Satu bulan berlalu sejak kabar kembalinya Ariq ke telinga Kamilia, hingga kini masih hanya sebatas kabar angin baginya.
Sampai saat ini Kamilia tak kunjung mendapat kabar perihal laki-laki yang sudah dia tunggu selama lima tahun ini. Dalam hati tentu bertanya-tanya, apakah gerangan yang terjadi dengan kekasih hatinya itu, apakah dia sedang menyiapkan kejutan manis untuk menghalalkannya? Ataukah memang sudah lupa akan janjinya?.
Berbagai spekulasi tumbuh di benak Kamilia, sehingga sadar atau tidak apa yang dipikirkannya beberapa hari ini berpengaruh pada kinerjanya. Semangatnya perlahan menyusut, bukan hanya saat berada di sekolah tetapi saat menjadi guru ngaji Feli pun dia sering kehilangan fokusnya.
Kamilia sudah berusaha untuk bersikap biasa, mengendalikan apa yang bisa dikendalikannya, tapi ketika rasa itu berubah menjadi ketidakpastian tentu saja dirinya tak bisa mengelak dari rasa khawatir.
"Bu Kamilia kenapa? Saya lihat akhir-akhir ini sepertinya kurang bersemangat" tanya Sarah yang memilih duduk di kursi yang berdekatan dengan Kamilia, siang ini mereka sedang berada di kantin khusus guru dan karyawan untuk makan siang.
"Kelihatan ya?" tanya Kamilia dengan senyumnya, berusaha menutupi kegelisahan hatinya.
"Jelas sekali, Ibu sakit? Atau ..."
"Tidak apa-apa Bu Sarah, sepertinya tubuh sedang akan meminta haknya untuk lebih banyak istirahat" Kamilia memotong perkataan Sarah dengan cepat,
"Kalau ngeprivat ngaji masih Bu?" tanya Sarah,
"Alhamdulillah masih, Bu"
"Sepertinya Ibu kelelahan, mungkin aktifitasnya harus ada yang dikurangi" saran Sarah dengan tatapan mata khawatir, dia tahu jika Kamilia menjadi salah satu guru andalan di sekolah. Tidak hanya tugas mengajar yang banyak tapai beberapa kegiatan ekskul juga dipercayakan kepala sekolah padanya.
"Iya, terima kasih atas kekhawatiran dan perhatiannya, Bu Sarah" ucap Kamilia tulus.
"Bukan hanya Bu Sarah lho yang khawatir, saya juga khawatir Bu kalau Bu Kamilia sakit, apalagi seseorang di samping saya, khawatir banget ngelihat Ibu seperti tak ada gairah gitu"
Ternyata obrolan Kamilia dan Sarah sampai ke telinga guru lain yang sama-sama sedang makan siang di sana, keduanya pun menoleh ke arah sumber suara. Tampak dua orang guru laki-laki tengah duduk di meja tepat di belakang mereka.
"Eh Pak Syahril, Pak Feri, makan Pak" sapa Sarah menganggukan kepalanya ke arah mereka, begitu pun dengan Kamilia.
Tidak ada lagi obrolan di antara keduanya, mereka buru-buru menghabiskan makan siangnya karena sebentar lagi jam masuk akan dimulai.
Ting ...
Notifikasi pesan di ponsel Kamilia menghentikan aktifitasnya yang sedang menyiapkan materi untuk sore ini. Hari ini Kamilia pulang lebih awal ke rumah kontrakannya sebelum berangkat ke rumah Feli, hari Jumat jadwal mengajarnya memang tidak terlalu padat, biasanya dia akan berangkat langsung dari sekolah selepas shalat Ashar, tapi untuk hari ini dia memilih pulang dulu untuk sekedar mengistirahatkan tubuhnya.
"Assalamu'alaikum, Bu Kamilia, bagaimana keadaannya? Mau saya antar ke dokter? Kata Bu Sarah tadi Ibu pulang duluan"
"Hufft ..." Kamilia menghembuskan nafasnya, walau pun nomor yang mengiriminya pesan itu tidak disave, tapi dari foto profilnya dia tahu jika itu adalah rekan guru, Pak Syahril.
"Wa'alaikumsalam. Alhamdulillah baik, tidak perlu Pak, saya baik-baik saja." balas Kamilia seadanya.
"Alhamdulillah kalau begitu, saya tenang mendengarnya. Jaga kesehatan selalu ya, Bu."
Balasan pesan dari guru yang bernama Syahril kembali diterima Kamilia. Dia lalu mengirim emot dua tangan yang saling mengatup sebagai ucapan terima kasih.
Perhatian Syahril ternyata semakin menjadi, setiap ada kesempatan tidak sungkan dia menunjukkan perhatiannya pada Kamilia. Beberapa guru yang kebetulan melihatnya tampak antusias mengompori keduanya agar jadian, tapi respon Kamilia yang hanya menanggapi seperlunya membuat mereka hanya sekedar sambil bercanda mengutarakannya.
"Bu Kamilia, sepertinya Pak Syahril ada rasa sama Ibu" Bu Anggun salah satu rekan guru Kamilia memulai percakapan, dari segi usia dia memang lebih senior daripada Kamilia dan Sarah, dia bahkan sudah berkeluarga dengan dua anak yang sudah cukup besar.
"Ah Ibu bisa aja, jangan suudzon" balas Kamilia dengan kekehan,
"Idih, siapa juga yang su'udzon, justru ini adalah prasangka baik lho. Saya setuju kalau Bu Kamilia dan Pak Syahril jadian, semoga kalian berjodoh, kalian sangat cocok." ucap Bu Anggun dengan antusias,
"Apalagi Pak Syahril juga seorang pengusaha lho Bu, dia hanya ngajar buat sampingan aja, biar gak jenuh katanya" bisik Bu Anggun yang sepertinya sangat tahu tentang Pak Syahril.
Tentu saja Bu Anggun tahu, di sekolah mereka semua orang sangat tahu siapa seorang Syahril. Guru muda yang tampan, mapan dan juga cerdas dan jadi favorit semua murid cewek.
Setelah satu tahun mengajar di sekolah itu sebagai ASN, rekan-rekannya baru tahu jika Syahril juga adalah seorang pengusaha. Beberapa kafe miliknya tersebar di beberapa tempat strategis di kota itu, belum lagi beberapa distro dengan brand yang sudah sangat terkenal di kalangan remaja juga dimilikinya.
"Hhe ...terima kasih informasinya, Ibu" sahut Kamilia dengan wajah nyengirnya, dia hanya tersenyum sembari geleng-geleng kepala kecil mendengar penuturan Bu Anggun.
Berita tentang Pak Syahril yang menyukainya bukan hanya Kamilia dengar dari Bu Anggun maupun Bu Sarah. Terakhir Pak Feri, guru laki-laki yang juga masih single seperti Pak Syahril datang ke meja nya hanya untuk memberitahukan hal itu.
Lagi-lagi Kamilia hanya tersenyum menanggapinya, dia tidak ingin terlalu serius menanggapinya dan menganggap jika itu hanya obrolan bercanda rekan-rekannya.
Tetapi pemikiran Kamilia hari ini terpatahkan. Setelah rapat dinas yang di adakan menjelang kegiatan kesiswaan, Pak Syahril mengiriminya pesan untuk bertemu karena ingin ada yang dibicarakan. Keduanya terlibat jadi panitia pada acara Perkemahan Jumat, Sabtu, Minggu (Perjusami) yang akan diadakan pekan depan.
Dengan dalih karena ada hal yang ingin dibicarakan perihal persiapan Perjusami, Syahril meminta Kamilia untuk bertemu di hari libur.
"Maaf Pak, hari minggu saya ada jadwal privat. Kita bicarakan besok saja di sekolah" pesan balasan Kamilia atas ajakan Syahril pun terkirim.
