3

Di dalam kamar orang tua Nindi.

"Pa, apa benar keputusan kita untuk menjodohkan Nindi secepat ini," guman bunda menatap sang suami.

Pak Andre pun menoleh, menatap sang istri dengan binggung, karena tiba-tiba bertanya seperti itu. "Kenapa bunda bertanya seperti itu?" Tanya pak Andre dengan heran.

"Pa, sepertinya Nindi ingin menolak perjodohan ini. Terlihat dari raut wajahnya kalau putri kita itu keberatan dengan perjodohan yang kita atur," kata bunda kepada sang suami.

"Tolong bunda bujuk Nindi agar menerima perjodohan ini, papa berhutang banyak kepada Pak Hendra. Kalau bukan berkat pertolongan dia waktu itu mungkin papa tidak akan bisa melihat Nindi tumbuh dewasa," lirih Pak Andre sendu mengingat masa lalu.

"Iya bunda sudah membujuk Nindi dan menjelaskan semuanya tetapi bunda masih ragu apakah Nindi mau menerimanya atau tidak," jawab bunda lesu.

"Nindi harus mau Bun, bagaimana pun caranya, mau di taruh di mana muka papa kalau tuh anak menolaknya," kata pak Andre terdengar frustasi apalagi mengingat putrinya itu cukup keras kepala.

"Semoga saja Nindi mendengarkan ucapan bunda tadi," lirih Bunda.

"Semoga saja," sahut pak Andre penuh harap.

"Apa calon menantu kita baik dan bisa membahagiakan putri kita satu-satunya itu pa," monolog bunda memikirkan nasib putrinya setelah menikah.

"Papa sudah menyelidikinya Bun, jadi bunda tenang saja. Calon menantu kita jarang, ah lebih tepatnya tak pernah terlibat skandal apapun dengan wanita dan dia juga pengusaha muda yang sukses dan di segani," jelas Pak Andre panjang lebar.

"Ah bunda lega mendengarnya, semoga saja pria itu menyayangi putri kita nanti," dia orang tua agar anaknya itu bahagia.

.

.

Sedangkan di dalam kamar Nindi.

"Fyuhhhh...." Nindi menghela nafas panjang memikirkan apa yang nanti akan dirinya lakukan, apakah menerima perjodohan ini atau dia harus menolaknya.

Tiba-tiba dirinya teringat ucapan Wulan tentang pria yang akan di jodohkan dengannya berwajah culun atau bergigi tonggos. Membayangkan saja membuat Nindi bergidik ngeri, bukan Nindi menilai seseorang dari penampilan tetapi ucapan Wulan tadi membuat dirinya tak nyaman.

"Ahhhh......" Nindi mengacak rambutnya frustasi.

Tetapi mengingat ucapan dari bunda tadi membuat dirinya bimbang.

Terasa mengantuk Nindi pun memejamkan matanya melupakan dirinya harus bersiap.

Sore hari....

Keadaan rumah nampak ramai dengan beberapa pelayan yang sibuk menyajikan makanan lezat, untung saja keluarga Nindi mempunyai restoran jadi tak perlu repot-repot memasak tinggal meminta pihak restoran mengirimkan beberapa menu sesuai dengan keinginan sang bunda.

Setelah para pelayan menata makanan di meja, tak lupa juga mereka menata ruangan keluarga dengan cantik dan elegan sesuai permintaan majikan mereka yang tak lain adalah bunda karena setelah makan rencananya mereka akan bersantai di ruang keluarga.

Melihat semuanya sudah beres, bunda pun berjalan menuju kamar sang putri.

"Mana Nindi?" Tanya pak Andre saat berpapasan dengan sang istri.

"Eh papa,"

"Nindi masih di dalam kamarnya," jawab Bunda.

"Ya sudah cepat bunda panggil, sebentar lagi keluarga pak Hendra mau datang," pinta pak Andre.

"Iya nih bunda memang niatnya mau ke atas panggil Nindi," jelas bunda berjalan pergi meninggalkan pak Andre.

Tok tok tok tok....

"Sayang cepat buka pintunya," kata bunda sambil mengetuk pintu kamar sang anak.

"Sebentar Bun," teriak Nindi dari dalam kamar, dia baru saja selesai memakai baju.

Ceklek...

"Lho kok anak bunda belum dandan sih, sudah jam segini sebentar lagi mereka datang," omel sang bunda gemas melihat anaknya itu ternyata belum selesai.

"He he he he....!Maaf ya Bun, tadi Nindi ketiduran," jawab Nindi cengengesan.

Bunda menepuk keningnya pelan dengan kelakuan sang putri yang selalu ada-ada saja.

