20

Aku tidak begitu ingat, tetapi Meilani adalah salah satu streamer kecil yang dulu pernah mendapat banyak donasi dariku. Waktu itu, ia sedang membutuhkan banyak uang untuk biaya pengobatan ibunya yang dirawat di rumah sakit.

Kebetulan, saat itu aku sedang mengirim donasi besar-besaran kepada semua streamer yang sedang siaran untuk membeli skill God Of Medicine. Kalau tidak salah, saat itu aku sedang berusaha untuk menyembuhkan Sintia yang jatuh sakit.

Membahas soal skill tersebut, terkadang aku merasa ada yang tidak beres tentang itu. Aku memiliki banyak metode pengobatan, termasuk salah satunya dengan mentransfer energi dalam atau spritual Qi milikku. Masalahnya, energi Qi dariku sering kali membuat wanita menjadi menggila.

Selain itu, aku sempat membaca beberapa novel tentang kultivasi dan berpikir bahwa yang aku lakukan mungkin adalah yang disebut kultivasi ganda. Itu aku simpulkan seperti itu setelah melihat semua wanitaku mulai membangkitkan kekuatan atau potensi terpendamnya.

"Maafkan aku, Mei. Kurasa waktu itu seharusnya aku tidak mengambil keuntungan darimu," ucapku yang merasa bersalah tentang kejadian di kamar mandi.

Saat ini, kami berdua ketemuan di sebuah taman kota karena ingin membahas masalah itu.

"Tidak apa-apa, Kak Rian. Anggap saja itu adalah balasan dariku atas bantuanmu," jawab Meilani.

Aku masih merasa bersalah. Aku mengirim donasi waktu itu bukan karena ingin menolongnya yang sedang membutuhkan uang untuk ibunya.

Kemudian, ia memaksaku untuk pergi ke suatu tempat, dan itu ternyata menuju rumahnya.

"Kak Rian, kau bebas melakukan apapun kepadaku selama kamu mau membantu membayarkan biaya operasi ibuku," ucap Meilani tampak putus asa.

Aku terdiam sejenak, tidak menyangka bahwa ia akan melakukan hal tersebut. Aku merasa semakin bersalah dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Baiklah, aku akan segera mentransferkan uangnya hari ini agar ibumu bisa langsung dioperasi," kataku dengan tegas.

Meilani terlihat lega mendengar kata-kataku. Kami berdua kemudian pergi ke rumah sakit untuk membayar biaya operasi ibunya. Setelah itu, aku merasa sedikit lega dan lega bahwa aku telah membantu Meilani dan ibunya.

[Ding][+50 Juta Saldo Pribadi][Total : 880 Juta SP]

Aku tidak terlalu begitu senang dan merasa telah berbuat baik dari hal ini. Meski begitu, aku merasa lega karena operasinya berhasil.

"Aku sudah menyuruh seseorang untuk membantu merawat ibumu. Jadi, kau bisa tenang menjalani latihan bersama Melly untuk mengikuti turnamen E-sport nanti," kataku setelah selesai menjenguk ibunya di ruang perawatan.

Kami pun memutuskan untuk jalan-jalan sebentar mencari udara segar. Meilani terlihat lega dan tersenyum, berterima kasih atas bantuannya. Kami berdua kemudian berjalan-jalan santai sambil mengobrol tentang berbagai hal.

Tak sadar kami pun tiba di area taman kota, tempat kami bertemu sebelumnya. Taman ini memang cukup dekat dengan rumah sakit, pantas saja Meilani mengajak ketemuan di sini.

Meilani adalah gadis cantik berkacamata dan bermata sipit dengan rambut lurus serta kulit putih bersih. Dia memiliki senyuman yang manis dan ramah, serta kepribadian yang ceria dan ramah. Meilani juga terlihat seperti gadis yang pintar dan rajin belajar, jadi kemungkinan besar ia selalu menjadi salah satu siswi terbaik di sekolahnya.

Saat kami melewati pohon di pinggir jalan setapak taman, Meilani tiba-tiba menarik tanganku.

"Kita mau ke mana?" tanyaku penasaran ketika ia terus menarik tanganku menuju suatu tempat.

Meilani tidak menjawab dan terus membimbingku sampai akhirnya kami tiba di sebuah pondok kayu yang lokasinya cukup tersembunyi.

Tanpa bertanya pun aku sudah bisa menebak apa yang ingin dilakukannya. Meski begitu, ada sisi lain dari diriku yang berharap bisa terjadi sesuatu antara kami berdua di tempat ini.

Kami pun masuk ke dalam pondok kayu tersebut dan duduk di sebuah bangku yang tersedia di dalamnya. Suasana di dalam pondok kayu cukup tenang dan damai, membuat kami berdua merasa nyaman.

"Kak Rian, aku ingin berterima kasih lagi atas semua bantuannya. Tanpa bantuanmu, aku tidak tahu bagaimana nasib ibuku," ucap Meilani sambil menatapku dengan tulus.

"Aku juga senang bisa membantu, Mei. Kamu tidak perlu berterima kasih, aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan sebagai teman," jawabku dengan tersenyum.

Kami berdua kemudian terdiam sejenak, menikmati keheningan di dalam pondok kayu tersebut.

"Tapi sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku sampaikan kepadamu, Kak Rian," ucap Meilani tiba-tiba.

Aku menatapnya dengan kagum, tidak tahu apa yang ingin dikatakannya.

"Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku senang bisa memiliki Kak Rian sebagai teman. Karena sejak pertama kali kita bertemu, aku merasa bahwa kita memiliki ikatan yang kuat," lanjut Meilani dengan wajah serius.

Aku terdiam sejenak, tidak menyangka bahwa ia memiliki perasaan yang sama denganku.

"Benarkah, Mei? Aku juga merasa hal yang sama. Aku merasa bahwa kita memiliki hubungan yang lebih dari sekadar teman," ucapku dengan rasa haru.

Meilani tersenyum dan menggenggam tanganku dengan erat.

"Ayo kita jaga hubungan ini baik-baik, Kak Rian. Aku tidak ingin kehilanganmu," ucapnya dengan tulus.

Kami berdua saling tersenyum, merasa lega bahwa perasaan kami terhadap satu sama lain akhirnya terungkap. Kami pun memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius lagi setelah ini.

Setelah keheningan sesaat, tanganku yang nakal mulai mengelus-elus pahanya dengan penuh kehati-hatian dan lembut. Meilani mulai tampak gelisah dan mengalihkan pandangannya, tapi ia sama sekali tidak menepis tanganku atau menolak perbuatanku tersebut.

Aku pun menggeser pantatku agar bisa lebih merapatkan dudukku dengannya. Aku mengelus rambutnya yang halus dan hidungku mulai mengendus-endus aroma tubuhnya yang wangi, meski ada sedikit bau keringat.

Aku angkat tangannya dan melingkarkan ke leherku. Kepalaku sudah menyusup di sela ketiaknya dan di depan wajahku terpampang bukit ranum miliknya. Meilani pun berinisiatif sendiri untuk menyingkap dan melipat bajunya sehingga salah satu bukit itu dapat mencuat keluar.

Hatiku berdebar kencang saat melihatnya, dan aku pun mencium lembut bukit itu. Meilani pun menjawab ciumanku dengan penuh keinginan.

Kami berdua pun saling memeluk erat, dan aku bisa merasakan getaran dari tubuh Meilani yang menandakan rasa gugup dan keinginan yang sama seperti yang kurasakan.

Kami pun saling bertatapan, dan tanpa kata-kata, kami tahu bahwa saat itu adalah saat yang tepat untuk menjadi lebih dari sekadar teman. Aku mencium bibirnya dengan penuh gairah, dan kami pun terlibat dalam ciuman yang penuh cinta.

"Ku harap, kali ini kamu dapat menikmatinya atas dasar suka sama suka," kataku sebelum melanjutkan lebih jauh lagi.

Setelah Meilani mengangguk sebagai pertanda jawabannya, aku pun tidak menahan diri lagi.

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

Tak lama kemudian, kami berdua keluar dari pondok kayu dan kembali ke taman kota. Kami berjalan bersama sambil bercanda dan tertawa, merasa bahagia dengan keputusan kami untuk bersama.

Akhirnya, aku merasa bahwa kejadian yang awalnya membuatku bersalah telah berujung pada sesuatu yang lebih indah. Dan aku bersyukur atas semua yang telah terjadi dalam hidupku, termasuk pertemuan dengan Meilani yang menciptakan kenangan tak terlupakan di pondok itu.

Setelah berpisah dengan Meilani, tiba-tiba aku kehilangan kesadaran dan jatuh pingsan.

"P-Putri?"

Aku terkejut menemukan diriku terbangun di pondok kayu tadi, tapi dengan posisi Putri di sampingku.

"Aku tidak masalah dengan kau yang bermain-main dengan wanita lain. Tapi ingat, kau tidak akan pernah bisa lepas dari genggamanku," ucapnya dengan tegas dan membuatku merinding.

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

"Apakah ini memang hobimu? Kenapa kau suka sekali membius dan mengikatku seperti ini?" ujarku tak berdaya.

Putri hanya tersenyum seraya mengeluarkan sebuah senjata cambuk dari tas miliknya.

"A-apa yang ingin kau lakukan? Tolong jangan terlalu kasar padaku! Tidak!"

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Cowok Rese

Cowok Rese

/Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-03-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!