Hari ini adalah hari pernikahan Sean dan Tasya. Pernikahan keduanya di gelar secara besar-besaran hingga viral di mana-mana. Bahkan beberapa channel TV menampilkan pernikahan mewah itu tanpa iklan sedikit pun.
Lucy yang menyaksikan sang pujaan hatinya bersanding di pelaminan dengan wanita lain di TV tersenyum ikhlas dengan air mata yang menetes.
"Berbahagialah Matahariku, Aku ridha kau bersanding dengannya dan aku berharap Allah memindahkan rasa cinta ini untuknya dan rasa cintamu kepadaku berpindah kepadanya," lirih Lucy terus tersenyum sembari menghapus air matanya.
Tak ingin mengecewakan Sean, Lucy pun memenuhi undangan pujaan hatinya itu dengan hati yang tegar. Ia pun mengenakan pakaian terbaiknya dengan sedikit polesan make up yang membuatnya semakin terlihat cantik dan menawan. Lucy sangat tidak nyaman menggunakan make up namun karena ingin tampil cantik di depan sang pujaan hatinya untuk yang terakhir kalinya, Lucy pun mengenakannya walaupun merasa tak nyaman di wajahnya.
"Lucy, apa kau yakin untuk tetap pergi?" tanya Brian yang tak lain ialah sahabat dekat Lucy. Lucy hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. "Baiklah jika itu keinginanmu, mari kita pergi," ucap Brian yang lagi-lagi mendapatkan anggukkan dari Lucy.
Keduanya pun pergi bersama menggunakan mobil Brian. Di sepanjang jalan Lucy hanya diam sembari melihat pemandangan bangunan dan pohon yang di lewati dari balik jendela. Brian yang memperhatikan Lucy yang seperti kehilangan separuh jiwanya hanya bisa menghela nafas kasihan. Ia tak bisa berbuat apa-apa untuk sahabat baiknya itu. Dari awal bersahabat, baru kali ini Brian melihat sisi feminin Lucy. Wanita itu sudah tak terlihat seperti wanita tomboy lagi seperti biasanya.
Lucy sangat suka mengenakan celana panjang dan kaus sederhana namun kini ia mengenakan gaun indah dengan rambut yang di tata sangat cantik. Tak hanya itu bahkan Lucy yang biasanya mengenakan sepatu sneakers kini rela mengenakan sepatu heels. Wanita itu benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat saat ini. Walaupun mengenakan gaun dan heels Lucy tetap tampil elegan. Dia tidak pernah suka dengan sesuatu yang sangat mencolok, hal itulah yang membuatnya terlihat sangat indah dengan kesederhanaannya.
Beberapa menit berada di jalan, kini Lucy dan Brian pun tiba di hotel bintang lima tempat Sean dan Tasya melangsungkan acara pernikahannya. Sebelum masuk ke aula pesta, Lucy berhenti sejenak sembari mengatur nafasnya. Brian yang melihat itu tersenyum tipis. Setelah merasa dirinya sudah siap dan baik-baik saja, Lucy pun masuk bersama Brian.
Sean yang sendari tadi mencari keberadaan Lucy hingga mengabaikan wanita yang sudah resmi menjadi istrinya tersenyum ketika lirikan matanya menangkap sosok yang di carinya. Tasya yang memperhatikan Sean sendari tadi langsung mengikuti arah pandangannya. Dan wajah Tasya pun langsung muram bercampur kesal melihat kehadiran wanita yang di cintai suaminya.
"Sayang, kamu lihat apa sih?" tanya Tasya berpura-pura tidak tau jika Sean sedang memperhatikan Lucy.
"Tidak ada," jawabnya datar tanpa menoleh ke arah Tasya. Hal itupun membuat Tasya berdecak kesal. Karena ini hari pernikahannya dan di tayangkan di TV, Tasya pun hanya bisa diam menahan kesal. Ia terus berusaha menampilkan senyum anggunnya kepada para tamu yang mengucapkan selamat padanya walaupun saat ini hatinya benar-benar panas.
Awas ya wanita sialan, aku akan memberikan pelajaran kepadamu nanti! Batin Tasya meremas tangannya dengan mata yang tak lepas menatap Lucy.
Di saat Tasya sibuk mengumpatnya, Lucy justru sibuk memperhatikan Sean yang saat ini juga memperhatikannya. Keduanya sama-sama melemparkan senyumnya satu sama lain dengan mata yang seakan berkata 'Aku tak ingin kehilanganmu' itulah yang sekiranya bisa di tangkap dari tatapan keduanya.
"Lucy, ayo kita ke sana," ajak Brian yang di angguki Lucy. Hal itu tak luput dari perhatian Sean. Ia terlihat cemburu dan tak rela wanita pujaannya bersama pria lain walaupun itu adalah sahabatnya sendiri. Jika saja Sean tidak berada dalam kondisi yang buruk ini, mungkin ia sudah menghampiri Lucy dan menjauhkannya dari jangkauan Brian.
Lu, jagalah hatimu untukku. Batin Sean menatap Lucy dengan wajah sendu.
Aku akan menjaga hatiku Sean. Aku akan menjaga cinta ini untukmu sampai batas waktu yang sudah di tentukan yang maha kuasa. Batin Lucy seakan tau apa yang di inginkan sang pujaan hatinya itu.
"Lu, aku pergi mengambil minuman dulu ya. Kau tidak mengapa kan jika menunggu sebentar?" tanya Brian yang di angguki Lucy dengan senyum tipisnya.
"Pergilah, aku akan menunggu di sini," ucap Lucy yang di angguki Brian.
Setelah meminta izin pada Lucy, Brian pun pergi mengambil minuman. Tak lama Brian pergi, datanglah seorang wanita paru baya mengenakan gaun mewah. Walaupun usianya sudah terbilang tidak muda lagi, namun kecantikannya tak pudar sedikitpun.
"Hm," dehem wanita paru baya itu dengan wajah angkuh. Lucy yang mendengar suara itu langsung mengalihkan pandangannya menatap wanita yang saat ini berdiri di sampingnya. Mengetahui siapa wanita paru baya itu, Lucy pun segera bangkit dari duduknya dan menyapa wanita itu.
"Tante," sapanya tersenyum lembut namun tak di tanggapi dengan baik oleh wanita paru baya itu.
"Saya tidak menyangka wanita sepertimu mempunyai keberanian dan hati yang kuat untuk datang ke sini dan menyaksikan kebahagiaan anak saya," ucap wanita paru baya itu yang tak lain ialah Ibu kandung Sean.
Sedang apa Mama menghampiri Lucy? Batin Sean menatap khawatir pada Lucy.
"Maafkan saya Tante, sebenarnya saya tidak ingin hadir di acara ini namun saya sudah berjanji pada Sean untuk datang ke pernikahannya," ucap Lucy masih mempertahankan wajah lembutnya walaupun saat ini sisi gelapnya sudah membakar hatinya.
"H, kau benar-benar wanita yang tidak tau malu!" ucap Rena sembari meliriknya dengan tatapan merendahkan. "Sebaiknya pergilah dari kehidupan anak saya dan jangan ganggu kehidupannya lagi. Sekarang dia sudah bahagia bersama Tasya dan selamanya mereka akan bersama," ucap Rena tanpa perasaannya membuat hati Lucy seakan di serang oleh ribuan jarum yang sangat tajam. Lucy ingin menangis namun ia menahannya. Ia tak ingin terlihat lemah di depan manusia seperti Rena.
"Tanpa Tante memintanya, saya akan pergi dengan sendirinya," ucap Lucy sembari memperlihatkan senyum tegar nya.
"Baguslah jika kau sadar diri!" ucap Rena dengan ketus.
"Kau tidak boleh pergi," ucap Sean yang langsung menarik Lucy ke dalam pelukannya. Hal itu mengundang perhatian semua orang. Para media segera menyoroti momen itu sedangkan Rena, Tasya, dan keluarga besarnya menatap tak percaya melihat tindakan Sean itu.
Karena tak terima suaminya memeluk wanita lain, Tasya pun turun tangan untuk menyingkirkan Sean dari Lucy. Dengan sangat mandiri Tasya memegang gaunnya dengan kuat lalu berjalan cepat ke arah suaminya dan Lucy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments