Benih Titipan Om Duda
Siang itu Alisa sudah kembali bekerja di tokonya. walau merasa pusing, ia paksakan untuk beraktivitas.
"Seharusnya kau istirahat dulu,urusan disini biar aku yang handle." ucap seorang gadis, temannya.
"Aku tidak bisa terus tenggelam dalam keterpurukan. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. kalau aku tidak berjuang untuk diriku sendiri, siapa yang akan memperjuangkan ku?" jawab gadis yang satunya. Dia adalah Alisa, pemilik toko bunga tempat mereka berada sekarang.
Sudah dua minggu sejak kejadian mengerikan itu berlalu. Tapi semuanya masih segar di ingatan Alisa. Bagaimana Erwin, pria dewasa yang sudah di anggapnya seperti Om nya sendiri itu datang dan menyergapnya dengan kasar. Pria itu bahkan tidak merasa iba pada dirinya yang menjerit histeris minta di lepaskan. Bau minuman keras menusuk hidung saat itu. Jelas kalau Erwin sedang mabuk saat melakukan aksinya. Alisa bergidik ngeri oleh bayangannya sendiri.
Tak berapa lama kemudian, mata Alisa menangkap bayangan sesosok tubuh tinggi tegap membuka pintu. Sosok yang sangat di bencinya akhir-akhir ini.
Alisa menghela nafas panjang, Pria itu sangat gigih dan tidak pernah berhenti berusaha mendapatkan maafnya.
"Tunggu, Lisa.. Kau tidak usah menghindar. aku hanya sebentar." suara berat dari Erwin memaksa Alisa tetap diam di tempat duduknya.
Rosa sengaja menghindar untuk memberi ruang kepada mereka bicara.
"Om, sudah tidak tau lagi dengan apa harus menebus kesalahan itu, Sesuai kemauanmu, mulai hari ini, Om tidak akan mengganggumu lagi, tidak akan muncul di hadapanmu lagi. Tapi ingatlah.. Kapan pun kau butuh, Om akan siap membantumu." ucap Erwin dengan berat hati.Alisa membuang muka. Ingin rasanya dia menampar wajah yang menjijikkan itu.
"Aku benci, Om Erwin." maki Alisa dengan mata nanar.
"Om, tau itu. Karena itulah, demi kebaikanmu, Om akan menghilang dari hidupmu. Walaupun ini bukan kehendak Om."
"Aku harap Om pegang janji." suara Alisa ketus.
Erwin mengangguk sendu.
"Jaga dirimu baik-baik.." ucapnya seraya melangkah keluar.
Tapi baru beberapa langkah hendak keluar,
"Hueek..!"
Alisa memegangi mulut dan perutnya.
Dia berlari ke kamar kecil.
Erwin mengurungkan niatnya untuk pergi. Dia menunggu di depan pintu dengan wajah gelisah. Jujur dia sangat mengkhawatirkan keadaan gadis itu.
"Apa yang terjadi dengan Alisa, Om?" tanya Rosa ikut khawatir.
Erwin hanya bisa menggeleng.
Setelah beberapa menit, Alisa keluar dengan tubuh lemas dan wajah pucat.
"Kau kenapa? Wajahmu pucat sekali.." seru Erwin cemas.
Alisa tidak sanggup berbicara. Ia merasakan mual yang sangat pada perutnya.
Tanpa menunggu persetujuan dari gadis itu,
Erwin sudah membopong tubuh mungil Alisa ke mobilnya. Dia tidak perduli dengan penolakan gadis itu.
"Siapkan tempat segera..!" dia terlihat begitu panik saat menelpon pihak rumah sakit.
"Lepas.. Aku jijik berada di dekat Om Erwin." teriaknya sambil memukuli dada pria itu. Namun Erwin tidak perduli.
Dengan hati gelisah dia menunggu di depan ruangan dokter.
Dia sendiri tidak habis pikir, kenapa harus merasa cemas jika sampai terjadi sesuatu pada gadis itu, apa alasannya? Alisa hanyalah gadis penjual bunga yang sederhana. Sedang dirinya seorang pengusaha sukses yang tidak kekurangan apapun.
