7

Sintia mengangguk pelan sambil tersenyum lemah. "Aku merasa tidak enak badan sejak tadi pagi. Aku tidak tahu apa yang terjadi," ucapnya pelan.

Aku ingin segera mengeluarkan ponselku dan memanggil ambulans untuk membawa Sintia ke rumah sakit. Aku tidak ingin mengambil resiko dengan kondisinya yang memburuk. Tapi, aku takut keberadaan kami akan terungkap dan ditemukan oleh orang-orangnya Kevin jika meninggalkan tempat ini sekarang. Ada mata di mana-mana yang membuatku harus tetap waspada.

"Aku menyelamatkan Sintia diam-diam, tapi mereka mungkin melihat aksiku lewat kamera pengawas."

Itu membuktikan bahwa Kevin dan orang-orangnya tidak boleh dianggap remeh. Sebelumnya, aku sudah menyelidiki wanita tua yang dia sembah. Ternyata, wanita tua tersebut adalah mantan istrinya ketua gangster. Setelah suaminya tewas dalam perang melawan gangster lain, ia mengangkat Kevin menjadi suami barunya.

"Bisa dikatakan, Kevin adalah ketua gangster yang baru setelah ketua lama mereka tewas."

Aku coba memeriksa suhu badannya Sintia dan itu sangat panas, membuatku makin khawatir.

"Bukankah sekarang aku bisa membeli sebuah keahlian dari sistem?" ucapku teringat dengan beberapa pembaruan setelah sistem ditingkatkan.

Aku segera mengakses sistem dan berharap bisa menemukan keahlian yang berguna.

[Keahlian Dewa Pengobatan : Harga 50 juta SP]

"Astaga! Saldo Pribadiku masih kurang 20 juta!"

Aku harus menghabiskan banyak saldo sistem agar dikonversi menjadi saldo pribadi, tapi aku tidak bisa meninggalkan Sintia dalam kondisi ini. Tiba-tiba, ada pesan masuk dari Melly yang menanyakan tentang kabarku hari ini. Itu membuatku terpikirkan sebuah ide yang bagus untuk solusi masalahku saat ini.

"Heh, apa susahnya menghabiskan uang? Yang susah itu menghasilkan uang! Aku bisa mendonasikan banyak uang kepada para streamer yang sedang melakukan siaran."

Dengan cepat, aku membuka akun milikku di salah satu platform streaming dan langsung melakukan donasi besar-besaran kepada beberapa streamer favoritku. Aku berharap dengan donasi ini, mereka dapat membantuku mempercepat mengumpulkan saldo pribadi dari sistem.

Tak lama setelah aku melakukan donasi, banjir postingan dari para streamer yang memberi tahu bahwa mereka telah mendapatkan donasi dari seseorang yang tak dikenal. Mereka merasa terkejut namun sangat bersyukur dengan donasi tersebut dan berjanji akan menggunakan uang tersebut untuk tujuan yang baik. Para netizen juga turut berkomentar pada postingan mereka.

...@Cantika : "Siapa itu Rian-47?"...

...@Miwa : "Kya! Akhirnya dia muncul lagi!"...

...@Drian : "Dia benar-benar mengirim donasi pada semua orang. Seberapa banyak kekayaan yang dia miliki?"...

...@Black : "Ini the real sultan!"...

...@Wong ndeso : "Apalah dayaku yang hanya seorang anak petani. (ᗒᗩᗕ)"...

Seketika, aku pun merasa lega karena berhasil melakukan sesuatu untuk membantu Sintia tanpa keberadaan kami terbongkar. Tapi, aku harus bisa menghabiskan sekitar 200 miliar saldo sistem untuk mendapatkan 20 juta saldo pribadi. Donasi pada para streamer saja masih tidak cukup.

"Benar juga... aku sudah berjanji akan membangun perusahaan film untuk Sintia!"

Aku segera menghubungi Pak Joko Anwar untuk mengurus masalah perusahaan tersebut.

[150 M Saldo Sistem Telah digunakan]

[+15 Juta Saldo Pribadi]

Sekarang tersisa 3 miliar rupiah lagi untukku menghasilkan 20 juta saldo pribadi.

'Nina, saya ingin kamu mengirimkan satu unit mobil bagus dengan harga 3 Miliar ke alamat ini!'

Untung saja aku menyimpan nomor kontak mereka, Nina, Hana, Dani, dan orang lainnya, sehingga tinggal dihubungi kapan pun saat aku membutuhkan jasa mereka lagi. Sekarang, aku sudah bisa membeli keahlian Dewa Pengobatan dari Sistem.

[Keahlian Dewa Pengobatan telah dibeli]

[Harga : 50 Juta SP]

Setelah mendapatkan keahlian dewa pengobatan dari sistem, aku segera memeriksa tubuh Sintia yang sudah terbaring lemah di tempat tidur.

Aku menggunakan energi Qi dari teknik pengobatan untuk memindai tubuhnya, mencari sumber masalah kesehatan yang sedang dialaminya.

Setelah mendeteksi penyebabnya, aku mulai mengarahkan energi penyembuhan ke tubuhnya, memulai proses penyembuhan yang akan membantu tubuhnya pulih dan kembali sehat.

"Ah... nyaman sekali!" kata Sintia menikmatinya.

