Waktu berlalu dengan cepat, kini di Eropa sudah menunjukkan pukul enam pagi. Tasya yang sangat bersemangat untuk pergi berjalan-jalan terlihat bangun lebih awal dari Sean. Tak biasanya wanita itu bangun secepat itu. Biasanya Tasya memiliki kebiasaan buruk yaitu tidur larut malam dan bangun larut siang.
Karena ingin menjadi istri yang baik untuk Sean, Tasya pun segera membersihkan dirinya lalu berdandan secantik mungkin. Bahkan wanita itu melakukan hal yang tak pernah dilakukannya sebelumnya.
"Aku harus menyiapkan hidangan terbaik pagi ini untuknya," ucap Tasya lalu bergegas keluar kamar hotel lalu menemui koki terbaik di hotel itu. Walaupun dia tak ikut serta membantu sang koki memasak, setidaknya dia bisa menjadi penonton setia sang koki.
"Minuman apa yang paling sesuai dengan cuaca pagi ini?" tanya Tasya meminta pendapat sang koki. Ia tak ingin Sean meminum minuman yang salah di pagi ini.
"Cafe au lait rekomendasi minuman hangat pagi ini. Kopi yang di seduh dengan cara tradisional dan di paduka dengan susu murni akan menciptakan rasa yang luar biasa," ucap sang koki yang di angguki Tasya.
"Baiklah, kalau begitu saya ingin dua kopi di hidangkan bersama menu pagi ini," ucap Tasya yang di angguki sang koki.
"Baik Nona," ucap lalu melanjutkan pekerjaannya sedangkan Tasya memilih kembali ke kamarnya.
Sebelum tiba di kamarnya, tiba-tiba saja Tasya di kejutkan dengan sentuhan seseorang di bahunya. "Siapa kau?" tanya Tasya sembari membalikkan tubuhnya.
"Apa kau sudah melupakanku sayang?" tanya pria tampan yang saat ini sudah menyandarkan bahunya ke dinding.
"Ka-kau, apa yang lakukan di sini?" tanya Tasya panik sembari mengedarkan matanya melihat sekelilingnya. Ia takut jika Sean melihat dirinya bersama seorang pria.
"Tentu saja ingin bertemu denganmu," ucap pria itu sembari tersenyum devil.
"Is, kan sudah aku katakan, jangan temui aku lagi. Anggap saja kejadian waktu itu tak pernah terjadi," ucap Tasya lalu pergi namun tangannya di tarik sehingga membuat tubuhnya terbentur ke tubuh tegap di belakangnya.
"Jangan lari, aku sudah mengatakannya bukan jika aku tak akan melepaskan wanita yang sudah merebut kehormatanku. Kau adalah wanita pertama yang berani mengambil mahkotaku!" ucap Steven yang tak lain ialah pria yang menekuni dunia gelap sejak usianya menginjak tujuh belas tahun.
Walaupun ia nakal dan suka minum, namun ia tak pernah sekalipun bermain-main dengan seorang wanita. Ia sangat menghormati setiap wanita. Hal itu ia lakukan bukan karena ia adalah seorang pria Impoten atau pria yang suka dengan sesama jenis namun karena ia sangat mencintai wanita yang telah melahirkannya. Dia sudah berjanji pada wanita kesayangannya itu agar tak menjadi pria yang suka menghancurkan seorang wanita.
"Kau tau sendiri kan waktu itu aku sedang mabuk? Lagian salahmu sendiri yang tak bisa menjaga diri sendiri!" ketua Tasya membuat Steven tertawa kecil.
"Apa kau masih Ingat bagaimana caramu menggodaku dan memaksaku untuk melakukan hal menjijikkan itu? Apa kau lupa juga kau memohon kepadaku untuk di sentuh?" ucap Steven membuat Tasya terdiam di tempatnya.
"Sudahlah, sebaiknya kau pergi! Kau membuat pagiku menjadi berantakan," ucap Tasya melepaskan diri dari Steven lalu bergegas pergi darinya. Melihat wanita yang mengambil kehormatannya pergi membuat hati Steven semakin tertarik dan ambisius untuk mendapatkannya.
"One day you will be mine," lirih Steven tersenyum tipis tanpa melepaskan Tasya dari pandangannya.
Setelah berhasil melepas diri dari Steven dan tiba di kamarnya, Tasya pun mengunci pintu dengan tubuh yang bersandar di balik pintu. Ia terlihat sangat ngos-ngosan sebab tak ingin Steven menangkapnya dan membawanya pergi dari Sean. Mungkin pergi dari kehidupan Sean lebih tepatnya.
"Apa yang terjadi denganmu?" tanya Sean menatap Tasya dengan alis yang terangkat satu. Ia penasaran kenapa wanita di depannya itu ketakutan hingga berkeringat.
"Sean," ucap Tasya menutupi ketakutannya dengan senyum terpaksa nya.
"Aku habis memesan makanan di lantai dasar, karena cuaca sangat dingin aku jadi berolahraga di sini saja," ucap Tasya yang memberikan alasan yang cukup masuk akal.
"Hm," sahut Sean lalu melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi.
"Huh," Tasya membuang nafas leganya. Ia tersenyum sembari menghapus keringat di keningnya.
Tak lama menenangkan dirinya, pintu kamar hotel pun di ketuk. "Siapa ya? Semoga saja bukan pria sok suci itu!" gumam Tasya lalu mengintip orang yang mengetuk pintu kamarnya dari lobang pintu. "Syukurlah bukan dia," ucap Tasya menghela nafas lega.
Tasya segera membuka pintu kamarnya lalu mengizinkan para karyawan hotel membawa masuk makanan pesanannya. Dengan sangat cekatan dan penuh kehati-hatian, para karyawan hotel itupun menatap sarapan pagi Tasya dan Sean dengan rapi di atas meja.
Setelah selesai menata makanan, para karyawan hotel pamit undur diri. Dan bersamaan dengan itu Sean pun menyelesaikan kegiatan mandinya. Pria tampan yang membuat seorang Tasya menjadi tergila-gila keluar kamar mandi dengan handuk yang melilit rapi di pinggangnya. Tasya terlihat terpanah melihat keindahan tubuh suaminya itu.
"Palingkan matamu itu, aku tak ingin melihat mata jelek mu itu keluar dari tempatnya!" ucap Sean dengan ketus membuat Tasya memanyunkan bibirnya.
"Kau selalu saja membuatku kesal," ucap Tasya lalu berjalan menuju sopan dengan wajah yang masih di tekuk.
"Siapa suruh kau mau menikah dengan sumber kekesalan sepertiku," ucap Sean lalu kembali masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaian nya. Ia tak merasa nyaman berganti pakaian di depan Tasya walaupun wanita itu adalah istrinya.
Setelah menyelesaikan kegiatannya, kini Sean pun bergabung dengan Tasya untuk menikmati sarapan paginya. Seperti istri baik pada umumnya, Tasya pun mengambilkan kopi susu hangat untuk Sean. Melihat niat baik Tasya, Sean pun menerimanya tanpa penolakan. Tasya terlihat memperhatikan Sean dan menunggu reaksinya meminum kopi susu terbaik itu.
"Bagaimana rasanya?" tanya Tasya membuat Sean meliriknya lalu melirik kopi di tangannya seakan tengah menilai.
"Hm, lumayan," ucap Sean yang berhasil membuat hati Tasya bahagia nan berbunga-bunga.
"Aku yakin kau pasti suka," ucap Tasya dengan rasa bangganya.
"Ini kopi apa namanya?" tanya Sean sembari memperhatikan warna kopi di cangkirnya.
"Kopi susu," ucap Tasya dengan cepat.
"Iya tau kopi susu, tapi nama prancis nya apa?" tanya Sean dengan wajah datarnya.
"Cafe au lait, ini salah satu minuman terbaik di Prancis," ucap Tasya yang mendapatkan anggukkan kecil dari Sean.
Setelah menikmati kopinya, Sean dan Tasya pun mulai menikmati sarapan paginya. Walaupun porsi makanannya sangat sedikit, namun makanan itu sangat mewah dan mahal. Dan sarapan pagi keduanya bukan hanya satu menu saja, namun terdapat beberapa menu spesial dan bergizi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments