Bab 10

Alisa begitu bahagia saat Rosa datang menjenguknya. Mereka terlibat percakapan yang seu. Tentang toko bunganya yang semakin berkembang karena Erwin terjun langsung dan mengawasi manajemennya.

dan tentang banyak hal yang lainnya.

Sampai Rosa menceritakan bagaimana bahagianya Erwin saat menceritakan tentang bayi mereka.

"Sumpah..! aku termasuk salah satu pembenci Om Erwin, dari awal, yang ku tau, dia orang kaya yang arogan, cuek dan angkuh. Tapi makin kesini aku semakin mengerti bagaimana sebenarnya dia." Rosa bercerita dengan bersemangat.

"Aku sampai terharu saat dia bercerita padaku, bagaimana khawatir nya dia melihatmu kesakitan saat mengalami pendarahan. Dia terus berdoa demi keselamatan kalian berdua. yang ku lihat saat itu adalah seorang pria yang berhati lembut dan penyayang." pandangan Rosa menerawang.

Alisa hanya diam menyimak cerita sahabatnya itu.

"Kau tau, Lis.. Om Erwin menangis saat dia curhat padaku. Dia merasa takut menghadapi kesembuhan mu."

"Kenapa begitu?" Alisa merasa heran.

"Iya, dia takut saat kau sembuh dan boleh pulang, semua kebahagiaan nya akan berakhir. dia takut akan tiba saatnya kau pergi meninggalkan mereka..."

Hati Alisa bergetar, benarkah itu yang di rasakan Om Erwin saat ini?

"Aku hanya mau bilang, Om Erwin itu sudah jatuh cinta padamu."

Mata Alisa terbelalak oleh pendapat Rosa.

"Tidak mungkin..!" sergahnya cepat.

"Apanya yang tidak mungkin? Dari caranya perhatian padamu, dia takut kehilanganmu."

Alisa kembali menggeleng.

"Dia pantas aku panggil ayah.." ucap Alisa pelan.

"Lalu apa masalahnya? Perasaan cinta tidak mengenal usia, Lis. Dan kenyataannya kalian sudah punya seorang bayi."

Alisa menata degup jantungnya.

"Rosa benar, aku dan Om Erwin sudah punya seorang anak.. Suka tidak suka, itulah kenyataannya."

"Ohya, aku ingin melihat bayi mu. Kata Om Erwin. dia sangat tampan." Rosa keluar dengan tergesa.

Tinggal Alisa yang galau dengan pikirannya sendiri.

'Aku memang merasa Om Erwin sayang padaku. dia tanggung jawab dan selalu mengalah. tapi kalau kamu bersama, apakah aku sudah siap? bayangan keberingasan pria itu membuatnya terima.

Rosa melihat Erwin sedang belajar menggendong bayinya di ruangan khusus bayi.

"Hai, Ros.. kau disini?" sapanya ramah.

"Iya, Om."

"Sudah ketemu Alisa?"

Rosa kembali mengangguk.

Erwin menimang bayinya dengan bangga.

"Bayinya sangat lucu dan tampan.." puji Rosa

"Yah.. Sayang sekali, dia harus segera berpisah dengan ibunya." wajah Erwin berubah mendung.

Rosa ikut terharu melihatnya.

"Oh, ya.. Apa dia sudah punya nama, Om?" Rusa sengaja mengalihkan topik pembicaraan.

"Iya, Om sudah siapkan namanya jauh-jauh hari. Namanya ' LANGIT PERKASA'

"Namanya unik, tapi bagus. apakah Alisa sudah tau, Om?"

Erwin menggeleng.

"Om pikir dia tidak akan perduli siapa nama bayi nya. Toh dia juga akan pergi dari kami."

Suasana kembali diliputi kesedihan.

Sampai lengkingan suara Langit memecah kebisuan

"Sudah waktunya dia menyusu, Pak..!"

Perawat mengambil Langit dari pangkuan Erwin.

"Mereka membawa baby Langit kemana, Om?"

"Itulah yang membuat aku sedih. Langit menolak semua susu formula, dia juga tidak mau menyusu dari dot. Dia hanya mau menyusu pada ibunya." jelas Erwin putus asa.

"Alisa mau menyusui bayi nya?"

"Mungkin terpaksa." jawab Erwin.

Rosa permisi untuk melihat keadaan Alisa yang menyusui bayi nya.

Rosa melihat Alisa tengah asik menatap bayi nya yang menyusu.

Tapi saat Rosa datang. Dia berubah tegang.

"Sepertinya kau sedang menikmati peran baru mu, Lisa." gurau Rosa.

"Kau tidak usah meledek ku begitu. Aku menyusuinya agar susuku tidak bengkak." sungut Alisa.

Rosa tersenyum. Apapun alasannya yang jelas sudah ada kemajuan.

"Aku iri padamu." bisik Rosa

"Iri?"

"Lihatlah.. Matanya terus menatapmu. Sangat lucu. apa kau tidak tersentuh dengan tatapannya itu?"

"Kau lebay sekali. semua anak kalau sedang menyusu ya, begini." jawab Alisa protes.

"Kalau begitu, bayinya buat aku saja.."

"Enak saja..!" jawab Alisa spontan.

Rosa langsung menatapnya.

"Kau harus akui, kau sudah jatuh cinta padanya." tebak Rosa menggodanya.

"Bukan itu maksudku.." Alisa merasa terjebak oleh ucapannya sendiri.

***

Alisa terpana saat pulang dari rumah sakit. rumah Erwin di hias sedemikian rupa. Semua pelayan berjejer rapi menyambut kedatangannya.

"Selamat datang kembali Non Alisa.. Dan selamat datang Den langit.." ucap mereka seperti di komando.

Satu lagi, Erwin menyewa seorang perawat berpengalaman yang khusus untuk mengasuh baby Langit.

Alisa menatap Erwin seolah minta penjelasan.

Erwin mengangguk dan berkata,

"Ini untuk menyambut kedatangan kalian."

Alisa merasa tersanjung dengan cara Erwin menghargainya.

"Ini terlalu berlebihan, Om. Sayang, buang- buang duit saja." ucapnya agak tersipu.

"Tidak kata ''sayang ' untuk kalian. Ini belum seberapa di bandingkan apa yang sudah kau berikan" ucap Erwin tulus.

Alisa berjalan masuk dengan perlahan. dari pintu depan menuju ke kamarnya di penuhi bunga yang bertebaran di lantai, harumnya semerbak memenuhi ruangan.

"Om Erwin tau kalau aku sangat suka bunga." pikirnya senang.

Saat melewati kamar di sebelah kamarnya. Alisa tertegun. Kamar itu juga di hias dengan sangat indah. Di dinding juga terpanjang foto anaknya dengan tulisan besar pula.

(Selamat datang di rumah kita jagoan ku, Langit Perkasa)

Hati siapa yang tidak meleleh oleh kejutan itu?

Alisa memasuki kamar yang biasa dia tempati.

Hatinya mulai bimbang. Melihat kebaikan dan ketulusan Erwin memaksanya untuk memikirkan kembali keputusannya.

"Apakah aku sanggup meninggalkan Langit? sedangkan dia masih butuh air susuku. Tapi kalau aku tetap disini dan menerima Om Erwin, apakah aku bisa? Setiap kali dia menyentuhku, aku merasa ketakutan." keluhnya galau.

Alisa mengalami perang batin yang hebat.

Dua hari sudah berlalu. Erwin turun tangan sendiri saat mengawasi anaknya. Dia hafal

kapan waktunya menyusu, waktunya tidur dan lain-lain.

Sore itu, seperti biasa Alisa sedang menyusui anaknya. Tiba-tiba Erwin datang ke kamarnya.

Alisa segera membalikkan badannya.

"Maaf, Om tidak mengetuk pintu dulu."

"Ada apa, Om?"

"Alisa, Om sudah mengurus semuanya sesuai isi perjanjian kita." suara Erwin terdengar berat.

Alisa tertegun. Secepat itukah? Atau memang aku yang lupa karena menikmati peranku saat ini?

Dia baru sadar kalau Langit sudah tiga Minggu.

"Iya, Om benar. sesuai perjanjian kita.. Aku akan .." ucapannya terhenti, bibirnya meringis menahan sakit.

"Kau kenapa?" Erwin panik memanggil suster untuk memegang, Langit.

"Perutku sakit.."

"Kita kerumah sakit sekarang..!"

Alisa menggeleng. Erwin tidak tau kalau itu hanya aktingnya saja. Alisa ingin mengulur waktunya untuk pergi.

"Aku tidak mau, Om. Hanya kram biasa, sebentar juga hilang."

"Ini berarti, kau belum boleh meninggalkan rumah ini. kondisimu belum pulih benar. Om bertanggung jawab untuk itu." ucap Erwin tegas.

Dalam hati ia kegirangan, dengan begitu dia bisa mencegah Alisa pergi saat ini. entahlah sampai kapan dia punya alasan untuk menahan gadis itu.

Dengan keadaan itu, membuat Erwin punya alasan untuk lebih perhatian pada Alisa.

"Kau harus banyak makan. Sekarang kau tidak sendiri lagi, ada Langit yang bergantung padamu."

Dengan telaten Erwin menyuapinya makan.

Alisa tidak menolak seperti biasa.

Langit sedang tidur di kasur sambil menatap mereka.

"Lihatlah, dia menatap mu tanpa berkedip." ucap Erwin girang.

"Menatap kita..!" ulang Alisa menegaskan.

Erwin mengangguk dan tersenyum.

"Mungkin juga dia senang karena melihat kita orang tuanya bersama seperti ini." imbuh Erwin.

Tanpa sadar mereka saling menatap.

Alisa mengambil alih mangkok di tangan Erwin dengan tersipu. Pipinya merona saat menyadari apa yang terjadi.

"Apa yang terjadi padaku? Kenapa jantungku berdebar keras saat dia menatapku?" batin Alisa kesal.

Erwin sendiri sibuk menenangkan perasaan nya. Ia merasakan hal aneh saat bersama gadis itu. Entahlah apa itu. Yang jelas dia tidak ingin Alisa jauh darinya.

Langit malah tersenyum melihat tingkah orang tuanya.. Bayi itu seakan mengerti apa yang terjadi.

💞like koment nya dong

Terpopuler

Comments

Nunung

Nunung

Alhamdulilah Alissa jangan mengikuti egomu apa tidak kasihan pada langit anakmu sendiri , dan untukmu om Erwin tahan terus Alissa untuk pergi dia hanya malu tuk mengakuinya bahwa dia mulai nyaman denganmu dan semua kasih sayangmu . oke Thor see you ❤️❤️ semangat ya 💪💪

2024-03-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!