengan nuansa religi yang sangat kental terasa.
"Masya Allah, indah sekali ini, Fel" Kamilia mengusap kaligrafi yang di tempel di salah satu sisi ruangan itu, dengan bingkai yang tak kalah indah membuat Kamilia tidak tahan untuk tidak menyentuhnya.
"Bagus gak Bu Guru?" tanya Feli antusias bertanya saat melihat binar mata kagum Kamilia,
"Sangat Fel, kaligrafi ini sangat bagus." ujar Kamilia dengan fokus masih pada kaligrafi yang sedang dikaguminya tersebut.
"Mami yang kirim kaligrafinya Bu, katanya hadiah karena Feli sudah lancar baca Al-Qur'annya, mami bilang dia pesan khusus dari Madinah" jelas Feli mengusir kepenasaran Kamilia yang masih anteng mengamati setiap keindahan ukiran huruf dalam kaligrafi itu.
"Alhamdulillah, keren sekali Fel. Baiklah kalau begitu, sekarang ayo kita mulai ngajinya."
Durasi waktu sembilan puluh menit yang digunakan Kamilia dan Feli untuk mengaji, sesuai dengan kesepakatan yang dibuat dulu di awal sebelum mereka memulai belajar mengaji. Bukan tanpa alasan Kamilia membatasi waktunya, dia akan datang ba'da Ashar ke rumah Feli, dan selesai qabla maghrib, walau bagaimana pun kota ini terbilang baru bagi Kamilia, dia tidak cukup berani untuk masih berada di luar rumah jika malam hari kecuali jika itu urusan pekerjaan sekolah.
Namun bukan Feli namanya jika tidak berhasil membuat Kamilia kewalahan, gadis remaja itu selalu berhasil membuat Kamilia akhirnya melaksanakan shalat maghrib bersamanya, selain banyak pertanyaan tentang pengetahuan agama yang dilontarkan gadis itu pada sang guru dia juga meminta agar bisa dibimbing langsung shalat dan berjamaah dengan gurunya itu. Alhasil selama enam bulan ini Kamilia selalu pulang selepas maghrib bahkan selepas Isya.
Seperti malam ini, Feli meminta Kamilia untuk makan malam bersama, Kamilia pun menolak karena tidak enak hati, tetapi dengan sedikit paksaan dari omanya Feli Kamilia pun akhirnya luluh, dan menerima ajakan keluarga itu untuk makan malam bersama.
Seluruh anggota keluarga hadir di waktu makan malam itu, termasuk Cakra yang selama ini tidak pernah bertemu dengan Kamilia, malam ini turut makan malam di rumah.
Tidak ada yang istimewa dari acara makan malam ini, setelah Kamilia dikenalkan oleh Omanya Feli pada putra bungsunya itu, semuanya berjalan seperti biasa. Suara Feli dan Omanya sesekali mengisi keheningan, di sambut seperlunya oleh Kamilia yang tak jarang dilibatkan dalam obrolan mereka, dia sangat senang karena Kamilia bersedia Kamilia bersedia makan malam bersama mereka.
Waktu pun berlalu seperti seharusnya. Hari-hari Kamilia hanya seputar sekolah dan rumah Feli. Sebentar lagi di sekolah akan dilaksanakan perpisahan kelas dua belas, Kamilia yang didaulat menjadi salah satu panitia mulai sibuk membimbing anak-anak OSIS menyiapkan acara untuk kakak kelas mereka.
Minggu ini Kamilia meminta izin tidak bisa datang ke rumah Feli untuk mengajar ngaji, dia harus mempersiapkan acara perpisahan di sekolah yang akan dilaksanakan akhir pekan agar tidak mengganggu waktu efektif belajar.
"Maaf Mbak, saya tidak sengaja" Kamilia membungkukkan kepalanya saat tidak sengaja troli yang didorongnya menyenggol troli yang didorong wanita lain. Saat ini dia tengah berada di sebuah mall untuk berbelanja keperluan kegiatan sekolah dengan rekannya.
"Oh tidak apa-apa" ucap wanita berambut panjang itu datar, dia kembali fokus pada ponselnya yang masih menempel di telinganya.
"Sayang, aku udah selesai, buruan dateng ya" ucap perempuan itu dengan suara manjanya saat berbicara di telepon, sangat berbeda dengan ketika berbicara tadi pada Kamilia.
Kamilia pun kembali dengan kegiatannya, setelah berburu kebutuhan kegiatan sekolah dia pun kemudian mengantri di kasir untuk membayar.
"Bu Kam, ini ketinggalan" seorang perempuan dengan pakaian formal mendekat ke arah Kamilia yang sedang mengantri, dia memasukan barang yang tadi dibawanya ke dalam troli yang di dorong Kamilia.
"Sudah semuanya ya?" tanya Kamilia kembali memastikan belanjaannya,
"Sepertinya sudah, Bu" sahut wanita yang bersamanya, dia bernama Sarah, rekan sejawat Kamilia di sekolah tempatnya mengajar. Keduanya sama-sama pendatang di kota itu, tidak hanya di sekolah mereka sering bersama tapi juga di luar sekolah karena rumah kontrakan mereka yang juga berdekatan.
"Sayang, kamu lama banget sih" di saat bersamaan tepat di samping Kamilia seorang pemuda dengan stelan jas lengkap tengah berdiri dan disambut dengan gelayut manja gadis yang tadi sempat beradu troli dengan Kamilia.
Mengetahui siapa pemuda itu Kamilia lantas memalingkan wajahnya, walau pun baru satu kali bertemu tapi Kamilia masih ingat jika laki-laki yang sedang berdiri di sampingnya itu adalah omm nya Feli, muridnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Arkan Nuril
baca novel ini untuk yg ke dua kalinya...
2024-11-03
1