Setelah kejadian pengusiran itu, Warga pun bubar dan kembali melakukan aktivasinya seperti semula sedangkan Tasya kembali ke kediamannya dengan wajah berbinar sebab bahagia karena berhasil mengusir Lucy dan membuat semua warga membencinya.
Walaupun Lucy sudah tidak berada di sana lagi, namun omongan para tetangga tak berhenti sampai di situ hingga cerita itu menyebar luas ke kampung sebelah.
"Hhhh, indah sekali hari ini," gumam Tasya tersenyum bahagia dengan tubuh yang di gerakan untuk menghilangkan rasa pegal di tubuhnya.
"Pak, ke club xxx ya," perintah Tasya pada supir pribadinya.
"Baik Nona," ucap sang supir lalu menancap gasnya menuju tempat yang ingin di datangi Tasya.
Setibanya di club langganannya, Tasya pun turut dari mobilnya lalu memasuki club dengan hati yang tak takut mendapatkan banyak keburukan jika masuk ke dalamnya.
"Sayang," panggil Leon yang tak lain ialah kekasih gelap Tasya. Keduanya sudah lama berhubungan layaknya sepasang suami-istri yang saling mencintai.
"Aku sangat merindukanmu," ucap Tasya dengan manja sembari mengalungkan kedua tangannya di leher Leon.
"Aku juga sayang," ucap Leon tanpa permisi langsung mencium Tasya. Seperti biasanya jika sudah seperti ini keduanya akan larut dalam kesenangan sesaatnya dan melupakan segalanya. Bahkan mereka akan menganggap jika dunia ini hanya milik mereka saja.
🍒🍒🍒
Walaupun Lucy di usir dari rumah sewanya, ia masih bisa tinggal di tokonya. Walaupun kecil setidaknya Lucy bisa berlindung di dalamnya.
Tak ada air mata yang di keluarkannya hingga sekarang. Dia tersenyum tak menyangka dengan takdir yang menghampirinya. Dia berusaha menjadi manusia yang baik namun segala keburukan menghampirinya secara bertubi-tubi. Walaupun begitu, Lucy tetap tak berlarut-larut dalam kesedihan. Dia menganggap semua yang terjadi adalah ujian mental untuk menuju usia yang lebih matang.
"Ah, aku pasti kuat menghadapi semua ini," ucap Lucy tersenyum yakin kepada dirinya sendiri.
Karena tak tau harus melakukan apa dan matanya juga sudah mengantuk, akhirnya Lucy pun memutuskan untuk tidur. Walaupun di tokonya tidak ada ranjang, namun di sana masih terdapat tikar. Walaupun tak ada bantal, Lucy tetap bisa tidur. Ia menjadikan tasnya sebagai bantal. Dan dia pun menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut.
"Selamat malam Lucy, semoga hari esok berpihak padamu," ucapnya lalu menutup matanya dengan sempurna. Sebelum benar-benar tertidur, Lucy pun membaca doa tidur di dalam hati.
🍒🍒🍒
Hari semakin larut, setelah puas bersenang-senang dengan kekasih gelapnya, Tasya pun memutuskan kembali dengan tubuh yang sedikit berantakan. Mulutnya saat ini di hinggapi bau alkohol.
"Ayo pulang," ucapnya pada sang supir dengan tubuh yang menyandar manja di kursi penumpang. Tasya benar-benar merasa kelelahan dengan kegiatannya di club. Saking bersenang-senangnya Tasya sampai lupa waktu dan tak menyadari jika ia pulang sangat larut malam.
Setibanya di hotelnya, Tasya pun masuk ke dalam kamar yang di tempati nya bersama Sean sebelumnya. Tasya menggelengkan kepalanya dengan mata yang menyipit sebab ruang yang dimasukinya terlihat gelap dan sepi. Tasya pun berjalan dengan sedikit sempoyongan mencari saklar lampu. Ia tersenyum ketika tangannya menemukan tombol saklar.
"Tik," bersama dengan lampu menyala, Sean pun menampakkan dirinya. Tepatnya Sean sudah duduk santai di tengah kegelapan sembari memperhatikan Tasya sendari tadi.
"Darimana kau?" tanyanya dengan suara yang sangat datar dan dingin. Sean terlihat memancarkan aura kemarahan di matanya. Bahkan jika di perhatian, Sean seperti Harimau yang ingin memburu mangsanya.
"Se-sean," ucap Tasya dengan gugup. Dirinya yang sempoyongan kini kembali bugar. Ia menatap takut pada Sean.
"Maaf Sean aku pulang terlambat," ucap Tasya tak sadar dengan panggilannya untuk Sean karena sangking takut dan paniknya dia.
"Aku tidak peduli kau pulang jam berapa, yang aku pedulikan, kau habis dari mana!" Bentak Sean membuat Tasya terkejut di tempatnya. Bahkan kini ia sudah meremas ujung gaun kurang bahannya.
"Aku habis bersenang-senang dengan teman-temanku," ucapnya berbohong. Ucapan Tasya membuat Sean tersenyum tak percaya. Dia benar-benar muak dan marah dengan wanita yang baru dua hari ini dinikahinya.
"Kau sangat pandai berbohong, tapi sikap dan perilakumu tak bisa menyembunyikan kebohonganmu," ucap Sean dengan sangat menusuk.
"Aku tidak berbohong, percayalah padaku," ucap Tasya menatap Sean dengan mata yang meyakinkannya.
Sean terkekeh pelan lalu bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Tasya yang saat ini menatap takut padanya. Jantung Tasya sudah tidak bisa di kondisikan lagi. Dia benar-benar takut, bahkan sangat-sangat takut dengan Sean saat ini.
"Apa yang kau lakukan pada Lucy ku?" tanyanya dengan emosi yang tertahan.
"Deg!" Jantung Tasya seakan berhenti berdetak. Apakah ini akhir dari kehidupannya? Entahlah, hanya yang maha kuasa yang tau kapan kehidupannya berakhir.
"Se-sean ak-," ucapnya tak berhasil menyelesaikan kalimatnya sebab Sean melayangkan satu tamparan di wajahnya.
"Plak!" suara itu terdengar sangat nyaring di kamar itu. Tasya mematung di tempatnya dengan wajah yang sudah menghadap ke samping. Pipinya memerah saat ini. Bukan hanya pipinya saja namun matanya juga merah lantaran marah dan tak menyangka akan mendapatkan perlakuan kasar seperti itu.
"Kau menamparku?" tanya Tasya menatap Sean dengan tatapan tak percayanya.
"Iya!" Bentaknya dengan suara yang bergema di kamar itu.
"Kenapa kau menamparku? Apakah karena wanita murahan itu?" ucap Tasya dengan nada yang sangat tinggi membuat Sean melayangkan satu tamparan lagi di pipi sebelahnya. Kini kedua pipi Tasya memerah dan terasa panas. Wanita itu sudah mulai berkaca-kaca sebab merasa sakit di pipi dan hatinya.
"Dengar ya Tasya Farnesya, mulut kotor mu ini tidak pantas mengatainya murahan. Disini, kaulah yang murahan. Bahkan kau lebih murah daripada barang bekas!" ucap Sean dengan penuh penekanan. "Orang yang kau cap sebagai wanita murahan adalah orang yang selalu menasehati ku agar menerimamu dan bersikap baik padamu. Dia membelakang kan hati dan egonya hanya untukmu! Kau tau betapa tersiksanya dia melihat aku bersanding denganmu di pelaminan. Dia menahan segala rasa sakit di hatinya. Sikapmu yang terlalu Overprotektif dan cemburuan membuat hidupnya semakin hancur dan berantakan. Kau membuat warga mengusirnya dari rumahnya sendiri. Kau tidak berhak melakukan itu!" ucap Sean menatap Tasya dengan mata tajam nan penuh amarah.
"Kenapa aku tidak berhak? Aku ini istrimu! Aku berhak menyingkirkan segala hal yang merusak pernikahan kita!" ucap Tasya tak ingin kalah dari Sean.
"Ya, kau istriku, tepatnya istri di atas kertas. Kau memanfaatkan kekuasaan keluargamu hanya untuk memenuhi egomu yang tiada habisnya itu. Jika saja bukan karena bisnis, aku tak akan mau menikah dengan wanita yang berhati busuk sepertimu!" ucap Sean dengan penuh penekanan membuat hati Tasya seakan di tusuk ribuan jarum.
Setelah mengatakan kalimat menyakitkan itu, Sean pun melangkah kan kakinya meninggalkan Tasya yang terdiam di tempatnya.
"Oya, satu lagi. Disini, kaulah yang merusak pernikahanmu sendiri, bukan dia ataupun orang lain!" ucap Sean dengan ketus lalu kembali melangkahkan kakinya keluar kamar hotel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments