Bab 9

"Ayo, ayo cepat..,!" Erwin begitu panik saat melihat Alisa tidak sadarkan diri.

 Dia ditemukan tergeletak di bawah tangga di rumah Erwin. Entah apa penyebabnya.

Erwin memegangi kepalanya yang terasa berat.

"Apa yang terjadi padanya?"

Erwin merinding saat membayangkan darah yang mengalir di betis Alisa.

Dia khawatir terjadi sesuatu pada Alisa dan bayinya.

Dokter Yuda memanggil Erwin ke ruangannya.

"Dengan sangat menyesal aku harus sampaikan ini. Keadaan Alisa sangat parah. hanya ada dua pilihan. Antara ibu dan anaknya..." bagaimana petir menyambarnya saat me dengar berita itu.

"Tidak, kau harus selamatkan keduanya...." ucapnya dengan air mata mulai merembes. Selama ini pantang bagi ya meneteskan airmata, tapi kali ini?

"Tidak bisa, Win. Kau harus cepat memutuskan nya. Waktunya tidak banyak. Alisa sudah kehilangan banyak darah."

Erwin berlutut di lantai. Dia lemas tak berdayanya.

Apakah dia harus mengorbankan anak yang begitu di harap kannya ? atau ia harus kehilangan Alisa, gadis yang sudah mengisi hari-harinya beberapa bulan terakhir ini.

Erwin terjebak dalam dua pilihan yang sulit.

"Aku tunggu keputusan mu di ruang operasi."

Dokter Yuda menepuk pundaknya dan meninggalkan nya sendiri.

Keadaan Alisa semakin lemah. Tapi sebelum ia benar-benar kehilangan kesadaran, dia masih sempat mendengar suara Erwin.

"Selamatkan ibunya..!"

Selama proses operasi. Erwin merasa hancur, dia harus kehilangan bayi yang sangat di cintanya. Bayi yang merupakan penyelamat harga dirinya.

Detak jarum jam sangat menegangkan bagi Erwin. Dia gelisah menanti kabar dari dalam ruang operasi itu. Dia terus berdoa dan berdoa untuk minta keajaiban agar Alisa dan anaknya selamat.

Pintu terbuka, dan seorang perawat memberitahunya kalau operasi sudah selesai.

Dengan langkah cepat dia menemui Dokter Yuda yang baru keluar.

"Bagaimana keadaan... Alisa?" suaranya bergetar. Ia merasa tidak ada gunanya menanyakan anaknya lagi. Hanya akan membuat kesedihannya semakin dalam.

"Ini keajaiban, Erwin.. Tuhan masih sayang padamu nyawa Alisa dan anaknya selamat...!" ucapan Dokter Yuda membuatnya tercengang.

"Iya, selamat..! Kau menjadi seorang ayah."

Erwin menyambut rangkulan sahabatnya itu.

Ia masih tidak percaya dengan semua yang terjadi.

'Semuanya seperti mimpi bagiku." Erwin mengusap matanya yang basah.

"Cepat temui bayi mu.."

Dengan langkah lebar dia menuju ruang bayi.

Tapi langkahnya terhenti di persimpangan. Sebelah kanan ruangan Alisa, dan sebelah kiri ruang bayi.

Erwin melangkah keruangan dimana Alisa di rawat.

Tak henti mulutnya mengucap syukur.

Dia mendekat tubuh Alisa yang diam tak bergerak.

"Alisa, syukurlah kau selamat, kau baik-baik saja." ucapnya pelan. hatinya benar-benar mengharu biru.

Alisa membuka matanya, dia melihat pria yang selama ini di bencinya itu tengah menangis menatapnya. Air matanya terlihat tulus.

"Om, terima kasih...!" ucapnya. perlahan.

"Kenapa kau mengucapkan terimakasih. Om, yang harus melakukan itu." Erwin menggenggam tangan gadis itu dengan erat.

"Bukankah, Om sudah memilih menyelamatkan aku ketimbang anak, Om sendiri?" ucap Alisa berkaca-kaca.

"Iya, kau benar. Om di hadapkan dua pilihan yang sama sulitnya. Tapi setelah di renungkan, anak itu belum pernah melihat hiruk pikuk dunia ini. Sedangkan kau, kau berhak menikmati kebebasanmu, itu, kan yang kau tunggu selama ini?"

Alisa terdiam, dia juga mengusap air matanya.

"Tapi karena menyelamatkanku, kau harus kehilangan anak mu."

Erwin menggeleng.

"Takdir masih memihak padaku, kalian berdua selamat. anak ku selamat." jawab Erwin gembira.

"Bahkan aku belum sempat melihat wajahnya." ucap Erwin terharu.

Alisa kaget mendengar anaknya juga selamat. Walaupun selama ini dia membenci bayi itu. Tapi hati kecilnya merasa lega mendengarnya selamat.

Erwin permisi untuk melihat bayinya.

Sepasang mata yang bening, sepasang tangan mungil, dan sepasang kaki mungil itu membius perhatian Erwin.

Bayi yang sangat tampan dengan hidung mancung dan rambut yang hitam lebat.

Saat menatap bayi itu, dia merasa sedang menatap dirinya di cermin.

"Selamat datang putraku yang tampan.." gumamnya antusias.

"Bisa di azan kan, pak?"

