Keesokan pagi, Sean langsung pergi ke kantornya tanpa menemani Tasya. Dia benar-benar marah dengan wanita itu. Karena ulah Tasya, bintangnya menjadi redup dan berpindah dari tempatnya. "Ah, wanita itu membuat hariku hancur," gumam Sean sembari melangkahkan kakinya memasuki perusahaan miliknya dengan Gio yang setia mengikutinya dari belakang.
Ketika sudah tiba di lantai teratas, Sean di kejutkan dengan kehadiran Rena di ruangannya. Ini adalah pertama kalinya bagi Rena mengunjungi Sean di pagi hari.
"Mama," panggilnya membuat Rena yang menatapnya sedari tadi melangkah cepat ke arahnya.
"Plak," satu tamparan berhasil membuat Sean mau pun Gio terdiam di tempatnya. Sean sudah tau jika hal seperti ini pasti terjadi. Sikap Tasya yang suka mengadu dan membesarkan masalah membuat Sean semakin tak menyukainya, bahkan kini bisa di katakan Sean sudah membencinya.
"Dasar anak kurang ajar, apa yang kau lakukan pada menantuku?" Bentak Rena dengan nada yang sangat tinggi. Saat ini keadaan seakan terbalik. Tasya berubah status menjadi anak kandungnya sedangkan Sean berubah status menjadi anak tirinya.
"Apakah dia mengadu pada Mama?" ucap Sean bukannya menjawab justru melemparkan pertanyaan kepada Rena.
"Jawab saja pertanyaan Mama! Kenapa kau menamparnya?" tanya Rena membuat Sean enek mendengar pembelaan Rena terhadap Tasya.
"Karena dia pantas mendapatkan itu!" ucap Sean tanpa merasa bersalah. Hal itu pun membuat Rena semakin marah dan melayangkan satu tamparan lagi di pipinya.
"Jaga kata-katamu Sean. Mama tak suka ya kau bersikap kasar seperti itu kepadanya apalagi sampai bermain tangan kepadanya! Mama tidak mengajarkan hal buruk itu kepadamu. Hargai dia Sean, hargai istrimu itu dan lupakanlah wanita itu. Dia masa lalu mu dan Tasya adalah masa depanmu. Sampai kapan kau akan seperti ini terus?" ucap Rena merasa gagal mendidik Sean.
Sampai aku hidup bersama dengan bintangku. Jawab Sean dalam hati.
"Sebaiknya Mama cari tau terlebih dahulu akar dari segala masalah, sebab terkadang informasi yang di terima tanpa mencari akar kebenarannya akan mendatangkan masalah besar ke dalam hidup Mama," ucap Sean menatap wanita yang melahirkannya itu dengan tatapan datarnya.
"Mama sudah mencari tau," ucap Rena tak mau kalah.
"Apa yang Mama tau?" tanya Sean sembari mengontrol emosinya yang sudah berada di ambang batas.
"Kau bertemu dengan wanita itu kan. Karena wanita itu kau membentak bahkan sampai menampar menantuku," ucap Rena yang mendengarkan cerita yang salah dari Tasya. Wanita ular itu pandai sekali bermain kata sehingga membuat mangsanya masuk ke dalam jeratan mematikannya.
"Mama tau, aku sendiri yang datang menemui Lucy dan dia tidak memintaku untuk menemuinya. Bahkan ia mengusirku dari rumahnya hanya karena ingin aku tidak menyakiti hati menantu kesayangan Mama dan keluarga besar kita. Mama tau, Tasya membuat keributan besar di rumahnya hingga mengundang kemarahan warga. Gara-gara perbuatannya yang tercela itu wanita yang aku cintai di usir detik itu juga. Semua orang tak memberikannya kesempatan untuk membela diri. Bahkan walaupun dia sudah pergi dari sana, ucapan buruk orang-orang tetap tertuju padanya. Lucy ku menjadi bulan-bulanan warga," ucap Sean menjelaskan kejadian yang sebenarnya dengan mata yang memerah sebab menahan sakit di dadanya. Ia masih tidak terima wanita yang di cintainya itu mendapatkan perlakuan buruk seperti itu.
"Apa yang di rasakan Lucy ku, jauh lebih sakit daripada apa yang di rasakan menantu Mama!" ucap Sean dengan penuh penekanan di setiap katanya. Matanya tidak bisa berbohong jika ia benar-benar sedih dengan kejadian itu.
"Wanita itu memang pantas mendapat itu!" ucap Rena tanpa perasaannya membuat Sean tersenyum kecewa kepadanya.
"Aku seperti kehilangan Mamaku, Mamaku tidak seperti ini dan aku selalu mengenali Mamaku dimanapun ia berada!" ucap Sean membuat hati Rena seakan terkena goresan pisau. Setelah mengatakan itu, Sean pun memilih pergi meninggalkan Rena di ruangannya. Hal itu membuat Rena Mamanya terpaku di tempatnya dengan mata yang tak lepas menatap kepergian dirinya.
Apa aku sudah begitu keterlaluan terhadap anakku? Apakah aku ini ibu yang buruk sehingga membuat anakku terjebak dalam kehidupan yang menyakitinya. Huh, aku dan Bram terlalu keras kepadanya sehingga dia menjadi seperti itu. Sudahlah Rena, ini semua demi kebaikannya. Batin Rena sembari mengatur nafasnya agar hati dan pikirannya tenang.
Karena sudah tidak mempunyai kepentingan lagi di perusahaan Sean, Rena pun memilih kembali ke kediamannya bersama supir pribadinya.
🍒🍒🍒
Di depan toko Lucy, terlihat Sean memperhatikan aktivitas bintangnya itu dengan tatapan sedih seakan ingin meraih Lucy lalu memeluknya. Dia tidak bisa membohongi dirinya jika saat ini ia benar-benar sangat merasa bersalah pada Lucy. Dia sudah memberikan banyak luka dari berbagai arah pada Lucy. Walaupun dia adalah salah satu sumber luka Lucy, tetapi tetap saja Lucy mencintainya dengan tulus dan menerima segala kekurangannya.
"Suatu saat nanti ketika aku sudah menjadi apa yang kau katakan, maka aku tak akan membiarkanmu pergi lagi dariku. Aku akan menarik mu dan menjeratmu dengan rantai cintaku. Aku tak akan melepaskan mu Lu. Kalaupun nanti aku tidak bisa menjeratmu ke dalam kehidupanku, maka aku akan menjerat cintamu di hatiku. Aku tak akan membiarkan pria manapun menerima cintamu. Akulah yang berhak atas cinta itu, hanya aku!" gumam Sean sembari terus memperhatikan Lucy dari balik kaca mobilnya.
"Aku mencintaimu Lu, sangat-sangat mencintaimu," ucap Sean dengan mata yang kembali berair. Semenjak mengenal Lucy, Sean menjadi pria yang cengeng dan mudah menangis walaupun hanya karena hal sepele. Sebelumnya dia adalah pria yang kuat dan tegar. Bahkan ia tak pernah sekalipun meneteskan air matanya kecuali matanya sedang sakit.
Maaf Lu, Lagi-lagi aku tak dapat menahan air mataku jika sudah berkaitan tentangmu. Batin Sean terus saja menghapus air matanya yang terus mengalir tanpa suara.
Seorang pria yang menangis di sebabkan seorang wanita, percayalah dia adalah pria yang tulus dan benar-benar cinta kepada sang pujaan hatinya. Melihat Sean rapuh seperti itu menandakan bahwa pria tulus masih ada di dunia ini.
Sean tersenyum melihat Lucy yang kini tengah menggoda seorang anak kecil yang membeli dagangannya. Walaupun Sean tersenyum dengan mata yang sembab, tetap saja kadar ketampanannya tidak berkurang sedikitpun.
"Datang lagi ya," ucap Lucy pada anak kecil yang saat ini sudah pergi bersama Papa nya. Lucy melambaikan tangannya ketika anak kecil itu menoleh dan tersenyum kepadanya.
"Iya kakak, tatah," ucapnya dengan suara menggemaskannya membuat Lucy ingin sekali meremas wajah imut dan menggemaskan itu.
Melihat momen manis di depannya membuat Sean seakan melihat masa depannya bersama Lucy yang di mana ia pergi bersama anaknya dan Lucy mengiringi kepergiannya dengan senyum manis dan penuh cinta yang hanya di tujukan kepadanya dan sang buah hatinya.
"Semoga saja Allah mewujudkannya," ucap Sean lalu pergi meninggalkan tempat itu setelah tak melihat sosok Lucy lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments