Bab 4

Alisa menempati sebuah kamar yang besar dan mewah di lantai atas rumah Erwin.

"Disini kau bebas mau apa saja. Selama kandunganmu aman-aman saja."

Alisa hanya diam. Dia malas menjawab setiap ocehan pria itu.

Alisa benar-benar di perlakukan seperti seorang putri di rumah itu.

Tiga orang sekaligus di tugaskan untuk melayaninya.

"Non, di tunggu untuk sarapan di bawah oleh tuan." seorang pelayannya memanggilnya.

"Bilang pada tuan, saya tidak mau sarapan, masih kenyang " jawab Alisa. Si pelayan malah menjadi cemas.

"Kenapa?"

"Kalau Non Alisa tidak mau sarapan, kami yang akan kena marah."

"Haiis.... ribet banget jadi orang kaya.." gumamnya kesal.

"Saya malas melihat wajah tuanmu. Bilang saja begitu." pesannya pada pelayan itu.

"Tapi.. Tapi.." si pelayan merasa ragu.

"Bilang saja begitu, dia tidak akan marah, percaya, deh."

"Kau benar, Om tidak marah karena kau tidak mau melihat wajahku, Tapi akan sangat marah kalau kau tidak mau sarapan dan membiarkan anak ku kelaparan." ucap Erwin yang sudah muncul disana dengan pakaian rapi. Para pelayan mengangguk hormat padanya dan mundur teratur.

"Bik, bawakan sarapannya kesini. Jangan lupa berikan juga vitamin dari dokter." perintah Erwin tegas.

Alisa melirik wajah pria itu sekilas. Sangat berwibawa.

"Dengan para pelayannya dia sangat tegas dan tapi berbeda kalau di depanku.." batinnya merasa heran.

Tak berapa lama kemudian, sarapan datang.

Alisa tidak bisa mengelak lagi.

"Ayo cepat sarapan. Kau masih ingat, kan isi perjanjian kita? Kau tidak boleh membiarkan anak ku kelaparan." ucap Erwin menyudutkannya.

"Iya, aku akan sarapan. tapi tanpa melihat wajah, Om disini.' jawabnya ketus.

"Aku mau ke kantor, ingat, jangan melakukan sesuatu yang konyol. Di ruangan ini ada cctv nya. Aku bisa memantau kegiatanmu setiap saat." ancam Erwin lalu melangkah pergi.

"Dasar Om-om cerewet..!" ledek Alisa kesal.

Para pelayan itu memandangnya aneh.

"Ooh, maaf. Aku lupa kalau ada kalian disini." ia merasa malu sendiri.

Melihat mereka masih berdiri di tempatnya. Alisa merasa risih.

"Aku tidak biasa makan kalau di tungguin begini... Kalian keluar saja." ucapnya memohon.

Para pelayan saling pandang sebelum akhirnya mereka mengangguk.

"Kami di depan pintu, kalau Nona butuh sesuatu, panggil saja kami." Alisa melambaikan tangan tanda setuju.

"Ternyata enak juga ya jadi orang kaya, apa-apa di layani. Tapi.. Tidak, ah. aku lebih suka jadi diriku sendiri. Tidak ada yang ngatur-ngatur." ucapnya kemudian. Seharian dia hanya tidur, makan dan rebahan. Erwin benar-benar mengawasinya.bila ada sesuatu yang tidak di sukainya,

Ia langsung menelpon.

"Aku bosan dirumah ini, walaupun semua fasilitas sudah ada, tapi aku merasa seperti terkurung di sangkar emas."

"Mau kemana, Non?" Parmi, si kepala pelayan menegurnya.

"Aku bosan di kamar terus. Biarkan keluar mencari angin di halaman."

"Tapi harus ijin dulu pada tuan."

"Tidak perlu, aku tidak akan melarikan diri dari sini." ucap Alisa kesal.

"Tapi bagaimana kalau tuan marah?"

"Dia tidak akan marah kalau tidak tau."

Pelayan itu menyerah.

Alisa berjalan mengelilingi rumah megah itu.

Saat tau beberapa orang mengawasinya, dia merasa kesal. Timbul ide untuk mengerjai mereka.

"Bik, tolong buatkan aku SOP yang enak. Aku ingin makan SOP. Dan aku juga ingin berenang, siapkan keperluan nya." mereka patuh dan membagi tugas.

Alisa mengendap keluar. Di halaman dia melihat dua orang penjaga sedang bertugas.

"Bang.. Bibik memanggilmu, kayaknya ada kean yang bocor." si Abang langsung masuk rumah.

"Non, kenapa berada di luar? nanti kalau ketahuan tuan, bagaimana?" tanya penjaga yang satunya.

Alisa bingung mencari alasan lagi.

"Mmm bang, bisa ambilkan buah mangga itu?" kebetulan di halaman rumah itu ada pohon mangga nya.

"Tapi tuan pasti tidak mengizinkannya. Lebih baik minta pada Bibik, pasti langsung di belikan."

"Tapi aku maunya yang di petik sendiri. Mau aku adukan pada tuan?" mendengar ancamannya, Pria itu langsung menurut.

Kesempatan itu di gunakan Alisa keluar dari pintu gerbang.

Dia terus berjalan sambil menengok kanan kiri.

Dia kesal karena tidak ada taksi atau ojek di daerah itu. Tentu saja, disana adalah komplek perumahan elit.

"Aku harus secepatnya menjauh. Mereka pasti sedang sibuk mencari ku."

Ia mempercepat langkahnya. Matahari yang sedang terik membuat tubuhnya mulai berkeringat. kepalanya juga terasa pusing.

"Kalau kau masih mau tetap tinggal di perutku, jangan merepotkan ku. Kalau tidak karena bapakmu yang meminta, aku sudah membuang mu." ia bicara pada janin di perutnya.

Tiba-tiba dia teringat Adit, teman dekatnya. semenjak kejadian dengan Erwin itu, Alisa memutuskan hubungannya dengan pria itu.

Walaupun Adit selalu menuntut penjelasannya tapi Alisa selalu bungkam.

"Apa sebaiknya aku hubungi Adit saja, ya..? Tapi apakah dia masih mau menerima panggilanku?"

Alisa mengurungkan niatnya. Dia tidak mau menyalakan ponselnya. Takut Erwin bisa melacaknya.

Dia terus berjalan dengan terhuyung. Tak di sangka nya. Dia melihat Adit di sebuah bengkel di pinggir jalan.

tanpa ragu dia langsung memanggilnya.

"Dit, Adit..!"

Setelah duduk bersama. Alisa menceritakan semua yang terjadi pada dirinya.

"Jadi itu sebabnya kau menghindar dariku?"

"Maafkan aku, aku terpaksa. Aku merasa tidak pantas lagi denganmu."

"Sstt.. Kau bilang apa? Ini bukan maumu, ini semua kesalahan pria tua itu. Syukurlah kau bisa keluar dari rumahnya."

"Kau tidak marah padaku?" tanya Alisa heran

"Kenapa harus marah? Kau sudah jujur, itu yang terpenting. Kita mulai dari awal lagi."

Alisa merasa bahagia. Adit tidak mempermasalahkan keadaannya.

"Aku tidak mungkin kembali ke toko, Dit. Om Erwin dengan mudah bisa menemukanku."

"Kau tenang saja, sekarang ikut denganku."

Alisa naik di boncengan Adit dengan suka cita.

Dia tidak memikirkan bagaimana paniknya Erwin saat menerima kabar itu dari pelayan di rumahnya.

***

"Kalian semua tidak becus! Dan kenapa baru kabari aku sekarang? dia sudah menghilang dua jam yang lalu!" bentaknya dengan emosi.

Semua tertunduk ketakutan.

"Maaf, pak. Bapak tidak bisa di hubungi dari tadi." ujar Parmi.

Erwin menepuk jidatnya. dia baru ingat kalau dirinya berada di ruang meeting.

"Sekarang bubar..! berdoalah agar Alisa dan bayinya baik-baik saja. kalau sampai terjadi sesuatu padanya, kalian semua akan kehilangan pekerjaan..!" ucapnya keras.

Erwin langsung menghubungi pihak kepolisian. Tapi karena hilangnya baru dua jam. Mereka tidak bisa melacaknya.

Erwin masih resah walaupun Teddy sudah mengerahkan anak buahnya untuk melacak keberadaan Alisa.

"Apa saja kerja kalian, melacak keberadaan wanita yang sedang hamil saja tidak bisa..!" Erwin terus marah-marah tidak karuan pada semua orang.

Rosa yang menjaga toko juga merasa heran. Kenapa Alisa tidak menghubunginya kalau memang butuh bantuan?

"Alisa... Kau dimana? Kemana aku harus mencari mu?" Erwin menatap foto di layar ponselnya. dia benar-benar khawatir dengan keselamatan Alisa.

"Aku tidak mungkin berdiam diri di rumah saja, Aku harus berusaha mencarinya."

Erwin segera mengambil jaketnya dan mulai menyusuri jalanan yang mulai beranjak sore.

Setiap tempat yang kemungkinan di singgahi Alisa dia datangi.

"Alisa.. ayo dong aktifkan ponsel mu. Om ingin tau keadaanmu."

Terpopuler

Comments

Dlaaa FM

Dlaaa FM

Lanjutannnnnnn

2024-02-24

0

Nunung

Nunung

Sabar ya Erwin mungkin Alisa jenuh di rumah saja biarkan dia sementara pergi bersama Adit untuk menghilangkan setres....karena kamu kekang dan terasa terkurung dalam sangkar mas , makasih ya Thor see you ❤️❤️ tetap 💪💪💪

2024-02-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!