Bab 6

"Istirahatlah.. kau tidak boleh terlalu capek."

"Jangan terlalu over protektif, Om. Aku tidak apa-apa."

"Om percaya kalau tidak apa-apa, tapi kandunganmu? Siapa yang menjamin?"

Alisa berlalu dengan kesal. Ia merasa bayi dalam perutnya benar' -benar sudah merampas kebebasan hidupnya.

"Adit akan main kesini, aku tidak sedang minta ijin. Tapi hanya memberi tau." ucap Alisa sore itu.

Erwin menggaruk keningnya yang tidak gatal.

"Kalau Om bilang tidak boleh?"

"Aku yang akan keluar? Om tinggal pilih." jawab Alisa acuh. Dia tau Adit bukan orang yang baik untuk Alisa. tapi bagai caranya membuka mata Alisa tentang hal itu?

Erwin terdiam. gadis di depannya itu sangat keras kepala. dia juga tau kalau Alisa ingin menyakitinya dengan mempermainkan emosinya.

"Apa kau tidak takut penilaian orang, sudah menikah kok masih main dengan pria lain..." sungut Erwin.

"Mereka tidak akan tau, karena kami hanya di dalam rumah ini. kalau gosip itu sampai tersebar keluar, pasti Om yang membocorkannya." sanggah Alisa.

"Tapi pengaruh Adit tidak baik buat anak ku." ucap Erwin mulai terpancing.

Dia sampai bilang aku bukan lagi Om seperti biasanya.

Alisa menatapnya curiga.

"Itu kan, kata Om Erwin. Kalau menurutku, baik, humoris dan menyenangkan. termasuk buat anak, Om ini." Alisa menunjuk perutnya.

Erwin meninggalkan gadis itu dengan perasaan dongkol. Entah kenapa, mendengar nama Adit di sebut membuat telinganya panas.

Tanpa pamitan dia pergi ke kantornya.

Alisa menyambut kedatangan Adit dengan suka cita.

"Waah rumahnya gede juga. tak ku sangka, berkat Alisa aku bisa masuk ke rumah mewah ini dengan aman." bisik Adit pada dirinya sendiri.

"Aku merasa bosan disini, karena itu aku memintamu datang." ucap Alisa merajuk.

"Oh, iya.. Kapanpun kau butuh aku , panggil saja namaku tiga kali. Aku pasti datang." gurau Adit.

"Kayak jin nya Aladin saja.."

Mereka mengobrol dengan bebas sambil menikmati makanan yang di siapkan pelayan.

"Jujur, kau sangat beruntung, Lis. Kau bisa tinggal dan menikmati fasilitas semewah ini dengan bebas." puji Adit

'Beruntung kau bilang? Yang ada aku tersiksa tau, ini semua tidak gratis Dit. aku harus membayar mahal untuk semua ini." jawab Alisa geram.

Adit mengerti maksud Alisa.

"Jangan terlalu di pikirkan, nikmati saja yang ada di depan mu selagi bisa."

"Kau sih bisa berkata begitu karena tidak mengalaminya langsung." sungut Alisa.

"Alisa, boleh aku berenang?" tanya Adit ragu.

"Kenapa masih bertanya, lakukan saja yang kau suka."

"Apa pria tua itu marah nantinya?"

"Tidaaak. kau tenang saja. dia akan menuruti semua keinginanku asal aku menjaga anaknya."

Adit langsung terjun ke kolam renang yang bening itu.

"Kau tidak ingin berenang juga?" teriaknya kepada Alisa.

"Tidak, aku disini saja." jawab Alisa sambil menikmati minumannya.

"Bik, tolong masak yang enak untuk kami, ya..!"

"Baik, Non.."

Adit memperhatikan Alisa yang sedang duduk di pinggir kolam

."Ternyata kehamilan Alisa membawa keuntungan buatku. Dengan anak itu aku bisa memanfaatkan nya untuk memeras pria tua itu..." gumam Adit tersenyum licik.

"Dit, kau tunggu disini, ya.. Aku mau ganti baju dulu."

Saat Alisa masuk ke kamarnya. Adit mengelilingi rumah besar itu. Bibirnya tak berhenti berdecak kagum.

"Ini kamar paling besar di antara kamar yang lainnya. Pasti ini kamar pria tua itu." Di cobanya membuka pintu yang ternyata tidak di kunci.

"Waaah.. Luar biasa." Adit langsung duduk di kasur yang empuk yang ada di kamar Erwin. Setelah itu ia mencoba duduk di kursi kebesaran yang ada di kamar itu juga.

"Kapan lagi bisa merasakan jadi orang kaya.." ucapnya sambil tertawa senang.

Saat itu Alisa kebingungan mencari keberadaan Adit.

Semua pelayan juga ikut mencari. Mereka kompak memanggil nama "Adit"

Sampai Erwin datang dan heran melihat semua orang seperti tengah mencari sesuatu sambil memanggil nama Adit.

"Ada apa ini kalian ribut-ribut?" mata Erwin menatap mereka satu persatu dan menetap di mata Alisa.

Semua pelayan bungkam karena ketakutan. Lalu Alisa cepat maju menjawab.

"Adit tiba-tiba saja menghilang entah kemana.."

"Itu saja kalian ributkan, seperti kehilangan berlian saja." omel Erwin. Dia benar-benar jengkel kalau mendengar nama Adit.

Sejurus kemudian,

Alisa dan para pelayan merasa heran saat mendengar suara ribut dari kamar Erwin.

"Ayo keluar kau dari sini..! Kenapa kau pakai bajuku segala hah..?"

"Iya, aku keluar..pelit amat. Cuma minjem baju doang juga.." jawab Adit membela diri.

"Keluar tidak..!" ancam Erwin marah.

Adit keluar dari kamar itu dengan masih memakai baju Erwin.

"Ini, bawa juga sampah mu ini keluar!"

Erwin melempar baju dan celana Adit dengan kasar.

Alisa dan para pelayan melongo di depan pintu menonton kejadian itu.

"Ini, nih yang barusan kalian cari dengan berjamaah. Ternyata dia ngumpet di kamarku. Dan berani nya dia memakai bajuku." omel Erwin.

"Aduh.. kau ini bikin malu aku saja, Dit." ucap Alisa sambil menepuk dahinya.

Mulai kejadian itu, Erwin tidak pernah melihat Adit datang kerumahnya. Ia bisa bernafas lega.

Namun tanpa sepengetahuan Erwin, Diam-diam Alisa pergi menemui pemuda itu di tempat yang sudah mereka janjikan.

Semula masih baik-baik saja. hingga sejam berlalu. Seorang teman Adit datang dan membisikkan sesuatu di telinga Adit.

"Sebentar, ya Lis.. "

Alisa tidak menaruh curiga sedikitpun, ia kembali menikmati minuman di hadapannya.

"Disini aku bisa makan dan minum sepuasnya tanpa larangan dari orang tua itu." pikirnya senang.

Beberapa saat kemudian, Adit dan temannya datang. Mereka membawa minuman baru yang katanya istimewa dan Alisa harus mencobanya.

"Rasanya enak, kau harus coba..!" ujar teman Adit.

Alisa menggeleng. Ia merasa perutnya sudah begah dengan minuman yang sebelumnya.

"Ayo lah, demi aku. coba sedikit saja. Jangan membuat temanku ini kecewa..." pinta Adit dengan lembut.

Karena merasa tidak enak. Akhirnya Alisa mencobanya.satu menit, dua menit Alisa masih bisa menguasai dirinya. Tapi semakin lama pandangannya seperti berkunang-kunang. Dan apa ini? Alisa merasakan gejolak aneh yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. perasaan seperti ingin di jamah oleh lawan jenis nya. Perasaan itu begitu kuat hingga tak sadar dia mendekati Adit.

Dengan senang hati pemuda itu meyambutnya.

"Dit, lakukan sesuatu padaku..! Aku rela." ucapnya tanpa sadar.

"Tapi kau sedang hamil, Lisa.. " Bisik Adit dengan gairah yang tak kalah hebatnya. Selama ini dia hanya bisa memandang gadis pujaannya itu. Tapi dengan teganya Erwin datang dan merenggut sesuatu yang seharusnya menjadi miliknya. Apa salah jika sekarang dia mengambil hak itu apalagi Alisa sendiri yang meminta.

Tanpa malu-malu Adit mengusir temannya untuk meninggalkan mereka berdua di ruangan itu.

Keadaan semakin memanas karena Alisa sudah terpengaruh obat perangsang dalam dosis tinggi. Dan hampir saja kejadian memalukan itu terulang lagi pada Alisa.

Untungnya Erwin dan Teddy datang tepat waktu. Teddy bertugas menangani beberapa orang teman Adit. Sedang Erwin langsung mendobrak pintu yang di kunci dari dalam itu. Adit yang kaget langsung bangkit dan hendak melarikan diri. Tapi Teddy sudah siaga dan menangkapnya.

Erwin langsung menyelamatkan Alisa yang masih setengah sadar.

Sepanjang perjalanan pulang, Alisa terus bergelandot di lengan Erwin. Gadis itu melenguh dan mendesah seolah mendamba untuk di jamah.

Erwin menghentikan mobilnya karena Alisa berusaha mencumbunya. "Alisa, sadarlah..!" Erwin menepuk pipi gadis itu.

Mata Alisa menatap Erwin penuh gairah.

Erwin jadi teringat saat dia pertamakali menjamah gadis itu. Tak ayal gairahnya terpancing juga. Apalagi Alisa terus memburu bibirnya dengan desahan yang menggoda.

"Om, tolong aku. Lepaskan aku dari keadaan ini.." pinta Alisa di sela desah nafasnya yang memburu. Erwin Ina melihat keadaan Alisa. Gadis itu sangat tersiksa.

"Ayo lakukan, Om..!" pinta Alisa sambil memeluk leher Erwin.

Saat itu, Erwin tidak lagi melihat Alisa sebagai gadis belia yang pantas menjadi anaknya. Melainkan seorang wanita yang menyajikan sejuta pesona dan gairah yang sudah lama tidak di rasakannya.

Perlahan Erwin meraih tubuh adis itu dalam dekapannya. Dia mencium bibir mungil itu sambil tangannya bergerilya kedalam baju Alisa. Nafsu sudah menguasainya. Dia lupa akan perjanjian di antara mereka.

Tiba-tiba Erwin tertegun. Tangannya tak sengaja meraba perut Alisa yang terasa kencang dan terasa menyembul.

Dia menarik tangannya cepat.

"Alisa, kita harus pulang.." Erwin hanya diam saat mata Alisa menatapnya dengan kecewa.

💞Ayo dung mana suaranya? Othor sudah kriting nih ngetik sampai tercipta satu bab ini. Benar-benar tidak mudah menuangkan sebuah ide dalam bentuk cerita😄

Terpopuler

Comments

Dlaaa FM

Dlaaa FM

Lanjutannnnnnn

2024-02-26

0

Nunung

Nunung

Dasar Adit dan konco koncone biang rusuh ...akhirnya Alissa terselamatkan oleh om Erwin , makasih ya om , Alissa mustinya kamu bersyukur harga dirimu terselamatkan . see you ❤️❤️ tetap 💪💪 ya

2024-02-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!