8

Salah satu sifat manusia itu adalah selalu merasa penasaran. Itu bisa menjadi suatu hal buruk saat merasa penasaran pada suatu hal yang dilarang. Ini adalah hal yang selalu dimanfaatkan oleh Kevin dan gangster-nya untuk meraup banyak keuntungan.

Mereka telah mendorong orang-orang kalangan atas seperti selebriti, anak pejabat, bahkan rakyat biasa juga tidak dilepas, untuk mencoba obat-obatan terlarang. Setelah berhasil membuatnya kecanduan, maka orang-orang itu telah jatuh dalam rencana mereka yang busuk. Mereka nantinya menawarkan obat-obatan dengan harga yang mahal, membuat orang-orang tersebut terus menerus membeli tanpa memperdulikan dampak buruk yang akan mereka alami setelah kecanduan.

Kevin dan gangster-nya tidak peduli dengan nasib orang-orang itu, yang penting bagi mereka adalah mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin. Mereka bahkan rela menggunakan kekerasan dan ancaman untuk menjaga agar orang-orang tersebut tetap loyal pada mereka.

Keingintahuan manusia memang bisa menjadi sebuah senjata yang mematikan jika dimanfaatkan dengan tepat. Dan Kevin dan gangster-nya telah sukses dalam memanfaatkannya untuk mencapai tujuan mereka. Namun, sampai kapan mereka bisa terus menjalankan rencana jahat mereka tanpa ada yang menyadari dan menghentikan mereka?

"Harus ada seseorang yang bisa menghentikan kebusukan mereka sebelum terlambat dan mungkin orang itu adalah aku."

Sejauh ini, aku sudah menyelidiki sejauh mana Kevin melebarkan sayapnya. Aku telah menggunakan keahlian membaca pikiran dan menyuap beberapa pengedar untuk mendapat informasi lebih lanjut.

Akhirnya, menemukan informasi yang berguna untuk bisa menangkap mereka.

Jika dipikirkan, keahlian membaca pikiran ini memang cukup menyeramkan. Mungkin itulah alasannya kenapa SP yang harus dibayarkan saat menggunakan keahlian tersebut kian mahal.

Awalnya sekadar menguras satu juta SP, seiring dengan seringnya penggunaan, sekarang harga yang harus dibayarkan bisa mencapai sampai 100 juta SP.

'Sudah pasti sistem ini memiliki kebijakannya sendiri agar aku tidak terlalu bergantung pada kekuatan tersebut dan terlalu sering menggunakannya.'

Aku menghubungi pihak polisi untuk melaporkan akan adanya transaksi besar antara Kevin dengan kliennya dari negara luar. Aku berharap dengan segera mereka bisa menangkap Kevin dan gangster-nya sehingga tidak ada lagi orang-orang yang jatuh oleh rencana busuk mereka.

Usahaku tidak sia-sia dan bahkan semua kejahatan Kevin serta kelompok gengnya, seperti memperjual-belikan gadis muda ke tempat hiburan, turut terbongkar bersama dengan kejahatan-kejahatan lainnya.

Sebenarnya, mereka pernah ditangkap oleh pihak berwajib. Tapi, Kevin dan anggota gengnya hanya berulang kali keluar masuk penjara tanpa hukum yang jelas. Aku menebak bahwa mereka telah menyuap beberapa oknum agar kebal hukum.

'Sayangnya, kali ini ia telah berurusan denganku yang dapat membedakan mana petugas jujur dan korup.'

Setelah mereka ditangkap, semua kasus tersebut akhirnya bisa sampai pengadilan. Tapi, tentu saja aku tidak hanya melibatkan pihak aparat yang jujur saja. Demi memastikan Kevin dan orang-orangnya tidak lolos dari hukum, aku pun melakukan sedikit trik kotor dengan menyuap beberapa oknum.

Ayah angkatku pernah berkata, "Biarkan anjing menggigit anjing lainnya!"

Intinya, biarkan saja mereka bertarung dengan sesamanya dan kita cukup jadi penonton saja serta menikmati pertunjukannya. Terkadang, itu cukup menghibur melihat mereka saling menggigit.

Aku juga pernah mendengar seseorang yang berkata bahwa 'kejahatan selamanya tidak bisa menang.'

Aku sepenuh setujunya dengan ungkapan tersebut, tapi dengan sedikit tambahan. Yaitu, kejahatan memang tak pernah bisa menang, tapi tak pernah bisa hilang juga. Satu-satunya solusi untuk masalah ini mungkin adalah mencoba 'mengendalikannya'.

Setelah semua masalah tentang Kevin berhasil dibereskan, aku mulai fokus pada tujuanku untuk membuat perusahaan film bersama Sintia.

[Total Saldo Pribadi : 150 SP]

Aku mendapat 100 juta SP setelah beres menangani masalah Kevin. Sebaiknya, aku tetap menyimpannya dan menghasilkan lebih banyak lagi.

Sekarang, aku sedang fokus memilih sutradara yang cocok untuk memproduksi film pertama kami. Masalahnya, dari 3 orang sutradara tersebut tidak ada satupun yang bisa memuaskanku.

Meskipun aku masih awam dalam dunia industri hiburan, tapi aku tahu bahwa 'rating' itu sangat penting untuk sebuah film. Untuk itu, aku perlu mencari beberapa penulis terbaik dan meminta mereka menuliskan naskah untuk film kami.

Namun, tidak jarang ada beberapa sutradara yang mengurus pekerjaan sebagai produser sekaligus penulis naskah filmnya itu sendiri. Itulah alasan aku menghubungi mereka bertiga. Masing-masing dari mereka sudah mempunyai naskahnya sendiri, tapi aku perlu mempertimbangkannya dengan hati-hati.

Pertama, aku menemui sutradara yang ternyata sering memasukan banyak adegan dewasa dalam filmnya. Penonton untuk film seperti ini tidak cocok untuk semua kalangan usia, meskipun ratingnya terbilang selalu bagus.

Jika aku mempercayakan Sintia padanya, aku akan memaksakan diri untuk mengambil peran sebagai pasangannya dalam film tersebut. Aku tidak ingin ada pria lain menyentuh Sintia, meskipun itu sekadar akting untuk sebuah film.

Kedua, aku menemui sutradara yang terkenal kejam kepada aktornya. Ia hanya peduli pada proyek filmnya dan mengabaikan keadaan aktornya. Ia tidak peduli meskipun mereka jatuh sakit, terluka, atau mengalami hal lainnya.

Ketiga, aku menemui sutradara yang kurang profesional. Mereka hanya mementingkan untuk kejar tayang dan tidak peduli apakah filmnya bagus atau buruk. Biasanya, aktor yang berperan di film mereka merasa frustrasi karena tidak diberikan arahan yang jelas dan tidak mendapatkan bimbingan yang cukup. Tidak jarang sebagian aktor mendapati karirnya meredup karena disalahkan atas filmnya yang sangat buruk.

Setelah berpikir keras, akhirnya aku memutuskan untuk tidak bekerja dengan ketiga sutradara tersebut. Meskipun mereka memiliki reputasi yang bagus dalam industri film, etika kerja dan nilai-nilai yang mereka miliki tidak sesuai dengan prinsip yang aku percayai.

Sebagai gantinya, aku memutuskan untuk bekerja dengan sutradara dan penulis naskah yang memiliki visi yang sama denganku. Mereka harus orang-orang yang peduli dengan kualitas film yang mereka hasilkan, serta memperlakukan tim produksi dan aktor dengan baik.

Jika aku tidak bisa menemukan siapa yang sesuai dengan kiteriaku tersebut, maka aku akan berusaha melakukannya sendiri. Dengan bantuan sistem, harusnya aku mampu melakukannya daripada melempar dadu untuk sesuatu yang tidak pasti.

Satu minggu kemudian, aku sudah berusaha mencari sutradara yang bisa dipercayai untuk membuat film pertamaku dengan Sintia, tapi akhirnya benar-benar tidak ada yang cocok.

Sudah jelas aku seharusnya mengandalkan kekuatan sistem untuk masalah ini. Ini untuk Sintia, aku harus melakukan yang terbaik untuknya.

[100 Juta SP telah digunakan][Total : 50 Juta SP]

Aku kira akan mendapat diskon jika membeli dua keahlian sekaligus, tapi harapanku salah.

"Baiklah, sekalian saja aku beli keahlian penilaian biar bisa digunakan untuk melihat bakat para calon pemeran dalam filmku nanti!"

[50 Juta SP telah digunakan][Total : 0 Juta SP]

Aku harus mengumpulkan saldo pribadi lagi untuk bisa menggunakan semua keahlian tersebut. Jangan lupa bahwa semua itu membutuhkan bayaran 1 juta SP setiap kali ingin digunakan olehku.

Jika sudah menggunakannya lebih dari 50 kali, harga penggunaanya akan semakin naik. Kebetulan, aku mendapat undangan reunian teman masa SMA-ku. Aku dapat mencium aroma bahwa akan ada seseorang yang nanti mencari masalah denganku.

Tapi tujuan utamaku menghadiri undangan tersebut adalah agar bisa bertemu dengan Rina, teman dekatku waktu masih duduk di bangku SMA.

Sebenarnya, aku tidak tahu apakah ia akan datang atau tidak. Kabar terakhir yang ku dengar darinya adalah tentang kepindahan keluarganya keluar negeri 5 tahun lalu. Tapi, kami hilang kontak dan tidak saling berkomunikasi lagi sejak saat itu.

"Sayang, kamu sedang apa?" tanya Sintia menyadarkan lamunanku tentang Rina.

"A-aku sedang memikirkan alur cerita yang aku tulis untuk film kita," jawabku sedikit gugup.

"Sekarang sudah malam dan waktunya tidur," kata Sintia, seraya mengisyaratkan agar aku segera mengikutinya masuk ke kamarnya.

Aku tersenyum setelah menyadari apa yang diinginkan oleh Sintia. Aku pun segera berdiri dari sofa dan segera pergi menyusulnya ke kamar.

"Malam ini, jangan harap aku akan memberinya ampun!" ucapku sudah penuh persiapan.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!