Seperti yang sudah di rencana kedua belah pihak, hari ini Sean pun terpaksa harus pergi berbulan madu bersama Tasya ke luar negeri. Mau sekeras apapun dia menolaknya, mau sebanyak apapun alasan yang di berikannya, tetap saja Bram dan Rena memaksanya untuk tetap pergi. Bukan tanpa alasan Bram dan Rena memaksanya, keduanya berada dalam tekanan besannya, tepatnya tekanan Laila Mama Tasya. Wanita paru bayar itu sama liciknya seperti anaknya. Memang benar, buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
Di bandara saat ini, terlihat Kedua orang tua Sean dan Tasya mengantarkan kepergian keduanya untuk berbulan madu. Kedua wanita paru bayar itu tersenyum terus membayangkan momen romantis kedua anaknya di saat sedang berdua saja di ruangan yang sama. Rena maupun Laila tak henti-hentinya menggoda Tasya membuat wanita itu tak dapat menyembuhkan rasa malunya. Bahkan wajah cantik Tasya yang putih kini sudah sedikit memerah.
"Ya sudah ya Ma, Pa, kami pergi dulu," ucap Tasya sembari memeluk kedua orang tuanya dan kedua mertuanya. Sedangkan Sean hanya sekedar pamit tanpa melakukan apa yang di lakukan Tasya.
Setelah berpamitan, kini kedua pengantin baru itupun pergi menaiki pesawat nya. Mereka memesan kelas bisnis agar nyaman ketika di perjalanan, selain itu juga membuat pengantin baru seperti keduanya sedikit bebas.
"Sayang, ayo foto," ajak Tasya sembari menggandeng lengan Sean dengan satu tangan yang memegang kamera.
Sean yang tak berminat sedikit pun menatap datar ke arah kamera. Ia terlihat enggan menyedekahkan senyuman nya di kamera Tasya.
"Bagus, tapi kau kurang tersenyum sayang," ucap Tasya dengan nada manja merajuknya.
Melihat Tasya merengek seperti anak kucing yang kehilangan induknya, Sean pun akhirnya menuruti keinginan Tasya untuk tersenyum. Walaupun malas dan tak berminat, Sean tetap melakukannya agar perjalanan panjangnya berlangsung dengan nyaman.
Setelah puas mengambil foto, Tasya pun tersenyum dengan tangan yang masih merangkul lengan Sean. Wanita menyebalkan itu menyadarkan kepalanya di bahu Sean sembari melihat tangkapan gambarnya bersama Sean.
"Manis banget kan sayang, gambar ini yang paling jernih dan paling jelas di antara yang lainnya," ucap Tasya terus saja mengoceh di sepanjang perjalanan. Sean hanya menyahutinya dengan deheman kecil yang membuat hati Tasya sudah merasa senang.
🍒🍒🍒
"Pasti dia sedang berada dalam perjalanan menuju negara tujuannya," lirih Lucy dengan tatapan kosong menatap lantai. Lucy sedih dan cemburu membayangkan kebahagiaan Sean dan Tasya. Walaupun ia tau Sean tak akan melakukan itu namun tetap saja hatinya merasa sakit dan tak tenang. Melupakan seseorang yang di cinta tak semuda berkata-kata. Melupakan seseorang yang namanya sudah melekat di dalam hati membutuhkan waktu dan proses yang panjang.
Lucy mengetahui rencana bulan madu ini langsung dari sang pujaan hatinya ketika datang menjenguknya di sebabkan khawatir. Waktu sedikit yang di berikan Lucy di manfaatkan Sean untuk membicarakan banyak hal. Baik dari hal yang mengusik hatinya hingga menceritakan keinginan orang tuanya yang memintanya untuk pergi berbulan madu. Walaupun Lucy sedih dan sakit hati mendengarnya namun ia tetap merespon Sean dengan baik dan memberikan beberapa nasehat dan dukungan untuknya.
Flashback On.
Di ruang tamu, terlihat Lucy terus memperhatikan Sean dan mendengarkannya. Ia terkejut mengetahui apa yang terjadi pada Sean. "Jika memang seperti itu, sebaiknya jangan menemui ku Sean. Jika memang tetap ingin bertemu, setidaknya tahan dirimu untuk tidak bertemu diriku beberapa saat ini saja. Posisi Kita saat ini seakan berada di atas tebing yang di keliling jurang yang sangat dalam. Mau kemanapun kita berlari, tetap saja kita akan jatuh ke jurang," ucap Lucy mencoba memberi pengertian pada Sean yang saat ini seperti kehilangan akalnya.
"Baiklah Lu, aku akan mencobanya tapi aku tak bisa berjanji untuk tidak menemui mu, Akan aku usahakan mengikuti semua nasehatmu," ucap Sean tanpa memandang Lucy.
"Terimakasih," ucap Lucy tersenyum tipis dengan menahan kesedihannya.
"Lu," bukannya menjawab ucapan terimakasih Lucy, Sean justru memanggilnya dengan pelan.
"Hm?" sahut Lucy dengan senyum tipisnya yang belum memudar.
"Besok aku pergi," ucap Sean masih enggan menatap Lucy sebab tak sanggup melihat mata bintangnya itu.
"Kemana?" tanya Lucy tanpa mengalihkan perhatiannya dari Sean.
"Berbulan madu," ucap Sean yang seketika membuat Lucy reflek memundurkan sedikit bahunya dari Sean. Hatinya seakan di timpa batu besar yang tak di sangka kedatangan nya. Sakit, hatinya benar-benar sakit. "Aku tak ingin pergi, namun mereka memaksaku," ucap Sean seakan enggan menyebut kedua orang tuanya di hadapan Lucy.
"Pergilah," ucap Lucy memegang bahu Sean dengan senyum indahnya walaupun suasana hatinya tak seindah senyuman di wajahnya. Ia mengangguk pelan seakan merestui kepergian Sean. Sean yang mendengar perkataan Lucy langsung mengalihkan kembali pandangannya menatap Lucy.
"Apa kau yakin?" tanya Sean yang langsung mendapatkan anggukkan pelan Lucy.
"Aku sangat yakin. Sudah sepantasnya kalian berbulan madu. Jangan pikirkan aku Sean, aku baik-baik saja. Pikirkanlah dia yang sudah masuk ke dalam hidupmu. Dia lebih berhak kau bahagiakan dari pada aku yang bukan siapa-siapa," ucap Lucy sembari menahan sakit di dadanya mendengar kata-kata nya sendiri.
"Siapa bilang kau bukan siapa-siapa di dalam hidupku? Kau adalah bintangku, tanpamu langitku tak indah dan terang," ucap Sean membuat hati Lucy meleleh di tengah-tengah suasana yang mengharukan.
"Ya aku tau itu," ucap Lucy sembari tertawa kecil dengan gombalan Sean. "Sean, aku memang bintangmu, tapi dia adalah bulan mu. Hidupmu akan lebih gelap jika dia menghilang dari hidupmu. Walaupun langitmu tak indah namun langitmu tetap terang Sean," ucap Lucy sembari terus tersenyum.
"Dan bulan tak akan bersinar jika tidak memantulkan cahaya dari matahari, demikianlah dirimu, dia tidak akan bersinar di dalam hidupku jika kau tidak ada bersamaku," ucap Sean membuat Lucy tak bisa berkata-kata lagi.
"Baiklah Sean, lakukanlah apapun yang kau inginkan jika itu membuatmu bahagia dan tenang. Mau sebanyak apapun kata-kata indah yang aku kata-kata padamu, mau sekeras apapun aku meyakinkanmu, kau pastilah tetap teguh pada pendirianmu sendiri," ucap Lucy sembari menundukkan kepalanya tak ingin menatap Sean lagi. Ia seakan tak sanggup melihat mata tajam penuh cinta Sean
"Kau tau seperti apa sikap ku Lu, kau berhasil membuat diri ini berubah delapan puluh derajat dari diriku yang dulu. Terimakasih," ucap Sean dengan tulus yang dibalas Lucy dengan anggukan kecil. Ia masih setia menundukkan kepalanya dan memperhatikan kakinya.
"Pulanglah Sean, waktumu sudah habis di sini," ucap Lucy sembari memperlihatkan senyum candanya dengan mata yang kembali memandang Sean.
"Baiklah, terimakasih atas waktu dan cintanya. Aku pergi dulu ya, jaga dirimu baik-baik. Dimana pun kau berada, aku akan tetap mengetahui keberadaan dan kondisimu, jaga hatimu, dan jangan terlalu dekat dengan pria manapun termasuk sahabatmu sendiri," ucap Sean yang di angguki Lucy.
Aku tidak bisa berjanji Sean, tapi akan aku usahakan. Batin Lucy berbanding terbalik dengan ucapannya.
"Baiklah, terimakasih kembali. Sampai jumpa," ucap Lucy sembari melambaikan tangannya menatap kepergian Sean.
Flashback Off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments