Pertemuan

"Dengar, mulai sekarang kamu harus mau aku antar jemput, kamu tidak boleh menolak kalau aku mengunjungi kamu ke sekolah, aku ingin mereka tahu kalau kamu sudah mempunyai calon suami, dan itu aku. Ingat, you are mine!" tegas Cakra tanpa jeda, membuat Kamilia hanya melongo dibuatnya.

"Faham!" mode boss nya sangat kentara kali ini, Cakra tidak mau menerima penolakan atas titah yang baru saja diucapkannya.

Kamilia yang masih larut dalam keterkejutan karena mendengar pernyataan Cakra mulai mengerjapkan matanya ketika tangan Cakra melambai-lambai di depan wajahnya. Tangan itu bahkan nyaris menyentuh bahu Kamilia namun urung ketika Cakra menyadari Kamilia terlihat menghindar dengan memundurkan badannya.

"Sorry ..." ucapnya sembari memalingkan wajah ke arah berlawanan.

Belum ada respon apapun dari Kamilia membuat Cakra kembali menghadapkan wajahnya ke arah gadis itu.

"Kamu faham kan apa yang aku katakan tadi?" Cakra kembali memastikan, dan karena tidak tahu harus menjawab apa Kamilia hanya mampu menganggukkan kepalanya.

"Kita lanjutkan perjalanan ya?"

"Iya" akhirnya Kamilia bersuara,

Mobil yang dikendarai Cakra pun kembali melaju perlahan membelah jalanan ibu kota yang mulai ramai karena orang-orang mulai mengakhiri rutinitasnya dan bersiap kembali ke rumah masing-masing.

Fakta tentang adanya seseorang yang mendekati Kamilia membuat Cakra berubah pikiran. Dia yang awalnya meminta sang mama untuk memberinya waktu agar bisa saling mengenal lebih dulu dengan Kamilia kini tengah merajuk di hadapan sang mama agar pernikahannya dengan Kamilia dipercepat.

"Sebenarnya apa yang membuat kamu ingin mempercepat pernikahan ini?" tanya sang mama dengan tatapan penuh selidik, dia takut jika Cakra hanya akan mempermainkan pernikahannya dengan Kamilia.

"Ya ...karena ...karena aku pingin aja Mam" alasan Cakra,

"Dan itu tidak dibenarkan, kalau hanya kamu yang ingin tanpa memikirkan perasaan Kamilia berarti kamu belum berhasil menyentuh hatinya" tegas sang mama,

"Tapi ma, aku yakin Kamilia juga akan setuju kalau pernikahan kami dipercepat"

"Oya? Seyakin itu kamu? Apa kamu pikir mama tidak tahu bagaimana terkejutnya Kamilia saat kita datang ke rumahnya dan melamarnya tiba-tiba?" sentak sang mama yang mulai geram dengan kelakuan putra bungsunya itu.

"Hufft ..." Cakra menghembuskan nafasnya kasar,

"Oke, kali ini aku akan jujur, tapi mama jangan ketawain aku ya?" pinta Cakra dengan penuh harap, walau ada keraguan di matanya haruskah dia jujur tentang alasan sebenarnya kenapa ingin pernikahannya dipercepat.

"Oke, mama akan dengarkan" sang ibu pun bersedekap, siap mendengarkan penjelasan putranya lebih tepatnya pengakuan putranya.

"Beberapa hari yang lalu Kamilia bilang di sekolahnya ada guru yang terus mendekati dia, katanya hampir semua rekan kerjanya mendukung guru itu untuk mendekati Kamilia, mereka bahkan menjadi bahan gosip hangat saat ini di sekolahnya Kamilia, benar kan Fel?" rupanya sang keponakan yang sejak tadi menguping diketahui keberadaannya oleh Cakra, informasi yang dia dengar hingga sedetail itu sebenarnya bukan sari Kamilia, tapi dari Feli yang tentu saja sengaja melebih-lebihkan.

"Jadi kamu cemburu? Takut kalah saing?'' Tanya mama Cakra yang tidak percaya sang putra kehilangan tingkat kepercayaan dirinya yang biasanya selangit,

"Isshhh ...mama, gak perlu diperjelas juga kali"

" Hahaha ..." akhirnya pecah juga tawa sang mama, melihat raut wajah sang putra yang memerah atas pengakuannya barusan, mama Cakra yakin jika putranya saat ini pasti merasa kehilangan harga dirinya hanya karena mengakui perasaannya pada seorang gadis.

Dulu saat bersama kekasihnya, dia memang memperkenalkan wanita itu ke seluruh dunia, selalu membawanya ke setiap pertemuan dengan kolega bisnisnya tapi sejujurnya mama Cakra belum pernah melihat sang putra mengakui cintanya pada gadis itu secara gamblang, dia hanya memberikan perhatian secara finansial, selebihnya sang mama tidak melihat jika sang putra mencintai mantan kekasihnya itu seperti dia melihat Cakra saat ini.

"Mamaaaa ..."

"Oke ...oke, kalau begitu mama akan membicarakannya dulu dengan papa dan kakakmu, mereka harus tahu perihal ini. Mama gak mau disalahkan nantinya, apalagi kakakmu, dia sudah bilang akan buatkan baju pengantin spesial untuk pernikahan kalian"

Lega, itulah yang dirasakan Cakra setelah mendengar penjelasan mamanya, perlahan tapi pasti dirinya akan membuka lembaran baru bersama wanita yang perlahan sudah menguasai hatinya.

Berita pernikahan yang tiba-tiba dipercepat pun sudah sampai ke telinga Kamilia, seperti yang sudah-sudah dia bahkan tak ada jeda walau sekedar untuk bernafas panjang. Saat calon mertuanya menyampaikan rencana pernikahannya yang akan digelar dua minggu lagi Kamilia beralasan akan membicarakannya terlebih dahulu dengan prang tua dan keluarganya di kampung, namun fakta jika keluarganya sudah mengetahui bahkan sudah turut menyiapkan pernikahannya kembali membuat Kamilia tercengang.

"Baiklah Ibu" ucap Kamilia pada akhirnya, semua persiapan pernikahan sudah tertata rapi, calon mertua dan calon kakak iparnya yang menyiapkan segalanya. Pernikahan akan dilaksanakan dua kali, pertama di kampung halaman Kamilia yaitu Garut dan resepsi mewah sudah disiapkan di Jakarta dua hari setelahnya.

"Mulai sekarang jangan panggil Ibu, kamu akan menjadi menantu mama, jadi panggil mama saja sama seperti Cakra"

Rasanya masih seperti mimpi, orang tua atau wali siswa yang mempercayakan putrinya untuk dididik oleh Kamilia kini akan segera berubah status. Penantian panjangnya dengan segala rasa dan kesetiaan yang dia miliki harus berakhir untuk orang lain.

Bayangan masa putih abu-abu kembali melintas, ketika Ariq memintanya untuk menunggu.

"Tak perlu mengikatku dengan janji. Bila aku takdirmu, kita pasti akan bertemu. Untuk sekarang, kita kerjakan bagian kita masing-masing, aku dengan hidupku, kamu dengan hidupmu. Perihal temu, datanglah bila sudah benar-benar siap. Itu juga bila belum ada yang mendahuluimu.”

"Rupanya dirimu memang belum benar-benar siap, maaf jika ternyata ada yang telah mendahuluimu" batin Kamilia,

Saat ini dia sudah berada di kontrakannya, Cakra yang mengantarkannya..Sempat ditawari untuk menginap bersama Feli, namun Kamilia menolak dan memilih pulang. Kini langit-langit kamar berwarna putih menjadi objek yang nyaman untuk ditatap olehnya.

Tok ...tok ...tok ...tok ...

Suara ketukan pintu terdengar, membuat Kamilia melepaskan diri dari lamunannya. Dia menajamkan telinga memastikan jika benar ketukan itu adalah ketukan pintu rumah kontrakannya. Kamilia meraih ponselnya melihat mungkin ada chat dari teman atau siapapun yang akan berkunjung ke kontrakannya malam ini, melihat jam di dinding menunjukkan pukul sembilan malam. Nihil, tak ada pesan masuk dari siapapun. Ketukan di pintu terus terdengar, artinya tamu yang datang masih berada di depan rumah kontrakannya.

