9

Aku sekadar memenuhi undangan dari teman lamaku, Irman, untuk reunian teman sekolah sewaktu SMA. Kami berkumpul di sebuah cafe yang nyaman di tengah kota. Irman sudah menyiapkan meja dan kursi untuk kami semua. Saat semua sudah tiba, kami pun mulai bercengkrama dan mengobrol tentang masa lalu dan kehidupan masing-masing sekarang.

Beberapa teman sudah menikah dan memiliki anak, sementara yang lain masih sibuk dengan karir dan hobinya masing-masing. Kami pun tertawa dan mengingat kembali kenangan manis di masa sekolah dulu. Tapi, selalu saja ada yang ingin merusak suasana ini demi menunjukan siapa yang lebih baik dan sukses daripada yang lainnya.

"Senang sekali melihat beberapa dari kalian telah menjalani kehidupan yang baik dan bahagia setelah lulus dari SMA, tapi selalu menjadi ranking pertama dalam setiap kelas memang tak selalu menjamin kehidupan seseorang akan menjadi lebih baik," ucap Doni yang tampak pura-pura tersenyum ramah.

"Benar sekali, setiap orang memiliki perjalanan hidupnya masing-masing, dan apa pun yang mereka pilih untuk dijalani harus dihormati. Dulu aku bukan murid terpintar di kelas, tapi pelajaran di sekolah terkadang tak terlalu berguna ketika sudah terjun ke dunia yang sesungguhnya," tambah Fathur.

Sadar tak sadar, mereka berdua sedang menyindirku yang terlihat paling menyedihkan di antara yang lainnya setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Meski begitu, di mataku mereka hanya terlihat seperti anjing menggonggong yang tak bisa menggigit. Aku tahu keduanya sedang berusaha memprovokasiku karena kebencian mereka dimasa lalu.

"Maaf, teman-teman! Saya terlambat!" kata Rina baru yang tiba ke tempat reunian.

Menyinggung soal kebencian, ini dia sumber utama alasan kenapa mereka begitu membenciku. Mereka membenciku karena aku dekat dengan Rina.

Melihat ada kursi kosong di sebelahku, Rina pun langsung memilih untuk duduk di situ. Bahkan, ia sedikit menggeser kursi tersebut agar bisa lebih dekat denganku. Tersirat jelas dari matanya bahwa ia sangat merindukanku. Jika bukan lagi di tempat banyak orang, mungkin Rina akan langsung memelukku. Doni dan Fathur terlihat mengepalkan tangannya melihat Rina menyapaku.

[Ding][Tingkat kesukaan Rina 95%♥️]

Aku terkejut melihat tingkat kesukaannya begitu tinggi meskipun kami berdua sudah lama tidak bertemu. Apa karena aku adalah cinta pertama baginya sewaktu kami masih sekolah SMA.

"Rina, apakah kau tahu bahwa Rian sebenarnya bukanlah anak kandung dari keluarga Pratama?" singgung Doni tampak menahan amarah.

"Itu benar," sambung Fathur. "Aku tahu kau dulu sangat menyukainya karena dia adalah murid terpintar di sekolah dan berasal dari keluarga Pratama yang sangat kaya raya."

Doni dan Fathur ingin membanding-bandingkan aku dengan diri mereka, menunjukkan bahwa kehidupan mereka lebih baik dan sukses daripada aku yang sudah dibuang oleh keluarga Pratama. Mereka sampai menyinggung soal pakaian sederhana yang aku kenakan dan mengatai aku datang mengendarai motor butut yang dipungut dari barang rongsokan.

Tentu saja itu membuat Irman, temanku yang saat ini sudah menjadi anggota TNI-AD, merasa marah.

"Motor yang kalian sebut sebagai barang rongsokan itu adalah bekas motor mendiang ayahku!" ujar Irman seraya menepuk meja. "Aku menjualnya pada Rian karena aku percaya bahwa ia bisa menjaga dan merawatnya dengan baik!"

Doni dan Fathur langsung bungkam serta tak berani berkata apa-apa lagi. Selain itu, Rina pun mulai ikut bicara dan mengatakan bahwa mereka berdua telah salah menilai dirinya. Rina tidak terima karena ucapan Fathur menyiratkan bahwa ia mendekatiku semata-mata karena uang atau harta.

Meski begitu, Doni dan Fathur tetap menyangkal serta belum menyerah untuk menjelekan nama baikku di hadapan semua orang.

"Rina, aku minta maaf karena aku sudah salah mengatakan sesuatu tentangmu. Sekarang aku sadar bahwa Rian lah yang sebenarnya sengaja mendekatimu agar bisa mendapat keuntungan darimu. Mungkin, ia sudah sadar dirinya hanya anak pungut dan berusaha membangun hubungan baik denganmu demi menjamin kehidupannya dimasa mendatang," kata Fathur mencoba menghasut Rina.

"Kamu benar, Fat," jawab Doni. "Lihat dia! Dia diam saja karena tidak dapat menyangkal semua itu."

"Mau seperti apapun kehidupan Rian, apa itu merugikan kalian?" kata Irman membelaku.

Sementara aku, aku diam menonton mereka karena cukup menikmati pertunjukan drama mereka. Aku berpikir bahwa aku mungkin bisa mendapatkan beberapa referensi untuk naskah film yang sedang aku tulis.

"Kalian berdua... kalau kalian berpikir aku dekat dengan Rina dan Irman karena uang mereka, itu tentu saja kalian benar-benar sudah keliru," ucapku yang akhirnya ikut bersuara.

"Apa maksudmu?" tanya Doni tampak kesal mendengarnya.

"Kalau kalian pikir bahwa aku tidak punya apa-apa tanpa keluarga Pratama, aku akan membuktikan anggapan kalian itu semuanya salah," jawabku dengan santai.

Saat situasinya sudah begini, waktunya sistem bertindak untuk membungkam mereka.

"Nina, bisakah kau membantuku?" tanyaku saat menghubungi Nina.

[Ding][300 Miliar Saldo Sistem telah digunakan]

[+30 Juta Saldo pribadi][Total : 60 Juta SP]

[Selamat, Anda mendapatkan kartu bonus SP]

Tak lama kemudian, Nina akhirnya datang bersama karyawan lainnya, membawakan 15 unit mobil mewah yang sudah aku pesan.

Doni, Fathur, dan orang-orang lainnya tampak sangat terkejut melihat hal tersebut. Mereka tidak tahu kenapa tiba-tiba ada rombongan mobil mahal datang dan parkir di depan kafe tempat mereka reunian.

"Kecuali Doni dan Fathur, aku akan memberikan satu mobil itu untuk masing-masing dari kalian. Kalian hanya tinggal tanda tangan dan mengurus hal lainnya pada Nina," kataku dengan santai.

Semua orang tampak terkejut dan bahagia mendengar kabar tersebut. Mereka segera berbondong-bondong menuju mobil mewah tersebut untuk memilih mobil yang mereka inginkan. Doni dan Fathur hanya bisa terdiam, tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.

Setelah mereka memilih mobil mewah yang mereka inginkan, mereka pun berterima kasih padaku dengan senyum dan ucapan terima kasih. Mereka sangat bersyukur dan tidak bisa berkata-kata atas kebaikan dan kejutan yang aku berikan.

Irman lalu menghampiriku sambil bertanya dengan heran, "Kenapa kamu memberikan mobil mewah ini untuk semua teman kita? Bukankah itu terlalu mahal?"

Aku hanya tersenyum dan menjawab, "Sekadar mobil biasa saja, apanya yang mahal? Bagiku, mobil-mobil itu tidak jauh berharga dibandingkan menjaga hubungan baikku dengan kalian semua. Anggap saja ini sebagai permintaan maafku atas kesalahan yang mungkin pernah tak sengaja aku lakukan kepada kalian."

"Tuan, ini dia kunci mobil pesanan khusus yang Anda inginkan," kata Nina dengan ramah. Aku membeli mobil paling mahal untuk Rina.

"Terima kasih, Nina. Aku sangat puas dengan kinerjamu yang sangat baik," jawabku seraya mengambil kunci tersebut.

Setelah itu, aku segera memberikan kunci tersebut pada Rina. "Rina, kebetulan hari ini bertepatan dengan tanggal hari ulang tahunmu. Mobil ini adalah hadiahku untukmu," ujarku sambil tersenyum.

Rina pun terlihat senang karena aku masih ingat tanggal hari ulang tahunnya. "Terima kasih banyak, Rian. Tapi ini terlalu berlebihan untukku."

"Tolong terima saja. Aku benar-benar tulus ingin memberikannya untukmu," ucapku membujuknya.

Kami berdua pun segera masuk ke dalam mobil dan melaju ke tempat tinggalnya Rina.

Sementara Doni dan Fathur, sekarang mereka berdua sedang sibuk menghadapi orang-orang yang marah demi membelaku. Setelah dibelikan mobil, tentu saja mereka jadi ingin mewakili aku untuk memberi pelajaran kepada mereka berdua.

[Ding][Tingkat kesukaan Rina 95%♥️]

Rina ternyata tinggal sendirian karena keluarganya masih berada di luar negeri. Ia memutuskan pulang ke tanah air demi bisa bertemu denganku lagi.

"Rian, dulu kamu menyatakan perasaanmu padaku, tapi aku belum memberi jawaban," kata Rina.

Waktu itu, Rina mungkin tidak ingin membuatku sedih dan menantinya kembali. Ia berpikir kami akan sulit bertemu kembali setelah dirinya pindah keluar negeri bersama keluarganya. Tapi, ia pun tidak bisa melawan perasaannya padaku dan memutuskan untuk kembali mencariku.

[Ding][Tingkat kesukaan Rina 100%♥️]

[Hasrat duniawi : 80%]

Rina tak bisa menahan diri lagi saat melihat aku masih mengenakan kalung bentuk inisial R-R (Rian-Rina) yang ia berikan sebelum kami berpisah pada waktu itu. Ia langsung menggandeng tanganku dan membawaku masuk ke kamarnya.

"Rian, sekarang tidak akan ada lagi yang akan menghalangi kita," kata Rina sudah benar-benar mabuk kepayang.

"Baiklah, Rina, aku mengerti," jawabku mulai naik ke atas tubuhnya yang berbaring.

Aku mulai mendaratkan ciuman dengan penuh gairah pada bibirnya, merasakan kehangatan dan keintiman yang sudah lama terpendam. Rina pun merespons dengan penuh nafsu, membuka baju yang aku kenakan dengan cepat.

Kami mulai terlibat dalam keintiman yang panas dan penuh gairah, melupakan segala kesulitan dan masalah yang pernah menghalangi hubungan kami sebelumnya. Kami saling menyentuh dan mencium dengan penuh gairah, merasakan kecupan manis dan pelukan hangat yang membuat kami semakin terpikat satu sama lain.

Rina pun mulai merasakan puncak kenikmatan, sementara aku juga tidak kalah dalam menikmati momen yang luar biasa ini. Kami berdua seperti terhanyut dalam dunia keintiman yang penuh dengan cinta dan gairah, menyatukan hati dan jiwa kami dalam satu kesatuan yang sempurna.

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]

Setelah mencapai puncak kenikmatan bersama, kami berdua saling mendekap dan merasakan kehangatan tubuh masing-masing. Rina pun mulai terlelap dalam pelukan hangatku, sementara aku merasa lega dan bahagia bisa kembali bersama dengan wanita yang aku cintai.

Setelah tidur, aku akhirnya dapat mencari tahu tentang banjir pemberitahuan yang dari tadi terus menggangguku. Aku ingin marah, tapi ternyata pemberitahuan tersebut mengatakan bahwa aku mendapatkan saldo pribadi tambahan.

"Mungkinkah ini berkat kartu bonus SP yang aku dapatkan tadi?"

Ah, sekarang aku merasa cukup lelah dan sebaiknya aku segera tidur juga. Aku mengamati Rina yang berbaring lelap di sebelahku. Wajahnya sangat cantik dengan kulit yang halus dan rambut panjang yang terurai indah. Matanya tertutup lembut, dan napasnya tenang saat tidur.

Aku merasa bahagia bisa melihatnya seperti ini, begitu damai dan tenang. Rina adalah wanita yang sangat istimewa bagiku, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Aku mencintainya dengan sepenuh hatiku.

Dalam diam, aku berdoa agar ia selalu bahagia dan sehat selalu. Aku berjanji untuk selalu ada di sampingnya, mengawalinya dalam setiap langkah kehidupan yang dijalaninya.

Saat itulah aku tersadar betapa beruntungnya aku memiliki Rina di hidupku, dan aku bersyukur atas kehadirannya. Aku menatapnya dengan penuh cinta, sambil tersenyum dalam hati karena aku tahu bahwa aku akan selalu menjaganya dengan penuh kasih sayang. Meski begitu, aku sadar bahwa aku bukanlah pria baik-baik.

Sambil teringat dengan semua gadis yang sekarang dekat denganku, aku berjanji akan memberikan apapun yang mereka inginkan demi mengurangi rasa bersalahku pada mereka.

"Aku terlalu terbawa arus dan sudah terlambat untuk mengubahnya."

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!