Tapi entah tahu dari mana alamat kontrakannya, batu saja Kamilia menyimpan ponsel di atas meja yang digunakannya untuk belajar, terdengar suara ketukan pintu.
Kamilia pun merapikan kerudung pashmina nya sebelum membuka pintu. Dan alangkah terkejutnya dia saat membuka pintu ternyata Syahril sudah berdiri di hadapannya.
"Jadwal privatnya sore kan? Jadi kalau pagi ini kita pergi bisa kan?" ucap Syahril setelah mengucapkan salam dan dijawab terbata oleh Kamilia karena masih kaget.
"Maaf Pak Syahril saya ..."
"Kita tidak berdua, di mobil sudah ada Pak Feri, Bu Widia dan Bu Seni. Bu Sarah juga sudah diajak, dia sedang bersiap, tuh sudah dijemput sama Pak Firman" tunjuk Syahril dengan dagunya ke arah teras rumah kontrakan Sarah yang memang bersisian dengan kontrakan Kamilia.
"Ayo Bu, kita let's go ..." teriak Bu Widia dan Bu Seni bersamaan dari dalam mobil yang dikemudikan oleh Pak Feri.
Tidak ada lagi alasan yang bisa diberikan oleh Kamilia, dia akhirnya mengangguk, bersedia ikut ajakan Syahril.
Salah satu kafe yang katanya milik Syahril menjadi tempat berkumpulnya mereka, empat guru perempuan dan tiga guru laki-laki yang menjadi panitia inti acara perjusami kini telah berkumpul di ruangan yang khusus disediakan untuk mereka.
Aneka jenis minuman sesuai pesanan telah tersaji di atas meja. Tidak lama kemudian, dia orang waiters datang membawa makanan pesanan mereka.
Obrolan tentang persiapan kegiatan perjusami pun dimulai. Feei sebagai ketua pelaksana memimpin jalannya rapat, dibuka oleh Widia sebagai sekretaris panitia, sementara yang lainnya menyimak termasuk Kamilia yang kebagian tugas menjadi divisi acara pada kegiatan itu masih menyimak pemaparan Feri sebagai ketua pelaksana.
Obrolan santai pun terus berlanjut, semua orang berperan aktif mengeluarkan ide dan pendapatnya. Begitu pun dengan Kamilia, dia mencatat banyak hal sebagai bahan untuk menyusun acara yang akan dilaksakan selama tiga hari itu.
Tibalah waktu makan siang, hidangan makan siang pun telah tersaji. Kamilia memilih pamit terlebih dahulu untuk melaksanakan shalat dzuhur. Hal itu kembali menjadi perhatian Syahril. Dia pun turut berdiri bermaksud untuk menunjukkan kepada Kamilia tempat yang akan digunakan shalat oleh gadis itu.
"Shalatnya di sini saja, Bu. Kalau jam segini Mushala kafe biasanya penuh" alasan Syahril, dia mengarahkan Kamilia agar mengikutinya.
Kamilia tertegun saat di pintu ruangan yang akan dimasukinya bertuliskan ruangan direktur utama.
"Pak ini kan ..."
"Gak apa-apa, Bu, di dalam juga ada tempat shalat tapi kecil, jadi kita bergantian aja ya. Kasihan kalau harus mengantri ya di mushola bawah, jadi di sini saja ya!" seru Syahril yang sengaja memotong ucapan Kamilia yang terlihat sungkan saat akan memasuki ruangan itu.
"Wisssh ...yang pdkt kayaknya makin gencar nih" selepas Kamilia memasuki ruangan itu, Syahril dikejutkan dengan kedatangan Feri dan Widia, keduanya senyum-senyum menatap Syahril yang masih berdiri di depan pintu yang sudah menelan Kamilia.
"Bantu ya, hatiku sepertinya sudah klik banget." jawab Syahril jujur, membuat dua rekannya semakin melebarkan senyumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Sungoesdown
lucu amat pak syahril
2024-09-30
0
Yhanie Shalue
Semangat Pak Syahril,, tapi juga harus siap2 patah hati😅
2024-03-02
1