Bab 7

Erwin membaringkan Alisa di tempat tidurnya. Walaupun masih terdengar ocehannya, tapi mata gadis itu sudah terpejam.

Erwin menatap wajah Alisa yang ayu di bawah lampu tidur yang temaram.

Ia hampir saja terhanyut dan lupa diri untuk mengulangi kesalahan yang sudah meninggalkan akibat dari perbuatannya itu.

"Maaf, Alisa. Kau masih sangat muda. Seharusnya kau masih menikmati masa muda mu dengan gembira. tapi aku telah merubah segalanya." Erwin membelai rambut gadis itu.

pandangannya kini tertuju pada perut Alisa yang tidak rata lagi.

"Dia anak ku, dia. Tumbuh begitu cepat. maafkan Papa, mu ini nak. Papa tidak bisa menyapamu setiap saat." tangannya terulur ingin membelai perut Alisa.

Tapi gadis itu mengerang dan membalikkan tubuhnya seraya memegang tangan Erwin.

Erwin bertahan walau tangannya terasa pegal. Dia tidak ingin membangunkan gadis itu.

"Tidurlah dengan tenang. aku akan menjagamu disini. Tidak akan aku biarkan tangan- tangan kotor menjamah kalian." bisiknya dengan penuh perhatian.

Pagi harinya, Alisa terbangun dari tidurnya. Ia merasa heran karena dua orang pelayan sedang menunggunya.

Ia belum menyadari apa yang terjadi.

"Syukurlah, Nona sudah bangun. apa yang Nona rasakan?" tanya mereka khawatir.

"kenapa kalian disini? Aduh, kepalaku pusing.." keluhnya sambil meringis.

"Apa yang harus kami lakukan Nona?" tanya pelayannya panik.

Alisa mulai mengingat kejadian semalam. Walaupun tidak begitu jelas, dia ingat apa yang terjadi saat dalam perjalanan pulang bersama Erwin. dia menggigit bibirnya sendiri.

"Apa yang terjadi padaku? Dan.. dimana Om Erwin?" tanpa sadar dia bertanya keberadaan Erwin. Hal yang belum pernah dia lakukan sebelumnya.

"Tuan sudah berangkat pagi sekali. Dia juga berpesan agar menelponnya kalau Nona sudah bangun."

Salah satu dari mereka langsung mengambil ponsel dan menelpon Erwin.

Setelah beberapa saat bicara, Parmi menyodorkan ponsel itu.

"Tuan mau bicara.." bisik Parmi sopan

Dengan ragu Alisa menerimanya.

"Kau baik-baik saja? Jangan lupa sarapan dan minum vitamin. Nanti sore ada jadwal kunjungan ke dokter." suara Erwin terdengar tenang.

Alisa merasa degdegan. Dia mengira Erwin akan menyinggung hal semalam. Tapi nyatanya tidak. Dia hanya mengingatkan nya untuk sarapan dan minum vitamin.

Tanpa menunggu jawaban Alisa, Erwin menutup telponnya.

"Sama sekali dia tidak menyinggung kejadian semalam? Apa memang dia sudah melupakannya? Mudahan saja begitu." pikir Alisa. Dia merasa sangat malu oleh kelakuannya semalam.

"Aku belum tau jelas apa yang terjadi, kenapa dia tiba-tiba muncul di tempat itu, dan lagi, kenapa aku merasakan hal yang sangat aneh? Adit harus punya penjelasannya."

Berbagai pertanyaan muncul di kepala Alisa.

"Aku mau mandi dulu, baru sarapan." ujarnya pada Parmi, pelayan yang paling dekat dengannya.

"Eeh, kalian ngapain? Aku bisa mandi sendiri.." ucap Alisa saat Parmi ikut masuk ke kamar mandi.

"Tapi tuan sudah .."

"Sstt.. Tuan tidak akan tau, aku mohon biarkan aku mandi sendiri. Aku bisa jaga kandunganku kok. Tenang saja." Parmi mengangguk dan mundur perlahan.

"Keterlaluan, masa mandi saja harus di temani, memangnya aku anak kecil apa?"

Alisa terus menggerutu.

Tiba-tiba dia berteriak kencang.

Parmi dan yang lainnya menjadi panik.

"Ada apa, Non? Buka pintunya!"

Alisa baru sadar kalau teriakannya sudah mengundang perhatian.

"Tidak ada apa-apa, Bik. Hanya kecoa kecil." jawabnya berbohong.

"Biar kami yang tangani, buka pintu." tidak usah, kecoa nya sudah kabur!"

Parmi tidak tau kalau Alisa berteriak karena kaget menyadari perutnya yang sudah kelihatan menonjol.

"Aku tidak menyadarinya, jadi ini rasanya hamil?" Dia mengusap perutnya yang terasa padat mengencang.

Perasaan tidak enak menyeruak lagi. Ia teringat keberingasan Erwin saat itu.

Sambil sarapan, dia mencoba mengorek keterangan dari Parmi tentang spa yang terjadi semalam.

"Bik, apa yang terjadi semalam, aku merasa sangat ngantuk dan tidak ingat apa-apa lagi."

"Yang saya tau, tuan pulang sambil menggendong Nona dalam keadaan setengah sadar. wajahnya terlihat sangat cemas. kami tidak berani bertanya apapun.

hampir semalaman dia tidak tidur karena menjaga Nona." Parmi mengakhiri ceritanya.

"Jadi, dia menjagaku semalaman? Ah, tentu saja dia menjaga anaknya.. Aku kan bukan siapa-siapa nya dia. Istri juga hanya pura-pura" batin Alisa.

Siangnya, Erwin menyempatkan diri pulang untuk memeriksa keadaan Alisa.

Alisa merasa gemetar dan gelisah saat pria itu menghampirinya.

"Kau tidak apa-apa?" tanyanya serius.

Alisa hanya mengangguk kaku. Justru hal itu membuat Erwin heran.

"Benar, kau baik-baik saja? Biasanya banyak berkicau. Tapi kenapa sekarang diam saja.? dia meraba kening gadis itu.

Alisa membuang pandangannya ketempat lain. dia benar-benar merasa malu dengan kejadian semalam.

"Pria ini sangat tenang, seakan tidak terjadi apapun semalam. Apakah dia sedang meledek ku?" pikir Alisa lagi.

"Oh, ya.. Om mau bilang, jangan pernah lagi berhubungan dengan Adit."

Mata Alisa menatapnya heran.

Erwin langsung menyodorkan ponselnya.

"Kau baca saja ini."

"A-adit salah seorang bandar narkoba yang sedang di cari kepolisian? Aku tidak percaya, ini pasti fitnah." ucap Alisa tidak terima.

"Terserah padamu. Tapi Om tidak mau melihat anak Om itu kena pengaruh buruknya."

Alisa menggeleng

"Kau masih belum sadar setelah apa yang dia lakukan padamu semalam? Mereka memberimu obat. Agar..." Erwin tidak meneruskan ucapannya.

"Obat? Agar apa?" tanya polos.

Erwin tidak mau menjawabnya.

Alisa mencoba menelaah sendiri arti ucapan Erwin.

Dan dia baru sadar maksudnya.

"Adit.. Awas kau. Tega sekali mau merusak ku." geramnya sambil mengepalkan kedua tangannya.

Dia merasa malu saat menyadari Erwin tengah perhatiannya.

"Sudah tau kan maksudnya?" sindir Erwin.

wajah Alisa memerah menahan malu.

"Om pasti sedang meledek ku. Apa yang aku lakukan semalam itu... Tolong jangan di ingat lagi." pintanya dengan menunduk.

"Asal kau mau janji tidak akan bertemu Adit lagi."

"Iya, setelah tau dia seperti apa, aku tidak mungkin bergaul lagi dengannya."

Alisa merasa lega karena Erwin tidak pernah mengungkit kejadian itu lagi.

Tapi sejak saat itu, ia merasa Erwin adalah pria yang baik. buktinya.. dia tidak memanfaatkan kesempatan saat dirinya sedang tidak sadarkan diri.

Lama kelamaan, Alisa sedikit terbiasa dengan keadaan. Rumah besar dan para pelayannya,

Dengan kecerewetan Erwin padanya.

usia kandungannya sudah menginjak delapan bulan. Erwin semakin memanjakannya. Semua keperluannya harus di layani. kemanapun harus atas persetujuannya.

Terkadang rasa jenuh menghampirinya, tapi apa yang bisa dia lakukan? Alisa merasa Erwin mencintai anak dalam perutnya.

"Alisa, sebulan lagi kau akan melahirkan. Kurangi jalan-jalan mu." tegur Erwin sore itu.

"Kalau aku bosan bagaimana?"

"kau bisa telpon Rosa untuk menemani mu."

"Tapi dia, kan sedang mengelola toko."

"Kau tidak usah khawatir, toko bungamu akan tetap jalan walau tanpa Rosa." janji Erwin.

Tiba-tiba gadis itu meringis.

"Ada apa,? Ada yang sakit?"

"Punggungku pegal sekali.." keluhnya sambil memegangi pinggangnya.

"Berbalik lah..!"

"Om, mau apa?"

"Berbalik, dan jangan banyak tanya." ucap Erwin tegas.

Alisa merasakan ada yang aneh saat tangan Erwin mulai menyentuh pinggangnya.

walaupun di luar baju. Tetap saja dia merasakan debaran aneh.

"Bagaimana? Enakan?" Erwin sangat pandai menghadapi wanita yang sedang hamil.

Dan anehnya, Alisa merasa pegal dan sakit di pinggangnya berkurang, bahkan hilang sama sekali.

Dia hanya bisa mengangguk untuk menjawab pertanyaan Erwin.

"Ikatan seorang ayah dengan anaknya itu sangat kuat, mungkin dia rindu dengan sentuhan ayahnya." walaupun Erwin berniat bercanda, tapi ucapan itu cukup membuat pipi Alisa merona.

Setelah itu Erwin menarik kan kedua kaki Alisa.

"Ibu hamil akan merasa nyaman kalau kakinya selonjor sambil di pijat seperti ini."

Sebenarnya Erwin merasa kasihan pada Alisa. Selain perutnya yang sudah membesar, kedua kakinya juga terlihat membengkak.

Terpopuler

Comments

Astrid valleria.s.

Astrid valleria.s.

thor buat Alisa bucin

2024-02-28

0

Nunung

Nunung

Sabar ya mas Erwin 1 bulan lagi anakmu lahir...dan untukmu Alissa mudah2an kamu bisa mencintai mas Erwin dan akhirnya bisa bucin ke mas Erwin....
makasih ya Thor love you ❤️❤️ tetap semangat 💪💪

2024-02-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!