"Pak Erwin, Silahkan masuk..!" seorang perawat memanggilnya.
Erwin bergegas masuk. Dengan bingung dia duduk di depan dokter yang merupakan sahabatnya.
"Santai, Win. Jangan tegang." canda dokter yang ramah itu.
"Apa yang terjadi padanya? dia baik-baik saja, kan?" cecar Erwin. Membuat Dokter itu kembali tersenyum.
" Alisa tidak apa-apa, ini hanya gejala biasa yang muncul pada kehamilan di minggu-minggu pertama.." ucap Dokter itu dengan ringan.
"Ha-mil?" suara Erwin dan Alisa serentak. Alisa yang baru turun dari ranjang tak kalah kaget. Ia tidak menyangka kejadian menjijikkan itu membuatnya hamil.
Erwin merasa linglung. dia hampir saja tidak percaya dengan pendengarannya.
Kalau Alisa benar hamil, berarti Vonis dari dokter dan tudingan Valeri selama ini terbantahkan.
Dokter itu menarik tangan Erwin ke pojok.
"Ini sebuah keajaiban. kalau gadis itu benar hamil karena kejadian itu, berarti kau normal .." Yuda si dokter muda itu terlihat heran.
"Alisa hamil..?" ucap Erwin berulang kali.
"Kau tidak senang dengan berita ini!?"
"Tentu saja aku senang, bahkan sangat bahagia. Tapi bagaimana dengan Alisa? Dia pasti sangat terpukul oleh keadaan ini." keluh Erwin.
"Memang berat sih.. Carilah jalan keluar yang terbaik." nasehat Yuda.
Mereka kembali menemui Alisa yang masih shok, dia belum percaya dengan berita dari dokter.
"Saya tidak mau hamil, dokter. tolong berikan obat untuk menggugurkan kandungan saya." pinta Alisa dengan memelas.
"Kenapa kau harus menggugurkan anak itu, Erwin akan bertanggung jawab dengan keadaan ini."
Erwin mengangguk dengan gugup.
"Benar, Om, akan mengabulkan semua keinginanmu, asal kau biarkan anak itu lahir."
"Tidak..! apa kata orang kalau aku hamil tidak ada bapaknya?"
"Erwin adalah bapak dari anak itu, dia sangat menginginkan anak itu, Alisa." Dokter Yuda ikut membujuk Alisa.
"Tapi aku yang tidak mau anak ini." suara Alisa begitu keras.
Di dalam mobil...
"Aku tidak mau hamil..! Aku tidak mau anak ini!" pelik Alisa sambil memukuli perutnya berkali-kali.
"Hei, apa yang kau lakukan?" Erwin menghentikan mobilnya dan menenangkan Alisa.
"Ini semua gara-gara perbuatan, Om. Aku yang harus menanggung malu! Bagaimana mungkin aku menjadi seorang ibu sedangkan aku belum menikah. apalagi ibu dari anakmu. aku tidak mau" Alisa menutupi wajahnya.
Erwin terdiam. Dia sadar telah menabur benih di rahim yang salah. Walaupun pembuktian itu ternyata membuahkan kebenaran jika dirinya adalah pria normal.
"Alisa, kenyataan ini memang mengagetkan kita berdua, apa yang bisa Om lakukan untuk memperbaiki keadaan? Semua sudah terjadi. Om tau ini berat bagimu."
Erwin berlutut di hadapan gadis itu.
"Hukumlah Om, dengan caramu. apapun itu. Om pantas menerimanya. tapi tolong... biarkan dia lahir ke dunia." pria itu benar-benar menangis saat memohon.
Alisa memandangnya sejenak. dia kembali terbayang keberingasan Erwin saat memaksakan kehendaknya.
"Aku tidak mungkin hamil dan punya anak di luar nikah.. Apalagi anak dari Om Erwin. aku jijik tau, ngga?" bentak Alisa lagi.
Erwin terpekur. Gadis itu tidak salah jika bereaksi seperti ini.
Alisa menatap pria sampingnya itu. Matanya terlihat membasah. pandangannya menatap kosong.
" Jangan gugurkan janin itu. Om memohon dengan sangat, Om rela melakukan apa saja asal kau membiarkan anak itu lahir."
"Katakan apa permintaan mu, Om akan mengabulkannya selagi mampu. Tapi Om titip janin itu di rahim mu. biarkan dia tumbuh dan lahir kedunia.." mata Erwin menatapnya dengan penuh permohonan.
"Om sudah gila..! Aku tidak mau..!" teriak Alisa lagi
"Hanya sampai anak itu lahir saja, aku dan anak itu akan menghilang dari kehidupanmu..." suara Erwin semakin lirih.
Alisa membuang pandangannya ke luar.
"Omong kosong..!" desisnya geram.
Suasana hening sampai di depan rumah kontrakan Alisa.
"Sekarang istirahatlah.. Pikirkan baik-baik keputusanmu. mau membunuh janin yang tidak berdosa itu, dan kau akan di kejar dosa seumur hidupmu, atau membiarkannya lahir lalu memberikannya padaku. pilih salah satu."
Alisa membuka pintu mobil dengan kasar.
"Pikirkan baik-baik, Lisa.. Dia darah dagingmu juga." pesan Erwin sebelum meninggalkan tempat itu.
***
"Memangnya dia siapa bisa mengatur ku seenak udelnya?" maki Alisa sambil mengobrak abrik isi kamarnya. Dia melempar semua barang yang ada di meja dengan kesal.
"Lihat saja, aku akan menggugurkan kandunganku." Alisa mengambil minuman bersoda di kulkas dan menghabiskannya dalam sekali teguk, setelah itu dia sengaja memakan buah nanas lalu melompat-lompat dengan ekstrim. Harapannya hanya satu, janin yang di perutnya akan gugur.
Tapi sampai pagi kembali menjelang, tidak sesuatu pun yang terjadi padanya.
"Aneh, aku sudah makan nanas, sudah melompat -lompat.. Kenapa belum juga keguguran?" ia mendesah kesal.
"Tok tok..!"
Pintunya di ketuk orang.
Alisa yang baru bangun membuka pintu dengan malas.
Seorang kurir memberikan sesuatu padanya.
"Maaf, Mas.saya tidak pesan apa-apa" ucap Alisa sambil kembali menutup pintu.
"Tapi barang ini untuk mba" kurir itu bersikeras.
"Siapa yang mengirim?"
Kurir itu menggeleng.
Dari kejauhan, Erwin yang memantau kejadian itu,merasa lega saat melihat makanan yang di kirimnya sudah sampai ke tangan Alisa.
"Kau dan anakmu harus selalu sehat, Alisa..." gumamnya sambil tersenyum.
Setelah menutup pintu, Alisa membuka bingkisan itu. Ternyata isinya bahan makanan seperti roti, selai dan yang lainnya. Di situ juga ada susu hamil lengkap dengan vitamin nya. Alisa membaca secarik kertas yang tertempel disana.
"Jaga kesehatanmu, jangan lupa makan dan minum vitamin..."
Alisa meremas kertas itu.
"Kenapa sih dia masih berpura-pura baik dan perhatian? aku benci dengan sikapnya itu." hampir saja dia membuang makanan itu, tapi tangannya terhenti saat perutnya berbunyi.
Tanpa pikir panjang lagi dia menyantap kiriman dari Erwin itu.
"Biar aku pikirin nanti saja, perutku lapar sekali.." ia bergumam sendiri.
(Sebuah karya novel tidak akan berhasil tanpa pembaca😃)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Ranita Rani
mampir
2024-06-04
0
Tarmi Widodo
nyimak
2024-06-01
0
Bia
Halo kak, aku mampir nih.
ceritanya bagus, penulisannya juga rapi 👍.
2024-04-25
0