"Ya sudah sekarang cepat kamu berdandan yang cantik biar mereka tahu kalau bunda mempunyai putri yang cantik, oh ya Papa sedari tadi sudah menunggu kamu," kata bunda sebelum pergi meninggalkan kamar sang putri.

"Ngapain sih dandan cantik-cantik, kalau dia mau sama Nindi ya harus menerima Nindi apa adanya," kata Nindi dengan cemberut.

Bunda menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sang anak.

"Ya sudah terserah kamu saja, yang penting kamu nyaman,'' kata bunda tak ingin memaksakan kehendak dan membuat putrinya itu merasa tak nyaman.

Setelah itu bunda melangkah pergi meninggalkan kamar sang putri.

.

.

Di teras depan.

Pak Andre duduk di teras masih menunggu kedatangan besannya nanti, ah lebih tepatnya calon besan. Bahkan pintu gerbang sengaja di buka lebar-lebar agar mobil pak Hendra nanti langsung masuk ke halaman depan, untung saja rumah ini memiliki halaman depan yang cukup luas.

"Pa tuh mereka datang," kata bunda yang baru saja datang dari dalam.

"Iya Bun, mari kita sambut mereka," kata pak Andre dengan antusias.

Mobil pak Hendra pun langsung terparkir rapi di depan halaman, mereka pun turun semua dan berjalan menghampiri pak Andre dengan senyum mengembang.

"Selamat datang pak Hendra di gubuk kamu ini," kata pak Andre menyapa calon besannya itu tak lupa mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Ha ha ha ha, pak Andre bisa saja. Rumah bagus begini di bilang gubuk," kelakar pak Hendra membalas jabat tangan pak Andre.

"Oh ya perkenalkan ini istri saya," kata pak Andre memperkenalkan bunda.

Mereka pun saling berjabat tangan.

"Perkenalkan saya hendra, ini istri saya, ini kedua orang tua saya dan yang paling tampan itu adalah calon menantu kalian," jelas pak Hendra memperkenalkan semua anggota keluarga yang dia bawa ke sini.

"Oh ya siapa namanya?" Tanya bunda.

"Saya Tristan," kata pemuda tampan itu dengan senyum ramahnya namun hanya beberapa orang saja yang beruntung bisa melihat senyum pemuda itu.

"Namanya bagus seperti orangnya tampan," kata bunda dengan antusias.

"Pasti Nindi suka dengan nak Tristan, mana orangnya ganteng dan ramah," batin bunda.

"Mari masuk, ayo silahkan," pak Andre pun mempersilahkan mereka semua masuk ke dalam rumah.

"Mari silahkan duduk, sebentar saya ambilkan minum," kata bunda.

"Wah rumahnya adem ya," kata pak Hendra saat duduk di ruang tamu, namun masih bisa melihat pemandangan yang asri melalui pintu kaca yang berada di samping menghubungkan dengan taman samping.

Tak lama bunda pun datang membawa minuman dan cemilan tentunya di bantu pelayan.

Mereka pun mengobrol berbasa-basi mulai dari berbicara bisnis sampai membahas masalah yang sedang trend di kalangan masyarakat saat ini.

"Oh ya mana calon menantu kami," tanya pak Hendra dengan penasaran. Begitupun anggota keluarga yang lain termasuk pria tampan yang sedari tadi gelisah ingin bertemu dengan calon istrinya itu.

Karena sedari tadi Putri pak Andre itu pun tak kunjung muncul.

"Tolong di maklumi biasa wanita kalau berdandan lama," kelakar pak Andre.

Pak Andre pun melirik ke arah sang istri memohon bantuan.

"Kalau begitu saya pamit untuk memanggil anak kami dulu," sela bunda berpamitan kepada para tamu penting itu.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ𝕬𝖗𝖘𝕯✹⃝⃝⃝s̊S⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟

🍭ͪ ͩ𝕬𝖗𝖘𝕯✹⃝⃝⃝s̊S⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟

Widihhh Tristan... kyak ituhh yang di filem supermannn..😂

2024-02-29

1

🍭ͪ ͩ𝕬𝖗𝖘𝕯✹⃝⃝⃝s̊S⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟

🍭ͪ ͩ𝕬𝖗𝖘𝕯✹⃝⃝⃝s̊S⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟

Bukan kamu tapi kami....
teryata kena penyakit typo juga yahhh 😂

2024-02-29

1

🕊️⃝ᥴͨᏼᷛMurni𝐀⃝🥀㊍㊍🍁

🕊️⃝ᥴͨᏼᷛMurni𝐀⃝🥀㊍㊍🍁

moga aja orang tua Nindy nggak salah dalam memilih menantunya🤭

2024-02-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!