"Iya, tentu." jawabnya gugup. Dia bertambah gugup saat perawat memberikan bayi itu dalam pangkuannya.

Kebahagiaan Erwin terasa sempurna saat itu.

Para perawat merasa heran saat Alisa berkeras tidak mau melihat wajah putranya.

"Padahal bayi itu sangat tampan dan lucu. Wajahnya persis pak Erwin.." para perawat bergosip di belakang Alisa.

"Banyak orang yang iri pada mba Alisa." ucap mereka lagi.

"Iri kenapa?"

"Iya, pak Erwin sangat mencintai istrinya. Selama operasi berlangsung, bahkan pak Erwin menggunakan kamar sebelahnya untuk berdoa. Dia tidak berhenti berdoa sampai mendengar kabar operasi selesai." Alisa hanya terdiam. Sebaik itu, kah Erwin padanya?

"Mba Alisa pasti belum tau, wujud dari rasa syukurnya karena istri dan anaknya selamat, beliau memberi tif pada semua perawat yang bertugas hari itu, tanpa terkecuali. bahkan dia juga bagi-bagi bunga lho, mba.. Memang pak Erwin itu tipe pria penyayang." mereka berdecak kagum. Jujur, Alisa merasa tersanjung oleh semua yang di lakukan Erwin padanya.

Tapi entah kenapa, hati Alisa masih belum luluh oleh anaknya.

"Kau benar-benar tidak mau menyusui bayi itu?": tanya Erwin pelan.

Alisa menggeleng mantap.

"Paling tidak, coba kau lihat dia. Om, yakin kau akan langsung jatuh cinta padanya."

"Tidak, aku tidak mau menyusui. berikan saja dia susu formula." Alisa berkeras.

Erwin mengalah. Dia minta susu formula yang paling bagus dan mahal buat bayinya.

"Dia menolak semua susu formula, pak. bahkan sekarang pun masih menangis kehausan."

Erwin merasa bingung. Semua perawat berusaha menenangkan bayi nya tapi tidak berhasil.

Dari kamar Alisa juga terdengar teriakan.

Erwin dan beberapa perawat tergopoh melihatnya.

"Om keluar dulu...!" teriaknya pada Erwin.

Semua bertambah bingung.

"Sus, kenapa payudara ku nyeri sekali, dan lihatlah bajuku basah semua, air apa ini?" keluhnya dengan wajah memelas.

saat suster memeriksanya, dada Alisa sudah membengkak.

"Ini karena air susu.."

"A-air susu?" Alisa menelan ludah. Gadis sembilan belas tahun itu memang tidak pernah mengerti hal begituan.

"Iya, Mba. Dan ini harus di keluarkan. kalau tidak, akan semakin sakit dan nyeri."

"Iya, lakukan apa saja biar aku terbebas dari rasa sakit ini.."

Perawat mulai sibuk menyiapkan alat untuk menyedot air susu dari Alisa.

Erwin masih bingung melihat perawat yang terlihat sibuk. Mereka tidak mau bilang apa yang terjadi atas permintaan Alisa.

"Aduh, sakit sekali, Sus. Apa ada alat yang lebih efisien? Kapan selesainya ini. Aku tidak tahan lagi."

Alisa mengerang kesakitan.

"Ada, Mba. Bahkan sangat cepat bisa mengeluarkan semua air susunya."

"Apa itu, cepat bawa kemari.." pintanya dengan memelas.

"Dedek bayi..." ucap si perawat.

Sontak Alisa menatapnya.

"Apa tidak sayang, Mba. Di ruangan sana ada bayi yang menangis kehausan. Sedangkan disini, mba membuang air susu dengan sia sia."

Alisa termenung.

"Ketimbang di buang, susui dia. Rasa sakitnya akan berkurang, bahkan akan hilang sama sekali." usul perawat itu.

Karena tidak tahan menahan nyeri di dadanya, Alisa setuju menyusui bayinya.

Bayi itu langsung terdiam saat perawat meletakkannya di pangkuan Alisa.

Dengan kuat dia menyedot puting susu Alisa.

Dan benar saja, rasa sakit itu mulai berkurang bahkan menghilang.

"Perasaan apa ini?" batinnya.

Ada perasaan aneh menyusup di relung hatinya.

Bayi tampan itu terus menyusu dengan lahapnya. Mata beningnya menatap Alisa seolah berkata,

"Mama tega sekali tidak mau melihatku, Mama benci padaku.."

Alisa memalingkan wajahnya. Ia merasa malu oleh tatapan bayinya.

Di saat itu Erwin masuk. Dia bahagia sat melihat Alisa mau menyusui bayinya.

"Lihatlah, dia langsung tidur setelah kekenyangan.." para perawat itu mencoel pipi bayi tampan itu.

"Bagaimana? Sakit ya sudah hilang, kan?" tanya mereka bercanda.

Alisa tersipu malu. Ia sadar, kenapa harus menghukum bayi yang lucu itu? yang bersalah adalah orang tuanya.

"

Terpopuler

Comments

Nunung

Nunung

Alhamdulilah akhirnya Alissa mau menyusui baby nya ....dan mudah mudahan dibukakan juga pintu hatinya untuk mau mengurus baby nya om Erwin Aamiin.

2024-03-02

0

Dlaaa FM

Dlaaa FM

Lanjutannnnnnn

2024-03-01

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!