Bab 8

 Walaupun sering di warnai perdebatan karena perbedaan pendapat, Kedekatan Erwin dan Alisa semakin terjalin seiring berjalannya waktu.

Perlahan Alisa merasa kalau Erwin adalah pria baik yang bertanggung jawab. Tapi coretan hitam yang pernah Erwin berikan pada hubungan mereka selalu menghantuinya.

Bayangan itu muncul dan membuatnya seperti trauma setiap kali berdekatan dengan pria itu.

Rasa tidak suka Alisa pada anak yang di kandungnya juga tidak berkurang. Ia sering mengeluh dan menyalahkan anaknya atas keadaannya saat ini.

"Gara-gara anak sial ini aku jadi menderita, tidur tidak nyaman, makan tidak enak, apalagi bobot tubuhku naik drastis.." ia mengomel sendiri.

"Itu tidak akan lama lagi, kurang dari sebulan kau akan bebas. badanmu akan kembali ke bentuk semula." Erwin menjawab semua keluhannya.

"Dia sih gampang belang begitu, aku yang merasakan semuanya." ia menggerutu sambil melirik Erwin.

"Alisa, kau tidak ingin jalan-jalan misalnya?" tanya Erwin tiba-tiba.

"Jalan-jalan? Dengan perut yang segede balon ini?" tanya Alisa ragu

"Om, lihat kau agak stress, mungkin dengan jalan-jalan atau belanja bisa membuatmu lebih rileks."

"Tidak, ah. Aku malu apalagi kalau jalan sama Om." jawabnya setengah merajuk.

"Ya, sudah kalau tidak mau." Erwin kembali tenggelam dalam. pekerjaannya.

Alisa mulai merasa jenuh karena tidak ada tenan bicara. Kalau tidak ingat perutnya yang gendut, pasti dia sudah menerima tawaran itu langsung.

"Eemm... Tawarannya masih berlaku, Om?" tanyanya memberanikan diri.

"Kenapa? Kau berubah pikiran? Pikirkan lagi, nanti kau malu jalan sama, Om."

Jawab Erwin dengan masih menatap layar di depannya.

"Iya, sih.. Tapi aku merasa jenuh di rumah terus."

"Yakin tidak malu jalan sama, Om?" ulang Erwin.

"Terpaksa. Lagian Om pasti tidak mengijinkan kalau aku jalan sama orang lain, iya, kan?"

"Tepat sekali, kau memang tambah pinter sekarang. Kalau begitu biar Bik Parmi membantumu bersiap."

"Bagaimana kalau bik Parmi juga ikut?"

Usul Alisa. Ia sengaja melakukannya karena merasa risih berjalan dengan seorang Om- Om.

Erwin hanya mengangkat bahu.

"Bik, tolong pilihkan semua kebutuhan bayi dan ibu melahirkan." perintah Erwin pada Parmi.

Alisa mendongak heran.

"Aku tau kau tidak akan suka melakukannya. Makanya aku minta bik Parmi saja yang menemaniku. Kau duduk manis disini, ya..!"

Erwin memapah gadis itu duduk di dekat meja kasir. Dia tidak bisa protes karena Erwin sudah meninggalkannya. Dengan bersemangat pria itu memilih beberapa perlengkapan bayi.

"Tuan, apa ini tidak berlebihan? Nona belum melahirkan, tapi Tuan sudah memborong begini banyak perlengkapan bayi.." tegur Parmi pelan.

"Tidak apa-apa, Bik. Bahkan kalau mungkin, satu toko ini aku beli dan pindahkan kerumah." jawabnya tersenyum.

Ia sudah membayangkan seorang bocah tampan bernaung di pangkuannya.

Parmi tidak berani membantah lagi.

Setelah selesai dengan perlengkapan bayi. Erwin mendekati Alisa yang sedang menunggu dengan wajah kesal.

"Kalau aku tau Om mengajakku jalan hanya untuk membeli perlengkapan bayi, aku tidak akan ikut..!" sungutnya kecewa.

"Om minta maaf, sudahlah kan sudah selesai. Sekarang giliran mu, kau ambil saja barang yang kau inginkan, terserah..!"

Hatinya terlanjur kesal, Alisa tidak mengambil satupun batang dari toko itu.

"Kenapa kau tidak membeli satupun?" sapa Erwin heran.

"Tidak ada yang aku suka." jawab Alisa pendek.

 Dia sendiri heran. dulu dia pakai g semangat kalau yang namanya Shopping. Tapi sekarang? entahlah, dia merasa tidak bersemangat.

Tiba-tiba ada yang menyapa Erwin.

"Hai, kau disini, Mas?" seorang wanita berpakaian seksi menatap Erwin dan Alisa bergantian.

Erwin terlihat ragu.

"Iya, kami sedang belanja, dan kau sendiri, apa yang kau lakukan disini?" jawab Erwin tenang.

"Aku sedang jalan-jalan saja, menghabiskan uang." jawab Valery.

"Dia siapa? keponakanmu atau anak dari temanmu?" tanyanya dengan beruntun.

Alisa hanya terdiam dia berharap Erwin tidak membuka Kenyataan yang sebenar-benarnya.

"Eeah.. Dia anak dari temanku, sudahlah itu tidak penting bagimu."

Alisa menarik nafas lega mendengar jawaban Erwin.

"Kau sedang hamil, dan mas Erwin itu sangat ingin punya baby. itulah sebabnya dia rela menjadi bodyguard mu." Valery mengusap perut Alisa.

"Maaf, Tante ini siapanya, Om Erwin?" tanya Alisa heran. Dia merasa kedua orang di depannya itu sudah saling mengenal satu sama lain.

"Sudahlah, Alisa. Ayo kita turun. Bik Parmi pasti sudah lelah menunggu di parkiran." Erwin menggamit tangan Alisa menjauh dari Valery.

"Tapi, Om?" Alisa hendak protes, tapi Erwin terus menariknya pergi.

Valery merasa ada yang aneh dengan sikap mantan suaminya itu.

"Aku harus menyelidiki nya, dada apa dengannya?"

***

sepanjang perjalanan Erwin hanya terdiam.

Hal itu membuat Alisa bertanya-tanya dalam hati. Siapa sebenarnya wanita cantik itu?

"Alisa, mulai sekarang, kau harus lebih hati-hati. Kau juga, bik Parmi. Kalau aku tidak di rumah, jangan terima tamu. Siapapun itu.!"

perintahnya tegas.

Parmi mengangguk patuh.

"Siapa wanita tadi, Om?"selidik Alisa hati-hati.

Erwin tidak langsung menjawab. wajah ya terlihat gelisah.

"Om, kenal baik dengannya?" cecar Alisa lagi.

"Dia mantan istriku..!"

Alisa terdiam.

"Mantan istri? tapi kenapa Om Erwin seperti cemas saat bertemu wanita itu?" tanya Alisa dalam hati.

"Ya, dia Valery. Dia wanita yang ambisius. Dulu dia meninggalkan ku bersama laki-laki lain karena menganggap aku pria yang tidak bisa memberinya keturunan. sejak itu aku memutuskan untuk tidak pernah mengenal yang namanya wanita. tapi aku tau jelas sifat wanita itu. Dia tidak akan membiarkan orang lain bahagia. Apalagi kalau dia tau aku akan mempunyai seorang anak darimu." suara Erwin sangat emosional. dia bicara seolah pada dirinya sendiri.

Alisa tercengang. ternyata ada sisi gelap dalam hidup pria itu. Dia juga sempat terluka karena perbuatan seseorang wanita.

Erwin menatap gadis itu.

"Karena itulah, Om sangat khawatir jika dia berniat jahat padamu dan anak itu."

Alisa bisa mengerti kekhawatiran Erwin.

"Baiklah, aku akan berhati-hati." jawabnya asal.

Sementara itu, Valery dan suami terlibat pertengkaran hebat. Valery memergoki suami keduanya yang bernama David tengah berselingkuh.

"Ya, aku akui ada hubungan dengan wanita itu." jawab David saat menerima tuduhan Valery.

"Bagus, ya.. Dasar pria tidak tau di untung..! Selama ini kau sudah hidup enak dari harta kekayaan ku. Ternyata ini imbalanmu?" hardik Valery.

"Ambil semua kekayaan mu itu, aku sudah muak..! Aku lelah jadi peliharaan mu. Selama menikah denganmu, hidupku terkekang. Aku harus hidup dalam bayang-bayang mu. Aku yakin siapapun yang menjadi suami mu tidak akan tahan. Termasuk Erwin..." David menumpahkan semua uneg-uneg nya. Pemuda yang usianya jauh lebih muda dari Valery itu merasa tidak kuat lagi.

Valery benar-benar murka. Dia mengusir pemuda itu dari rumahnya.

"Dasar tidak berguna. Kau pikir aku juga betah hidup bersamamu? Aku menikahi mu karena menjaga ego ku dari Erwin. dengan menikahi mu aku berharap bisa mempunyai keturunan, tapi apa? Kau sama saja dengan Erwin. sekarang pergi dari sini, jangan berani membawa apapun karena kau memang tidak punya apa-apa selain badan mu itu saja..!" David benar-benar keluar dari rumah itu dengan hanya mengenakan pakaian yang di pakainya saat itu saja. Valery melarangnya membawa apapun.

"Aku akan keluar, tapi ingat... Kau tidak akan pernah merasakan kebahagiaan dalam hidupmu. Kau juga tidak akan menjadi seorang ibu..!" setelah berkata demikian, David benar-benar meninggalkan rumah mewah itu.

Valery terhenyak.

"Berani sekali dia mengancam ku? hanya pria pengangguran saja sok mengancam.."

Tapi setelah beberapa saat dia menyadari kalau dirinya kini benar-benar sendirian dan kesepian. Dia baru sadar kalau meninggalkan Erwin adalah sebuah kesalahan besar. Erwin adalah suami yang penyayang dan bertanggung jawab. Hanya satu kelemahannya di mata Valery, yaitu tidak bisa memberinya keturunan. Lalu buat apa punya keturunan kalau nyatanya pasangan kita tidak membuat kita nyaman?

Valery terduduk di lantai marmer rumahnya. Dia juga menyadari, kekayaan yang di milikinya ternyata tidak bisa membeli kebahagiaan yang di carinya.

Terpopuler

Comments

Nunung

Nunung

itulah yang kamu tentang dunia tidak memikirkan kenyamanan hidup Valery....untuk Alissa mudah mudahan cepat sadar diri bahwa Erwin sungguh sangat menyayangi dirinya anak yang kau kandung.... makasih dah up see you ❤️❤️ tetap 💪💪💪 ya thor.

2024-02-28

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!