Alisa merasa ada sesuatu yang telah terjadi. Sangat mengherankan Erwin pergi tanpa pesan apalagi dia membawa Langit serta.
"Mana mereka tidak bisa di hubungi, lagi..."
Alisa terus menghubungi nomor Erwin maupun suster yang merawat Langit, tapi selalu di luar jangkauan.
Sama sekali tidak ada petunjuk kemana tujuan Erwin.
Sementara itu di tempat lain.
Erwin sedang menimang putranya.
"Papa juga tidak mengerti apakah yang kita lakukan ini benar, Mama mu pasti panik karena kau tidak di sampingnya saat ini..." Baby Langit menatap Erwin seolah mengerti curhatan orang tuanya. sesekali bocah itu tersenyum.
Erwin memang sengaja' memilih pergi. Dia ingin menenangkan diri di sebuah resort di luar kota. Itupun tanpa sepengetahuan Alisa.
Dia merasa putus asa karena semula dia menganggap Alisa sudah mulai bisa membuka hati untuk hubungan mereka. Tapi kenyataan yang di dengarnya saat gadis itu mengigau, membuat harapannya patah berkeping.
"Percayalah.. Papa tidak ingin menyakiti hati mama mu, tapi papa juga bingung. Dengan apa lagi harus menebus kesalahan di masa lalu itu. sungguh..! Setelah apa yang terjadi, Papa kira dia sudah mau memaafkan Papa. Tapi nyatanya tidak.! Karena itulah, Papa ingin menenangkan diri disini. Kau tidak marah, kan tampan?" Erwin terus mengajak mengobrol bayinya.
"Maaf, Tuan. Sudah waktunya Den Langit tidur siang.."
"Oh, iya.. Bawalah. Dan Kau masih ingat, kan pesan saya? Jangan aktifkan ponselmu."
Suster mengangguk patuh.
Langit sudah di bawa masuk, kini dia tinggal sendiri.
"Alisa.. Aku harap saat kita berjauhan, kita bisa merenungi kembali apa yang terbaik untuk kita. Walaupun aku ingin kau menyadari betapa aku tulus menyayangimu. aku juga berharap kita menjadi satu keluarga yang utuh. kau, aku dan Langit..." rintih Erwin dalam hati.
"Aku tidak boleh egois.. Alisa masih muda. dia berhak menentukan jalan hidupnya sendiri. Ya, aku akan memberinya kebebasan.
Kalau takdir tidak menyatukan kami, biarlah aku membesarkan Langit sendirian tanpa seorang ibu." ucap Erwin di sela helaan nafasnya.
"Kau punya mata, kan? kalau jalan itu di lihat..!" sebuah suara memaksa Erwin berbalik dan mencari asal suara.
"Apa aku salah lihat? Valery ada di sini juga?" gumam Erwin tak percaya.
Dia melihat wanita itu sedang memarahi seorang pelayan yang tak sengaja menumpahkan minuman ke bajunya.
"Mas Erwin..?" ucap Valery kaget.
Erwin tidak sempat menghindar karena wanita itu keburu melihatnya.
Valery menghampirinya
"Kau menginap disini juga?" Valery begitu antusias melihat keberadaan Erwin disana.
"Iya, kau sendiri?"
"Aku ingin menenangkan diri, setelah apa yang terjadi membuatku stres."
"Tapi aku tidak menyangka akan bertemu kau disini." imbuh Valery dengan raut wajah senang.
Erwin merasa risih, niat pergi untuk mencari ketenangan, malah ketemu wanita itu.
"Kau sudah makan siang? Kebetulan aku sudah pesan makanan. Kita makan bareng, ya.."
Erwin tidak bisa menolak niat baik mantan istrinya itu.
Di tengah menikmati makanannya,
Suster datang mendekatinya dengan membawa Langit.
"Maaf, Tuan.. Den Langit tidurnya hanya sebentar. Dia rewel, mungkin kangen mamanya.." ucap Suster.
Valery tertegun.
"Kau kesini tidak sendiri, Mas? bayi ini? Aduh lucunya.." Valery mengusap pipi Langit dengan gemas.
"Nanti aku jelaskan. Suster berikan dia padaku."
Setelah di pangkuan ayahnya, Langit masih menangis.
"Haus barangkali.." Valery ikut berdua.
"Dia juga tidak mau minum susu." jawab Suster panik.
"Mas, dimana ibunya? Kenapa dia bersamamu?" pertanyaan beruntun dari Valery membuat Erwin terdiam.
"Aku merasa, kau menyembunyikan sesuatu dari ku." tuduh ya lagi.
Erwin tidak bisa mencari alasan lagi. mungkin satu dua kali dia bisa menutupi semuanya. Lalu sampai kapan? Karenanya dia memutuskan untuk berterus terang saja.
"Dia anak ku..!"
Valery tertegun sejenak. Lalu tertawa terbahak
"Kau bercanda, kan?"
"Tidak, aku tidak sedang bercanda. Kau ingat gadis yang kau lihat saat itu di rumahku? Dia adalah ibunya."
"Kisah apa ini? Aku tau kau sakit hati padaku. Tapi tidak perlu sampai mengarang cerita kayak gini juga."
"Aku serius.. Alisa adalah ibu dari anak ku. Dan kami sudah menikah. Tapi, ada sesuatu di antara kami yang belum terselesaikan."
Valery tertunduk lesu.
"Kau punya anak?" gumamnya tak percaya.
"Iya, kau yang meragukan ku, kau yang pergi dariku karena menuduhku tidak normal. tapi lihat...? Aku punya seorang anak. Lalu kau sendiri?"
"Aku minta maaf atas tuduhan itu. aku sadar. Aku lah yang bermasalah. Bukan kau, Mas."
Valery terlihat sangat menyesal dan malu dengan ulahnya sendiri.
"Aku ingin berubah, ijinkan aku menjadi orang yang lebih baik dengan berada di sekitar mu.
"Bayi mu yang tampan ini telah merubah pandanganku. pulanglah, Mas. Perbaiki hubunganmu dengan Alisa. tidak baik lari dari masalah. Demi anak ini, aku yakin kalian tidak akan mementingkan ego sendiri."
Erwin tidak percaya kata-kata bijak itu keluar dari mulut Valery. Ia merasa Valery sudah benar-benar berubah.
"Terima kasih atas saranmu..." jawab Erwin dengan nada mulai melunak.
***
"Om, kenapa membawa Langit tanpa memberi tahu ku?"
Alisa memberondong Erwin dengan pertanyaan.
"Aku minta maaf, nanti saja penjelasannya. Sekarang lihatlah Langit, mungkin dia rewel karena jauh darimu." ucap Erwin.
Alisa langsung mengambil Langit dari tangan Suster nya. Dia belum menyadari siapa yang turun dari mobil Erwin terakhir kali.
"Bayi mu lucu..."
Alisa memutar wajahnya. Dia kaget mendapati Valery di antara mereka.
"Kau tidak usah kaget, Mas Erwin sudah menceritakan semuanya..." ucap wanita itu tersenyum.
Alisa beralih menatap Erwin. pria itu mengangguk padanya.
Walau begitu banyak pertanyaan dalam benaknya, Alisa berlalu masuk sambil menggendong Langit.
"Apa maksud nya wanita itu ada disini? Apakah mereka bersama? Aah.. Tentu saja. Mereka datang dengan mobil yang sama." omel Alisa.
"Langit, coba ceritakan pada Mama apa yang sudah terjadi? Kenapa wanita genit ada bersama kalian?" tak sadar Alisa bertanya bayi nya.
Sedangkan di bawah, Erwin sedang bicara dengan Valery
"Kau tidak usah khawatir, Mas. Alisa masih sangat muda, hadapi dia dengan sabar. Aku janji akan bantu bicara padanya." ucap Valery tersenyum.
Erwin merasa lega karena Valery benar-benar sudah berubah.
"Sudah malam, aku harus pulang.."
Erwin mengangguk saat Valery mohon diri.
"Iya, kenapa? Owh begitu?"
Wajah Valery terlihat kecewa saat menerima telpon dari seseorang.
"Kenapa?"
"Ada gardu listrik yang di jalan menuju rumahku, mobil dan motor tidak bisa lewat karena sedang di perbaiki." keluhnya dengan wajah menekuk.
"Kenapa bingung? kau bisa di sini. besok baru pulang." usul Erwin.
'Ah, tidak enak, apa kata orang nanti.." jawab wanita itu menggeleng keras.
"Pada siapa? Kita tidak hanya berdua. Banyak orang dirumah ini." ujar Erwin lagi.
Dengan terpaksa Valery menyetujui nya.
"Hanya sampai besok pagi, ya Mas. Aku benar-benar tidak enak pada Alisa juga."
"Alisa, dia mana perduli."
Akhirnya Valery bermalam di rumah Erwin
Saat makan malam, Alisa ingin menanyakan yang sebenarnya terjadi pada Erwin. Terutama tentang Valery.
"Om, aku mau tanya sesuatu, boleh?"
"Tanya saja.. "
"Kenapa Tante itu datang bersama kalian" tanya Alisa penuh penekanan.
"Tante, maksud mu?" tiba-tiba saja Valery datang ke meja makan itu.
Alisa semakin tidak mengerti.
"Kau pasti bingung kenapa. Tante ada disini. Kau belum cerita, Mas?" Valery duduk dengan anggun nya di dekat Alisa.
"Begini, Valery sudah mau pulang,tapi ada yang memberi tahunya kalau ada perbaikan jalan di dekat rumahnya. jadi dia tidak bisa pulang. aku suruh saja dia pulang besok pagi." terang Erwin.
"Kau tidak keberatan, kan Lisa?" Valery bertanya dengan lemah lembut.
"Tentu saja tidak.." jawab Alisa. Walaupun sebenarnya dia tidak habis pikir. Sudah datang bersama, sekarang malah menginap lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Nunung
Jangan macam macam ya Valery kamu kalau hanya ingin dekat dengan Erwin cari cari alasan saja....untuk Alissa cepat sadari kesalahanmu.,.agar tidak menyesal akhirnya nanti...see you Thor ❤️❤️ tetap semangat 💪💪
2024-03-05
0