Di kamarnya, terlihat Tasya mengeluarkan air matanya di depan Laila dan Rena. Kedua wanita paru bayar itu tak henti-hentinya menenangkan Tasya. "Sean jahat banget tau Ma. Dia lebih mementingkan wanita itu daripada aku istrinya sendiri, hiks. Bahkan dia rela pulang mendadak hanya untuk bertemu dengan wanita itu, hiks," ucap Tasya sembari mengelap hidungnya yang sedikit memerah.
"Anakmu sudah benar-benar sangat keterlaluan Jeng!" ucap Laila membuat Rena menatap tak enak hati padanya.
"Maafkan anak saya Jeng, anak itu memang keras kepala dan susah di atur. Saya akan memarahinya nanti," ucap Rena dengan wajah bersalahnya. "Sayang, kamu jangan sedih ya, nanti Mama akan menasehatinya agar tidak seperti itu lagi padamu," ucap Rena sembari mengelus kepala Tasya dengan penuh kasih sayang. Tasya hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Kamu tidak akan bisa melawan ku wanita murahan. Aku akan pastikan hidupmu akan lebih sengsara dari sebelumnya! Batin Tasya dengan hati yang sangat geram.
"Sudah, kamu istirahat dulu ya sayang nanti Dokter akan datang untuk memeriksa kakimu," ucap Rena dengan lembut yang di angguki Tasya.
"Baik Ma, terimakasih," ucap Tasya lalu memeluk Rena.
"Sama-sama sayang," ucap Rena tersenyum sembari mengelus rambutan Tasya dengan penuh kasih sayang.
"Ya sudah ya sayang, kami keluar dulu," ucap Rena yang di angguki Tasya.
Setelah Rena dan Laila keluar dari kamar dan menutup pintu, Tasya pun bangkit dari ranjangnya dengan kaki yang terlihat baik-baik saja. Bahkan wanita itu terlihat melompat kecil tanpa meringis sedikitpun.
"Hihi, sudah ku duga, semuanya akan berada di dalam kendaliku. Aku akan merebut kembali apa yang menjadi milikku!" ketus Tasya mengepalkan kedua tangannya sembari menatap pantulan wajahnya di dalam kaca. "Bersiaplah wanita murahan, permainan sesungguhnya akan segera di mulai," ucap Tasya sembari tersenyum devil.
Setelah mengatakan itu, Tasya pun segera meraih handphone nya lalu menghubungi nomor seseorang. "Aku punya pekerjaan untukmu," ucap Tasya pada anak buahnya berada di ujung telepon. "Aku akan memberitahunya melalui pesan," ucap Tasya lalu setelah itu ia pun masuk ke ruang ganti nya.
"Tok-tok-tok," suara ketukan pintu membuat Tasya mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruang ganti.
"Siapa sih?" gumam Tasya kesal lalu dengan cepat kembali duduk di ranjang.
"Masuk," ucapnya ketika sudah berada di posisi awalnya.
"Permisi Nona, ada paket untuk anda," ucap salah satu pelayan membuat Tasya mengerutkan keningnya penasaran.
"Bawa kesini," peringkat Tasya yang di angguki pelayan itu.
"Silahkan Nona," ucap pelayan sembari memberikan paket itu pada Tasya. Pelayan pun pergi setelah melihat kode tangan Tasya yang memintanya untuk pergi.
Apa ya isinya? Batin Tasya lalu membuka bungkus paket yang berbentuk persegi empat itu.
Setelah merobek kertas paket, Tasya pun melihat kotak dengan tutup yang muda di lepas. "Hm, kenapa tutupnya main angkat begini? Apa dia tidak takut paketnya rusak," gumam Tasya sembari memperhatikan bentuk paket itu. Karena tak ingin rasa penasarannya semakin meningkat, Tasya pun perlahan mengangkat tutup kontak itu.
"Ah,,," teriak Tasya terkejut ketika ular mainan ingin menggigit nya. Karena takut dan belum menyadari ular mainan itu, Tasya pun membuangnya dengan cepat.
"Sialan!" Umpat Tasya sangat-sangat kesal dengan sang pengirim paket misterius itu.
"Siapa sih yang mengirim paket tidak berguna seperti ini! Awas ya kalau ketemu!" ucap Tasya meremas tangannya dengan kuat.
"Tring," Panggil telepon membuat Tasya membuat nafasnya dengan kasar.
"Siapa sih? Mengganggu saja! Tidak tau apa orang lagi kesal!" ketus Tasya namun tetap mengangkat panggilan itu tanpa melihat nama sang penelpon.
"Halo, siapa?" tanya Tasya dengan nada ketusnya.
"Halo sayang, apakah kau masih mengenaliku?" tanya sanga penelpon yang tak lain ialah Steven.
"Ka-kau? Darimana kau mendapatkan nomor telepon ku?" ucap Tasya dengan gugup.
"Kau tidak perlu tau sayang," ucap Steven membuat Tasya sangat gemas kepadanya.
"Oya, apakah kau sudah menerima hadiahku?" tanya Steven sembari tersenyum smirk.
"Jadi kau sialan yang mengirim paket bodoh itu!" ucap Tasya dengan nada yang sangat emosi. Bukannya takut, Steven justru tertawa puas mendapatkan amarah dari Tasya. "Kenapa kau tertawa? Tidak ada yang lucu bodoh!" Bentak Tasya merasa harga dirinya.
"Ah sayang, kemarahan mu membuatku semakin tergila-gila padamu!" ucap Steven terkekeh di ujung sana.
"Kau!" ucap Tasya tertahan. "Apa yang kau inginkan!" tanya Tanya membuat Steven kembali terkekeh.
"Kau tau saja jika aku menginginkan sesuatu darimu," ucap Steven dengan santainya.
"Jangan banyak bicara, katakan dengan cepat! Apa yang kau inginkan?" tanya Tasya dengan amarah yang sudah berada di ubun-ubun nya.
"Ayo bertemu, aku akan mengatakan maksud dan tujuanku. Dan aku juga ingin memberitahumu sesuatu," ucap Steven dengan nada serius nya.
"Aku tidak bisa!" tolak Tasya dengan nada yang ketus.
"Kau akan menyesal jika tidak segera datang menemui ku. Lihatlah video yang aku kirimkan kepadamu," ucap Steven yang membuat Tasya langsung melihat video yang sudah masuk ke handphone nya.
Ya ampun, apa ini! Batin Tasya membulatkan matanya terkejut dengan isi di dalam video yang di lihatnya.
"Kau! Berani sekali kau melakukan ini padaku!" Bentak Tasya dengan nada yang sangat marah. Dia sudah tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memarahi Steven.
"Sudah aku katakan, aku tidak akan melepaskan wanita yang sudah merebut kehormatanku dan aku tidak bermain-main dengan ucapanku," ucap Steven dengan aura dinginnya. Saat ini Steven berhasil membuat Tasya ketakutan, tepatnya takut kehilangan Sean yang sudah bersusah paya ia dapatkan.
"Baiklah, kapan kau ingin bertemu?" tanya Tasya membuat Steven langsung menampilkan senyum penuh kemenangan nya.
"Sekarang," ucapnya tanpa melakukan negosiasi.
"What! Apa kau sudah gila?" tanya Tasya tak habis pikir dengan pria licik seperti Steven.
"Ya aku memang gila!" jawab Steven dengan ketus.
"Steven!" Bentak Tasya membuat Steven tersenyum senang.
"Ya sayang, sebutlah namaku dengan suara indah mu itu," ucap Steven dengan nada yang menggoda.
"Baiklah, temui aku di resto taman kota. Jika kau datang terlambat, aku akan menyebarkan video berkualitas tinggi itu!" ucap Steven lalu langsung menutup panggilan telepon nya secara sepihak.
"Steven!" ucap Tasya berdecak kesal di tempat nya.
"Akh,,," kesalnya sembari menjambak rambutnya sendiri dan memukul-mukul kepalanya frustasi.
"Steven sialan!" Umpatnya lalu segera bersiap-bersiap.
Setelah selesai melakukan ritual kecantikan nya, Tasya pun meraih tas selempang nya lalu keluar dari kamarnya. Ia menuruni anak tangga satu persatu lalu melewati ruang keluarga. Suara langkah Tasya mengalihkan pandangan seseorang yang tengah melihat acara tv.
"Mau kemana sayang? Apakah kakimu sudah membaik?" tanya Rena yang duduk santai di ruang keluarga.
"Iya Ma, kaki Tasya sudah membaik. Tasya ada urusan mendadak Ma. Jadi Tasya keluar sebentar ya," ucap Tasya sembari memperlihatkan senyum pura-pura nya.
"Baiklah sayang, jangan terlalu lelah ya dan cepat pulang," ucap Rena yang di angguki Tasya.
Setelah berhasil mendapatkan izin, Tasya pun bergegas pergi menemui Steven dengan supir pribadinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Yati Rosmiyati
emang enak giliranmu Tasya yang gak bisa tidur nyenyak karena ada Steven yang selalu mengancam mu😛
2024-02-26
0