One Day With You
Di sebuah villa yang berada di pesisir pantai. Terlihat dua insan tengah saling menatap seakan tengah mengalirkan cinta satu sama lain. Keduanya saling menatap dengan tatapan yang sangat dalam seakan-akan hari ini adalah hari terakhir mereka bersama.
"Lucy, katakan padaku jika kau tidak ingin aku menikah dengan wanita pilihan Papaku," ucap Sean sembari memegang tangan Lucy dengan erat. Lucy tersenyum melihat Sean yang saat ini membuat hatinya berbunga-bunga namun juga membuat hatinya merasakan sakit.
"Aku sangat mencintaimu Sean, tapi bukan berarti aku harus menghancurkan banyak hati hanya untuk memenuhi egoku sendiri. Papa mu sedang tidak baik-baik saja. Bagaimana jika nanti terjadi sesuatu yang tidak di inginkan kepadanya? Kau adalah anak laki-laki satu-satunya. Dan kau adalah harapan keluargamu untuk menerusi bisnis yang hampir bangkrut ini. Dengan menikah dengan Tasya kamu bisa menyelamatkan keluargamu dari segala keburukan dan kemiskinan. Lagian sekeras apapun kita berusaha untuk bersama, keluargamu dan keluarga Tasya akan menghalalkan berbagai cara untuk memisahkan kita. Tidak ada jalan lagi Sean, hiks," ucap jelas Lucy lalu menjatuhkan wajahnya di dada bidang Sean dengan air mata yang tak dapat di tahan lagi.
Sean menatap ke sembarang arah dengan mata memerah sebab menahan tangisnya. Ia tak bisa melakukan apapun untuk mempertahankan wanita yang di cintainya. Posisinya saat ini benar-benar berada di ujung tanduk.
"Lucy, Bagaimana kalau kita melakukan hal itu? Kalau kau hamil dan mengandung anak ku pasti mereka semua tidak akan bisa menghalangi kita untuk bersama. Bayi kita akan menjadi perisai untuk tetap bersama," ucap Sean dengan pikiran bodohnya membuat Lucy seketika menatap tak percaya padanya.
Lucy tersenyum sesaat sembari menatap Sean dengan mata penuh kekecewaan. Bagaimana bisa seorang Sean yang sangat terhormat dan mempunyai prinsip untuk selalu menghormati wanita dan tak akan menyentuhnya sebelum adanya akad pernikahan berkata seperti itu.
"Aku seperti tidak mengenal dirimu. Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu tanpa memikirkan konsekuensi kedepannya? Sean, kita boleh bercinta tapi jangan sampai kita berbuat hal bodoh hanya karena tak dapat memenuhi ego kita. Bukankah kau tau aku sangat mencintai diri sendiri dan menjunjung tinggi harga diriku? Sean, jika kau benar-benar mencintaiku, kau tak akan melakukan hal itu dan merusak diriku Sean. Dimana Sean yang sangat aku kagumi itu? Dimana Sean yang sangat menjunjung tinggi kehormatan seorang wanita, hiks. Aku lebih ikhlas kamu bersamanya daripada harus seperti ini Sean, hiks," ucap Lucy tak dapat lagi membendung air matanya yang sudah mengalir deras.
"Maafkan aku, hiks," ucapnya dengan penuh penyesalan. Tumbang juga pertahanan Sean yang sendari tadi selalu di tahannya agar tetap tegar di hadapan sangat pujaan hatinya.
Sean memeluk Lucy dengan erat seakan itu adalah pelukan terakhir nya dengan Lucy. Merasakan dada Sean berguncang, Lucy pun mengelus punggung Sean dengan lembut untuk menenangkan nya. "Aku sangat mencintaimu, aku tak ingin berpisah denganmu. Hanya denganmu aku ingin hidup, bukan dengan yang lain. Jika bukan mencintaimu, maka tidak akan mencintai yang lain," ucap Sean dengan hati yang sangat sedih tanpa melepaskan pelukannya.
"Aku juga mencintaimu Sean, bahkan sangat-sangat mencintaimu," ucap Lucy dengan lirih namun masih bisa di dengar oleh Sean.
Lucy menghapus air matanya dan sekuat mungkin menerbitkan senyum manisnya. Dengan lembut, ia pun melepaskan pelukan Sean darinya. Lucy menatap mata sembab Sean dengan tangan yang sudah menyentuh wajah sang pujaan hatinya itu.
"Sean, menikahlah dan jadilah pria yang hebat baik sekarang hingga di masa depan nanti. Jadilah orang yang sukses dan berhasil. Tetap lah menjadi Sean ku yang berwibawa namun tidak sombong, baik namun tegas, hebat namun tak merendahkan siapapun. Tetaplah menjadi pria yang menghormati semua orang termasuk menghormati wanita. Jangan menghancurkan dirimu dengan minuman yang tak sehat itu. Bukankah kau sudah tidak minum lagi semenjak bersamaku," ucap Lucy yang di anggukki Sean. "Maka tetaplah seperti itu Sean, sayangi dirimu sebagaimana aku menyayangimu. Jangan minum walaupun aku sudah tidak bersamamu lagi," ucap Lucy yang lagi-lagi di anggukki oleh Sean.
Lucy tersenyum melihat respon Sean. Dengan lembut dan penuh perhatian, Lucy merapikan jas Sean yang sedikit berantakan dan membersihkan debu yang menempel di sana. "Nanti kalau sudah menikah dan mempunyai istri, jangan jajan di luar ya. Bicarakan semuanya secara baik-baik pada wanita yang akan hidup bersamamu nanti. Siapapun itu, walaupun itu Tasya. Kendalikan diri dan emosimu dan jangan memutuskan sesuatu di saat kau sedang dalam keadaan marah sebab sesuatu yang di putuskan dalam keadaan marah akan mendatangkan penyesalan. Dan yang paling penting, tetap lah sayangi, cintai, dan hormati kedua orang tuamu. Baik buruk mereka tetaplah orang tua yang melahirkan dan membesarkan mu," nasehat Lucy terus tersenyum tanpa merasakan lelah sedikit pun.
Bukannya menjawab ucapan Lucy, justru Sean kembali membawa Lucy ke dalam dekapannya. Dia mencium kepala Lucy dengan lama dan sangat dalam seakan itu adalah hadiah perpisahan untuk Lucy. Lucy memejamkan matanya merasakan ciuman hangat nan penuh cinta yang di berikan Sean padanya.
"Terimakasih Sean, sehat-sehat dan bahagia terus ya. Aku mencintaimu melebihi yang kau tahu," ucap Lucy yang di anggukki Sean.
"Aku juga mencintaimu melebihi cintaku kepada diriku sendiri," ucap Sean membuat Lucy terharu dan tersentuh. Lucy hanya mengangguk dan tersenyum.
"Baiklah, karena ini adalah hari terakhir kita bersama, bagaimana jika kita menikmatinya dengan penuh kebahagiaan. Aku ingin mengukir kenangan indah bersamamu dan menyimpannya di memori kepalaku," ucap Lucy dengan senyum manisnya yang langsung di setujui Sean.
"Baiklah, mari kita ukir bersama kenangan indah hari ini untuk obat rindu di masa depan nanti," ucap Sean yang di anggukki Lucy.
Setelah berbicara dan meluapkan seluruh isi hatinya, keduanya pun pergi mengelilingi pantai dan menikmati setiap momen yang tercipta secara alamiah. Mereka melupakan sejenak masalah yang membuat keduanya seakan kehilangan jiwanya. Di pantai keduanya duduk langsung di tanah sembari memakan es krim.
"Lucy, apakah kau mau mencoba es krim milikku?" tanya Sean membuat Lucy menganggu dengan cepat.
"Mau,,," ucap nya lalu menundukkan kepalanya hendak memakan es krim yang berada tepat di bawah dada Sean.
"Much," satu kecupan berhasil lolos di ujung kening Lucy.
Melihat hal itu Lucy tak jadi merasakan es krim Sean dan memilih melihat pria nakal itu. "Dasar modus!" ucap Lucy sembari memukul dada Sean dengan pelan. Keduanya pun tertawa bersama dengan sesekali jahil satu sama lain. Es yang mereka pegang kini sudah tidak berbentuk sebab di jadikan senjata untuk mengotori wajah satu sama lain.
"Ih, Sean,,," rengek Lucy melihat seluruh wajahnya sudah di penuhi es krim. "Dingin tau!" aduh Lucy sembari tersenyum manja.
"Hhhhh, kau sangat lucu Lu, sini aku bantu bersihkan," ucap Sean lalu membantu Lucy membersihkan es krim di wajahnya menggunakan sapu tangan miliknya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
LISA
Aq mampir Kak
2024-03-03
1
Yati Rosmiyati
mampir Thor penasaran semoga up nya rajin ya Thor 🙏🙏😁
2024-02-24
0