Selama proses pengobatan, aku juga memberikan Sintia beberapa ramuan obat herbal yang akan membantu mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya.

"Sintia, minumlah ramuan ini," kataku dengan hati-hati dan penuh perhatian.

Tapi tubuh Sintia masih lemah dan kesulitan untuk meminum ramuannya.

"Tidak ada pilihan lain," ucapku seraya menyuapinya dari mulut ke mulut, padahal bisa pakai sendok.

Aku meminum ramuannya ke mulutku tanpa menelannya, kemudian menuangkannya ke mulutnya menggunakan mulutku.

Setelah beberapa saat, Sintia mulai mengalami perbaikan secara bertahap. Tubuhnya terlihat lebih segar dan energik, dan dia bahkan bisa tersenyum sambil menarikku ke dalam pelukannya.

"Tunggu dulu, Sintia. Aku masih harus mentransfer energiku untuk menyembuhkanmu," kataku saat ia memelukku sangat erat.

"Bisakah kamu melakukannya sambil membantuku?" kata Sintia tak mau melepasku. "Aku merasakan efek samping seperti pada malam itu."

[Ding]Tingkat kesukaan Sintia 100%♥️]

Sintia memakai pakaian tidur dengan bahan kain tipis dan nyaman. Pakaian tidur tersebut terbuat dari bahan katun yang lembut dan sejuk, sehingga membuatnya menjadi pilihan yang tepat untuk bersantai dan istirahat di malam hari.

Sintia memiliki kulit yang putih dan halus. Matanya berwarna cokelat dan memiliki bulu mata yang panjang. Rambutnya lurus dan berwarna hitam pekat, panjang hingga mencapai pinggangnya.

Bibirnya merah alami dan senyumnya manis saat tersenyum. Postur tubuhnya ramping dan tinggi, membuatnya terlihat anggun dan elegan. Penampilan fisiknya sering kali membuat orang lain terkesan dan kagum. Tapi sekarang, gadis ini sedang berada di tempat tidur denganku.

Aku merangkul tubuhnya dengan perasaan berdebar seraya menciumi lehernya yang wangi. Sintia menoleh ke arahku dengan senyuman lembut di bibirnya, dan tangannya mulai meraih tanganku. "Aku sudah siap," bisiknya pelan.

Tanpa menahan diri lagi, aku mulai melepaskan pakaian tidurnya dan menciumi seluruh tubuhnya dengan penuh kasih sayang. Sintia menikmati setiap sentuhan dan ciuman yang kuberikan, dan kulihat matanya berkaca-kaca dari kebahagiaan.

Kami berdua saling menyentuh dan menciptakan momen yang penuh gairah dan keintiman. Tak lama kemudian, tubuh kami menyatu dalam satu kesatuan yang penuh dengan cinta dan kehangatan.

Sintia dengan jujur mengakui bahwa dirinya tidak merasakan rasa sakit kali ini dan bisa sangat menikmatinya. Dengan antusias, ia terus menarik tubuhku agar bisa masuk lebih dalam. Seiring dengan itu, aku merasakan energiku terus terkuras.

"Apa yang gadis ini lakukan? Aku merasakan diriku akan disedot sampai kering olehnya."

Sintia tiba-tiba makin mendominasi dan bahkan membalikkan keadaan sehingga kini aku lah yang berada di bawah. Tanpa ampun, Sintia mengambil kendali permainan ini dan menguras cukup banyak energi yang ku miliki. Aku semakin lemas dan tak berdaya, sementara dia semakin energik.

"Apa hanya segini kemampuanmu?" ujar Sintia yang sengaja memprovokasiku yang mulai kewalahan.

Aku tidak ingin kalah! Aku pun memusatkan seluruh energi tersisa pada satu titik.

Merasakan kebangkitan diriku yang tidak ingin menyerah, Sintia semakin bersemangat menghadapi perlawanku tersebut. Kami terus bertarung, tak peduli seberapa banyak keringat bercucuran.

"Baiklah... kamu menang!" kataku tidak tahan lagi dan ingin segera mengakhiri pertempuran ini.

"Tidak! K-kita seri!" jawab Sintia sambil mendongakkan kepalanya ke atas.

Setelah selesai, kami berdua saling berpelukan dalam keheningan yang menyenangkan. Sintia menatapku dengan mata penuh cinta dan ia tersenyum manis ke arahku. Aku merasakan kebahagiaan yang tak terkira karena memiliki Sintia di hidupku.

"Harusnya sekarang kamu sudah sembuh, bukan? Aku lihat kamu begitu bersemangat dan penuh energi," ucapku bercanda untuk menggodanya.

Sintia hanya tersenyum dan segera memelukku dengan erat. Kami pun terlelap dalam tidur yang damai dan penuh dengan rasa cinta. Aku bersyukur bisa memiliki Sintia di sisiku dan menghabiskan malam yang indah bersamanya.

Esok harinya, Sintia kembali mengibarkan bendera perang dan pertempuran babak kedua pun terjadi.

"Aku tidak akan berhenti sampai kita tahu siapa yang menjadi pemenangnya," kata Sintia dengan raut wajah sangat serius.

Aku hanya menggelengkan kepala melihatnya, tapi juga tidak akan mengalah padanya. Hehe.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!