Di Prancis, tak lama Sean memutuskan panggilan videonya, Tasya pun menampakkan wujudnya. Wanita itu terlihat lebih segar setelah kembali dari kamar mandi.
"Apakah sudah selesai?" tanya Sean yang di angguki Tasya. "Ayo kita pergi ke menara Eiffel," ucap Sean membuat Tasya terkejut sekaligus senang melihat Sean yang tiba-tiba berubah sikap kepadanya.
Angin apa yang baru menerpanya? Tumben sekali dia berinisiatif terlebih dahulu untuk mengajakku, biasanya kan aku yang selalu terlebih dahulu mengajaknya. Batin Tasya bingung namun ia bersyukur melihat perubahan sikap Sean.
"Ayo sayang," ucap Tasya langsung merangkul tangan Sean. Sean melepaskan tangan Tasya lalu beralih menggenggamnya. Wajah Tasya yang sempat cemberut kini kembali bahagia. Lagi-lagi perlakuan dan sikap Sean membuatnya terkejut. Ia Seakan tidak benar-benar bersama Sean sebab Sean yang kemarin dan yang sekarang sangat berbeda.
Aku akan melakukannya Lu, jangan salahkan aku jika suatu saat nanti cintaku kepadamu berpindah kepadanya. Aku akan mengikuti keinginanmu dan aku akan memulai semuanya dari awal bersamanya. Batin Sean dengan hati yang sangat sakit. Ia benar-benar tak bisa menghilangkan rasa kecewanya terhadap bintangnya itu.
Aku akan mulai hidup bersama bulanku Lu. Batin Sean seakan memaksakan dirinya untuk menerima Tasya walaupun saat ini ia tidak cinta dengan istrinya itu.
"Semoga kau bahagia dengan pilihanmu," ucap Sean membuat Tasya yang mendengarnya mengerutkan dahinya bingung.
"Apa sayang, apakah kau mengatakan sesuatu?" tanya Tasya ingin mendengar apa yang di ucapkan Sean dengan lebih jelas.
"Aku bahagia bersama dirimu," ucap Sean berbohong membuat Tasya langsung memeluknya membuat langkahnya seketika terhenti.
"Aku juga bahagia bersamamu sayang," ucap Tasya membuat Sean mau tak mau membalas pelukannya. Ia tidak tau keputusan nya ini sudah benar atau tidak. Dia seakan sulit berpikir dan mengendalikan hatinya yang labil. Apakah keputusannya untuk bersama Tasya dan melupakan cinta pertamanya sudah benar? Hatinya masih bimbang dan bertanya-tanya seakan tengah mencari jawaban.
"Ya sudah, ayo kita pergi," ajak Sean setelah melepaskan pelukan Tasya dari tubuhnya.
"Ayo sayang," ucap Tasya dengan semangat yang membara.
Sebelum mengunjungi menara Eiffel, keduanya pun kembali ke hotel untuk mengambil barang-barangnya. Keduanya sudah memutuskan untuk pindah ke hotel yang lebih dekat dengan menara yang terkenal di dunia itu. Siapa sih yang tidak tau menara Eiffel, apalagi zaman sekarang teknologi sudah semakin canggih dan mudah menerima segala informasi dari seluruh dunia.
Di saat Sean dan Tasya terlihat bahagia, Lucy justru seakan kehilangan jiwanya. Hidupnya seakan terasa hampa dan hambar. Semenjak Sean memutuskan sambungan teleponnya semenjak itulah Lucy terus membuka matanya sehingga mata lelahnya sedikit di keliling lingkaran hitam. Jika saja saat ini Lucy tinggal bersama temannya, pastilah temannya itu akan ketakutan melihatnya dan menganggapnya tengah mengalami kesurupan.
Hari sudah semakin terang, matahari mulai menampakan cahaya indahnya. Suara kokokan ayam jago di belakang tokonya menandakan bahwa malam sudah berakhir.
Walaupun sudah pagi, Lucy tetap setia melamun di tempatnya. Ia seakan tak sanggup berdiri dan menjalani aktivitasnya. Bukan hanya hatinya yang sakit dan kacau, namun pikiran dan penampilannya juga ikut kacau.
"Tok, tok, tok," suara ketukan pintu toko mengalihkan pandangan mata Lucy. Dengan wajah yang pucat dan tubuh yang lemah, Lucy pun bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju pintu.
"Cklek," bersama dengan pintu terbuka, Lucy pun terjatuh dan terduduk lemah di lantai dengan tatapan yang kosong.
"Lucy," panggil Brian terkejut melihat penampilan sahabatnya itu. "Ada apa Lu? Kenapa kau bisa menjadi seperti ini? Apa kau tidak tidur semalaman?" tanya Brian dengan nada khawatirnya.
"Aku baik-baik saja," ucapnya dengan lirih namun Brian tak mempercayainya.
"Mana mungkin kau baik-baik saja, ayo kita ke Dokter," ucap Brian namun mendapatkan penolakan dari Lucy. Lucy hanya menggeleng lemah dengan menatap sendu ke arahnya.
Melihat kondisi Lucy yang sepertinya membutuhkan penanganan medis, Brian pun menggendong Lucy lalu membawanya ke rumah sakit dengan paksa. Lucy hanya diam sebab tubuh lemahnya saat ini tidak bisa menghentikan pergerakan Brian.
"Dokter, tolong periksa kondisi teman saya," ucap Brian lalu meletakkan Lucy di hospital bed. Dokter menganggukkan kepalanya melihat Brian lalu mulai memeriksa tubuh Lucy yang lemah. "Bagaimana keadaannya Dok?" Tanya Brian penasaran dengan penyakit yang di derita Lucy.
Setelah memeriksa kondisi Lucy, Dokter menghela nafasnya sembari menatap Brian sebelum menjelaskan. "Pasien mengalami dehidrasi dan gangguan dalam pencernaan disebabkan faktor yang sering menunda makan bahkan sampai tidak makan sama sekali. Banyak pikiran dan begadang membuat tubuh pasien kehilangan energi. Saran saya biarkan pasien beristirahat dan menerima infus. Dan jangan lupa jaga kesehatannya dengan memberikannya makanan yang bergizi," ucap Dokter yang di pahami Brian.
"Baiklah Dokter, terimakasih atas penjelasan dan waktunya," ucap Brian yang di balas senyuman oleh Dokter.
"Sama-sama Tuan," ucap Dokter lalu kembali melanjutkan aktivitasnya di rumah sakit.
Setelah Dokter pergi, Brian pun mendekati Lucy lalu duduk di sampingnya. Ia menggenggam tangan wanita yang sudah menutup matanya itu di sebabkan kelelahan dan mengantuk. Brian tau akar dari hal yang terjadi pada Lucy saat ini. Dia yakin jika semua ini pasti ada sangkut pautnya dengan Sean.
"Cinta tak hanya membahagiakan namun juga menyiksa seseorang," gumam Brian tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari Lucy.
"Cepatlah sebuh Lu, kali ini aku akan membantumu bangkit dari belenggu cinta yang menyakitkan ini," ucap Brian yang tanpa izin mencium tangan Lucy. Lucy yang sudah sangat lelah tak merasakan apapun lagi yang menyentuh tubuh lemahnya.
Beberapa jam berada di ruang IGD, akhirnya Lucy pun di pindahkan ke ruang VVIP dengan bantuan beberapa suster. Karena sudah berada di ruang yang nyaman, Brian pun memutuskan menghubungi semua teman-temannya agar datang menjenguk Lucy di rumah sakit. Tanpa menunggu lama, semua orang yang di hubunginya sudah tiba di rumah sakit.
Mereka semua yang baru saja tiba terkejut melihat kondisi Lucy jatuh sakit. Baru kali ini mereka melihat Lucy dalam keadaan lemah. Biasanya di antara mereka semua, Lucy lah yang paling kuat dan paling tahan banting.
"Kenapa tiba-tiba bisa sakit?" tanya Liya pada Brian.
"Biasa kecapean dan dehidrasi, malas makan juga, jadi beginilah akibatnya," ucap Brian tak mengatakan yang sebenarnya jika faktor utama Lucy mengalami kondisi seperti ini disebabkan karena terlalu banyak pikiran, tepatnya banyak memikirkan Sean.
"Begitu ya, kasihan sekali. Ini pasti karena dia terlalu bersemangat mencari cuan," ucap Lia yang membuat satu ruangan tertawa.
"Uts, pelan kan suara kalian," ucap Brian memberi peringatan kepada teman-temannya.
"Nanti kalau Lucy sudah sadar, Kasih dia makan ya biar minum obat," ucap Brian yang langsung mendapatkan anggukkan dari Lia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Yati Rosmiyati
aku gak rela kalau Sean melakukan apa yang di katakan Lucy apalagi sampai memberikan napkah batin sama Tasya 😥😥
2024-02-25
1