Bab 16

Atas permintaan Alisa. Diam-diam Erwin memasang cctv di kamar Langit.

Sebenarnya dia sama sekali tidak percaya pada tuduhan gadis itu, tapi untuk menenangkan hatinya, terpaksa ia lakukan.

Alisa sendiri terus mengawasi wanita itu.

Saat kebelakang rumah. dia juga benar-benar melihat tangga seperti yang di bicarakan Valery di telpon.

"Tidak salah lagi, Langit benar-benar dalam bahaya." ucapnya panik.

Alisa sengaja menemani Langit di kamarnya.

"Alisa, kenapa kau terus menungguinya seperti itu? Langit tidak akan hilang..." ledek Valery.

Alisa hanya diam. Ia tidak mau meladeni wanita itu. Tapi tiba-tiba dua orang pria bertopeng muncul di sana. Persis seperti yang di rencanakan Valery. Mereka muncul dari balkon.

Salah seorang dari mereka memukul bahunya hingga ia tidak bisa ingat apa-apa lagi. Alisa jatuh pingsan.

Saat terbangun. Ia histeris mendapati Langit tidak ada di tempatnya lagi.

"Suster..! Dimana anak ku?" dimana Langit..?' suaranya menggema di dalam rumah besar itu. Erwin juga yang kebetulan sudah di rumah ikut tergopoh.

"Tuh, kan? Om tidak pernah percaya apa yang aku katakan. Sekarang Langit sudah tidak ada.." tangis Alisa semakin menjadi.

"Tenang, dulu! Dimana Valery? Cepat cari dia!" perintah Erwin geram.

"Tidak ada dimana-mana Tuan."

Alisa terus menyalahkan Erwin.

"Valery, Valery... Awas saja kalau berani main-main denganku..!" gumamnya dengan penuh amarah.

Handphone wanita itu juga tidak aktif.

Hal itu menambah kecurigaan Alisa semakin kuat.

Tapi sungguh di luar dugaan, Valeri terlihat bermain di halaman sambil membawa Langit.

Alisa langsung menghambur mengambilnya dari Valery.

"Ada apa, Alisa?" mata Valery menyapu semua tang sedang menatapnya dengan marah. Apa lagi Erwin.

"Mas, tolong jelaskan ada apa?" ucapnya pada Erwin.

"Kau sudah mencoba menculik Langit.." jawab Erwin tegas.

"Menculik? Untuk apa? Aku sangat menyayanginya. Tanpa harus menculiknya pun aku sudah bisa setiap hari melihatnya, menimangnya.. Iya, kan?"

"Tapi kau sudah berusaha mengambilnya dari kami. Kau undang preman untuk melancarkan usaha mu." imbuh Alisa.

Setelah menyerahkan Langit pada Suster, dia langsung menyeret tangan Valery ke samping rumah.

"Lepaskan tanganku. Sakit, Alisa." rintih Valery.

"Biar Om Erwin tau siapa kau sebenarnya...!"

Erwin mengikuti mereka ke balkon samping.

"Lihat, Om. Dia sudah meletakkan kan tangga disini agar para preman itu bisa naik." seru Alisa bersemangat.

"Mana tangganya?" suara Erwin memaksa Alisa melihat kearah dimana ada tangga sebelumnya.

"Di mana tangga itu? Jelas-jelas tadi ada disini. kau pasti sudah memindahkannya. Ayo ngaku!" bentak Alisa.

"Mas, aku tidak melakukan apapun, aku hanya mengajak Langit ke halaman, itupun karena dia menangis karena Suster dan yang lainnya sedang tidur." jelas Valery.

Erwin mendengus kesal. Ia bingung mau percaya yang mana.

"Dia pasti mengarang cerita, Om." sentak Alisa.

"Sudahlah, Om capek mendengarkan halusinasi mu." ucap Erwin.

"Tapi jelas-jelas aku melihatnya."

'Kau yang mengarang cerita, kenapa sih kau benci padaku?" rengek Valery.

"Jangan percaya air matanya, Om. Tentang tangga itu, oke lah. Dia sudah menyingkirkannya.

Tapi cctv? ayo kita periksa." Alisa berkeras.

"Alisa.. Cukup, ya...! " pinta Erwin membujuknya.

"Aku mohon, sekali ini saja, periksa cctv itu. Kalau memang tidak terbukti, setelah ini aku tidak akan mencurigainya atau menuduhnya." pinta Alisa. dia sangat yakin kali ini belang Valery akan terungkap.

"Baiklah.. Tapi ingat janjimu. Kalau kali ini Valery tidak terbukti juga, kau berhenti menuduhnya."

Alisa mengangguk.

Mereka berkumpul di ruang tengah.

"Kali ini kau tidak akan bisa mengelak lagi perempuan licik.." pikir Alisa dengan senyuman sinis.

"Mana? Tidak ada apa-apa.." gerutu Erwin. "Terus, Om. coba cari lagi.!" Alisa merasa heran. tidak ada rekaman sat dirinya bersama Valery dan dua preman itu masuk.

"Bukti apalagi yang kau cari? Kau lihat sendiri tidak ada apa-apa yang mencurigakan." Erwin mulai kesal.

Alisa tak habis pikir. Apa yang sudah terjadi? Apakah dirinya sedang bermimpi? Yang terekam di cctv itu malah Valery dengan kasih sayangnya sedang bercanda dengan Langit.

"Aku tau kau benci padaku, tapi jangan terlalu mengada-ada. atau jangan-jangan otakmu sudah tidak beres, Alisa.." ucap Valery.

Erwin berlalu dari sana dengan kesal.

Dia masuk kekamarnya sambil membawa Langit.

"Tunggu, Om. tunggu dulu..! Ini pasti ada yang salah.." serunya.

Erwin tidak perduli. Sedang Valery tersenyum licik. Dia teringat bagaimana saat dia mendengar Alisa mengadu pada Erwin tentang rencananya. Lalu dia merubah rencananya untuk menjebak Alisa. Dia juga menghapus rekaman yang memperlihatkan kejadian di kamar Langit.

"Rasain kau, dengan semua ini kepercayaan Erwin akan hilang padamu."

Alisa menatapnya dengan marah.

"Aku tau, kau sudah mengatur semua ini agar seolah aku yang salah di mata Om Erwin."

"Baguslah kau mengerti. Dan bersiap saja kalau sewaktu-waktu Erwin akan membawamu ke rumah sakit jiwa ." ledek Valery.

"Kau terlalu percaya diri, aku akan membongkar kebusukan mu di hadapan Om Erwin."

"Lakukan saja! Kau pikir Erwin masih percaya ucapanmu?"

Balas Valery dan melenggang pergi.

***

Sejak saat itu, Alisa malas bertatap muka dengan Erwin. Ia kesal karena pria itu tidak menyelidiki lebih lanjut. Dia hanya menyimpulkan apa yang terlihat di depan matanya.

"Alisa.. kenapa kau bersikap dingin seperti ini?" tanya Erwin suatu hari.

"Aku biasa saja." jawab Alisa acuh.

Erwin tidak tahan di acuhkan oleh ibu dari putranya itu.

Dia meraih lengan Alisa dan menariknya hingga mereka berhadapan.

Alisa menatap pria itu tajam.

"Kau masih marah dengan kejadian waktu itu? Kau sudah berjanji akan melupakannya."

"Aku memang berjanji akan berhenti menuduhnya, tapi aku tidak berjanji akan berhenti mencari bukti." jawab Alisa tegas.

Erwin menghela nafas kasar. Ia menatap mata bening Alisa.

Ia sangat ingin Alisa kembali seperti dulu, walaupun acuh pada dirinya. Tapi mata indah itu tidak di penuhi dendam dan prasangka.

"Lalu sampai kapan?"

"Sampai aku menemukan bukti yang kongkrit. Sampaikan Om percaya bahwa apa yang aku katakan adalah benar adanya"

"Aku tidak mempermasalahkan Om mau bersama Tante Valery atau tidak, asal jangan bawa Langit. Aku menuntut hak ku sebagai ibunya."

Erwin melepaskan lengan Alisa perlahan.

Ia merasa lelah dengan semua yang terjadi. Ia ingin Alisa menyadari betapa dia menyukai gadis itu, Tapi Erwin juga tidak suka kalau Alisa selalu menyalahkan Valery atas semua yang terjadi.

"Kita akhiri saja ikatan ini, biar Om bebas dengan Tante Valery dan aku juga bebas menentukan jalan hidupku kedepannya."

Erwin berbalik badan menatap Alisa.

"Kau mau kembali pada bandit itu?" serunya tidak suka.

"Iya, apa hak, Om?"

"Tentu aku berhak.. Kau masih istriku. Entah kau mengakuinya atau tidak."

Alisa terdiam sejenak.

"Kalau Om menganggap aku istri mu, kenapa lebih percaya pada wanita lain ketimbang diriku?"

"Kau memang istriku. Tapi aku juga tidak mau menyalahkan Valery, karena dia tidak bersalah."

Alisa meninggalkan pria itu dengan jengkel.

Valery yang mendengar semuanya, mendekati Erwin.

"Mas, kalian berselisih paham karena aku. Apa sebaiknya aku pergi saja?" ucapnya dengan wajah sedih.

"Jangan, kalau kau pergi. Alisa tidak akan berubah. Dia akan tetap menganggap mu bersalah. Berusaha lah membuktikan dirimu kalau kau benar."

Valery mengusap air mata buayanya setelah Erwin pergi.

Erwin melihat Alisa pergi dengan tergesa.

Dia langsung menelpon gadis itu.

"Kau mau kemana?"

"Aku ke toko, sumpek di sini karena ada orang munafik." jawabnya ketus.

Erwin merasa khawatir dengan Alisa.

"Aku harus mengikutinya, jangan-jangan dia mau bertemu bandit itu lagi." pikir Erwin.Ia langsung mengambil kunci mobilnya. Tujuannya adalah membuntuti Alisa.

💞Tinggalkan jejaknya dong

Terpopuler

Comments

Neneng Dwi Nurhayati

Neneng Dwi Nurhayati

bodoh

2024-04-04

0

Nunung

Nunung

Dasar Valery di tukang ngibul....air mata buaya dan Erwin kamu akan menyesal karena telah percaya pada perempuan lucknut itu

2024-03-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!