"Assalamu'alaikum, Kamil. Ini aku, Elisha" mendengar suara yang tidak asing di telinganya Kamilia bernafas lega, dia buru-buru ke luar dari kamarnya setelah sempat merapikan kerudung blus yang dipakainya.

"Wa'alaikumsalam" Kamilia pun membuka pintu kontrakannya, di hadapannya telah berdiri Elisha bersama dua laki-laki yang sangat dikenalnya.

"El ..." Kamilia tak mampu melanjutkan ucapannya saat melihat tatapan dua laki-laki itu tertuju padanya, yang satu menatapnya dengan mata berbinar seperti telah menemukan sesuatu yang berharga, sementara yang satunya lagi menatapnya dengan tatapan penuh kerinduan.

"Sorry Kamil, mereka memaksa aku untuk menemui kamu" dengan wajah dipenuhi rasa bersalah Elisha berbicara lirih.

Kamilia yang sempat merasa dunianya berhenti karena pertemuannya dengan seseorang yang sudah dianggap masa lalunya, dengan segera mengembalikan fokusnya, dia tersenyum menyambut ketiga teman masa putih abu-abunya itu dengan mempersilakan mereka masuk.

Sebuah ruangan yang dijadikan Kamilia sebagai ruang tamu beralaskan karpet lumayan tebal dan dinding yang dilapisi wallpaper pemandangan laut membuat siapapun yang duduk di sana merasa nyaman. Walau pun ini hanya rumah kontrakannya, tapi Kamilia sengaja mendesain sesuai keinginannya agar nyaman.

Ketiganya duduk bersila dia atas karpet, dua laki-laki, Ariq dan Mirza, yang pertama kali datang ke sana mengedarkan pandangan, terutama Ariq. Dia seolah meneliti setiap sudut tempat itu dan membuatnya berhasil mengangkat kedua sudut bibirnya.

"Kamu tidak berubah" gumam Ariq yang ternyata terdengar oleh Elisha dan Mirza, keduanya hanya saling menatap dengan tatapan tak bisa diartikan.

Setelah mengetahui fakta jika Kamilia telah menerima pinangan laki-laki lain, Elisha dan Mirza sepakat untuk tutup mulut. Keduanya akan membiarkan Ariq mendengarkannya langsung dari Kamilia dan membiarkan kedua sejoli itu memutuskan yang terbaik untuk hubungan mereka.

Terpopuler

Comments

TETI Kasianti

TETI Kasianti

jadi penasaran kelanjutan ceritanya gimana,,,,

2025-01-10

1

Yhanie Shalue

Yhanie Shalue

aku masih berharap kamilia berjodoh sm pk dokter,, semoga saja🤲🏼

2024-03-14

2

Meli Anja

Meli Anja

cergep nih mas cakra takut ditikung sama orang lain ..apalagi kalau tau ada masalalu milia yang belum selesai masih ingin kembali gmn teaksinya nih..

2024-03-14

1

lihat semua
Episodes
1 Lima Tahun Lagi
2 Menjadi Guru Privat
3 Bertemu Lagi
4 Kehilangan
5 Dia Kembali
6 Ada Yang Klik
7 Tiba-Tiba Dilamar
8 Pupus Sudah
9 Direktur El-Malik Hospital
10 Resmi Dilamar
11 Dijemput
12 Berdamai Dengan Takdir
13 Kehangatan Keluarga
14 Enam Bulan Lagi
15 Terlambat
16 You Are Mine
17 Pertemuan
18 Kisah Kita Selesai
19 Posesif
20 Salah Faham
21 Harapan Sahabat
22 Foto
23 Saling Mengenal
24 Tamu Tak Diduga
25 Ikhlaskan
26 Menuju Sah
27 Kebahagiaan VS Kesedihan
28 Sedikit Lega
29 Merasa Sangat Beruntung
30 Dia Belum Selesai
31 Kedatangan Tamu
32 Bertemu Mantan
33 Menandai Kepemilikkan
34 Bersama Feli
35 Tujuan Hidup Baru
36 Bertemu
37 Bertatap Muka
38 Yang Disesali ...
39 Kekhawatiran Cakra
40 Bersamamu Aku Tenang
41 Cemburu
42 Kesalahfahaman yang Selalu Dibenarkan
43 Ketegasan Cakra
44 Penyesalan
45 Pingsan
46 Kehadiran Orang Baru
47 Rasa yang Salah
48 Syukuran Empat Bulanan
49 Tujuh Bulanan
50 Tujuh Bulanan (2)
51 Hari yang Indah
52 Rahasia Kamilia
53 Teror
54 Peringatan
55 Sumber Bahagia yang Sederhana
56 Selangkah Lebih Maju
57 Ada yang Belum Move On Juga
58 Menghadiri Undangan
59 Seikhlas Awan Mencintai Hujan
60 Aku Merindukan Panggilan Itu
61 Pertunangan
62 Melebur Rasa
63 Kecemasan Kamilia
64 Diagnosa Dokter
65 Cakra Sadar
66 Positif
67 Vonis
68 PoV Cakra
69 Nasihat Sahabat
70 Menenangkan Diri
71 Penyesalan Kamilia
72 Melewati Masa Kritis
73 Telah Kembali
74 Teman Curhat
75 Kita Bikin Romantis
76 Welcome Baby Boy
77 Rahasia
78 Menjenguk Baby Boy
79 Aqiqah Baby Rayyan
80 Hati Oh Hati
81 Kambuh
82 Vonis Akhir
83 Buku Harian
84 Curahan Hati
85 Datang dan Pergi
86 Tak Lagi Sakit (1)
87 Tak Lagi Sakit (2)
88 Tak Lagi Sakit (3)
89 Pulang
90 Kabar Jerman
91 Hidup Baru
92 Keraguan
93 Penyambutan Calon CEO
94 Dilema
95 Tamu
96 Menghindar
97 Kebersamaan dengan Sahabat (1)
98 Kebersamaan dengan Sahabat (2)
99 Kekhawatiran Para Sahabat
100 Keputusan (1)
101 Support Keluarga
102 Kuliah 1 SKS
103 Misi Pertama
104 Bagian Dari Proses
105 Penjajakan
106 Step By Step
107 Support Calon Adik Ipar
108 Omm Baik Datang Lagi
109 Pernyataan Calon Mertua
110 Beri Aku Kesempatan
111 Tiba-Tiba Dilamar
112 Siapa Dia?
113 Dia Datang
114 Tidak Menerima Penolakan
115 Rinduku Untukmu
116 Bersama Tapi Tak Bersua
117 Surat Biru Muda
118 Aku Datang
119 Mengejar Cinta
120 Jawaban
121 Menuju Halal
122 Mengunjungi Makam Cakra
123 H-1
124 Akad
125 Kita Bikin Romantis
126 Resepsi
127 Gasskeun ...!
128 Hidup Baru, Lembaran Baru.
129 Proyek Baru
130 Video Call
131 Begadang sampai Pagi
132 Keharuan di Resepsi
133 Long Distance Marriage
134 Telat Dua Minggu
135 Diary oh Diary ...
136 Harus Pergi
137 Kedatangan Tamu
138 Berita Online
139 Musibah
140 Tindakan
141 Aa Pulang
142 Dalang Kejahatan
143 Resign
144 Pasca Resign
145 Menuju Keluarga Besar
146 Terima Kasih dan Sampai Jumpa
147 Kisah Mommy Tiara dan Daddy Arzan
148 Novel Baru
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Lima Tahun Lagi
2
Menjadi Guru Privat
3
Bertemu Lagi
4
Kehilangan
5
Dia Kembali
6
Ada Yang Klik
7
Tiba-Tiba Dilamar
8
Pupus Sudah
9
Direktur El-Malik Hospital
10
Resmi Dilamar
11
Dijemput
12
Berdamai Dengan Takdir
13
Kehangatan Keluarga
14
Enam Bulan Lagi
15
Terlambat
16
You Are Mine
17
Pertemuan
18
Kisah Kita Selesai
19
Posesif
20
Salah Faham
21
Harapan Sahabat
22
Foto
23
Saling Mengenal
24
Tamu Tak Diduga
25
Ikhlaskan
26
Menuju Sah
27
Kebahagiaan VS Kesedihan
28
Sedikit Lega
29
Merasa Sangat Beruntung
30
Dia Belum Selesai
31
Kedatangan Tamu
32
Bertemu Mantan
33
Menandai Kepemilikkan
34
Bersama Feli
35
Tujuan Hidup Baru
36
Bertemu
37
Bertatap Muka
38
Yang Disesali ...
39
Kekhawatiran Cakra
40
Bersamamu Aku Tenang
41
Cemburu
42
Kesalahfahaman yang Selalu Dibenarkan
43
Ketegasan Cakra
44
Penyesalan
45
Pingsan
46
Kehadiran Orang Baru
47
Rasa yang Salah
48
Syukuran Empat Bulanan
49
Tujuh Bulanan
50
Tujuh Bulanan (2)
51
Hari yang Indah
52
Rahasia Kamilia
53
Teror
54
Peringatan
55
Sumber Bahagia yang Sederhana
56
Selangkah Lebih Maju
57
Ada yang Belum Move On Juga
58
Menghadiri Undangan
59
Seikhlas Awan Mencintai Hujan
60
Aku Merindukan Panggilan Itu
61
Pertunangan
62
Melebur Rasa
63
Kecemasan Kamilia
64
Diagnosa Dokter
65
Cakra Sadar
66
Positif
67
Vonis
68
PoV Cakra
69
Nasihat Sahabat
70
Menenangkan Diri
71
Penyesalan Kamilia
72
Melewati Masa Kritis
73
Telah Kembali
74
Teman Curhat
75
Kita Bikin Romantis
76
Welcome Baby Boy
77
Rahasia
78
Menjenguk Baby Boy
79
Aqiqah Baby Rayyan
80
Hati Oh Hati
81
Kambuh
82
Vonis Akhir
83
Buku Harian
84
Curahan Hati
85
Datang dan Pergi
86
Tak Lagi Sakit (1)
87
Tak Lagi Sakit (2)
88
Tak Lagi Sakit (3)
89
Pulang
90
Kabar Jerman
91
Hidup Baru
92
Keraguan
93
Penyambutan Calon CEO
94
Dilema
95
Tamu
96
Menghindar
97
Kebersamaan dengan Sahabat (1)
98
Kebersamaan dengan Sahabat (2)
99
Kekhawatiran Para Sahabat
100
Keputusan (1)
101
Support Keluarga
102
Kuliah 1 SKS
103
Misi Pertama
104
Bagian Dari Proses
105
Penjajakan
106
Step By Step
107
Support Calon Adik Ipar
108
Omm Baik Datang Lagi
109
Pernyataan Calon Mertua
110
Beri Aku Kesempatan
111
Tiba-Tiba Dilamar
112
Siapa Dia?
113
Dia Datang
114
Tidak Menerima Penolakan
115
Rinduku Untukmu
116
Bersama Tapi Tak Bersua
117
Surat Biru Muda
118
Aku Datang
119
Mengejar Cinta
120
Jawaban
121
Menuju Halal
122
Mengunjungi Makam Cakra
123
H-1
124
Akad
125
Kita Bikin Romantis
126
Resepsi
127
Gasskeun ...!
128
Hidup Baru, Lembaran Baru.
129
Proyek Baru
130
Video Call
131
Begadang sampai Pagi
132
Keharuan di Resepsi
133
Long Distance Marriage
134
Telat Dua Minggu
135
Diary oh Diary ...
136
Harus Pergi
137
Kedatangan Tamu
138
Berita Online
139
Musibah
140
Tindakan
141
Aa Pulang
142
Dalang Kejahatan
143
Resign
144
Pasca Resign
145
Menuju Keluarga Besar
146
Terima Kasih dan Sampai Jumpa
147
Kisah Mommy Tiara dan Daddy Arzan
148
Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!