18

Hari yang di tunggu pun tiba, hari dimana pernikahan Nindi dan Tristan berlangsung. Acara berlangsung di sebuah hotel berbintang milik keluarga Tristan.

Saat ini Nindi tengah berada di dalam ruangan dan sedang di rias oleh MUA.

"Wah mbak Nindi cantik sekali," puji perempuan yang tadi setelah selesai merias Nindi, dia begitu kagum dengan kecantikan wanita yang baru saja dirias nya, kecantikan yang begitu natural. Nindi terdiam menatap wajahnya di cermin kala mendengar apa dikatakan perias tadi, Nindi tak menyangka dirinya begitu terlihat cantik dan Nindi begitu suka dengan riasan di wajahnya yang tak terlalu menor bahkan terlihat natural.

"Wah pasti nanti pengantin pria pangling melihat pengantin perempuannya," sahut teman sang perias. Nindi memang di rias oleh dua wanita yang satu membantu merias wajah dan satunya membantu merapikan baju pengantin dan hiasan rambut Nindi.

Setelah selesai kedua wanita tadi merapikan barang-barang mereka dan membantu Nindi untuk keluar untuk menemui kedua orang tua Nindi yang sudah berada depan ruangan tadi, keduanya tak sabar menunggu sang putri selesai berdandan.

Di depan ruangan Nindi tadi terdapat sofa panjang dan meja untuk tempat menunggu. Ruangan ini cukup besar dan terlihat nyaman, memang sengaja di buat seperti demikian agar tamu merasa nyaman saat mereka menyewa tempat itu untuk bertemu klien.

Kedua wanita tadi meninggalkan Nindi beserta orang tua nya karena mereka tahu pasti kedua orang tuanya ingin berbicara dengan putri mereka.

Pak Andre dan bunda tak kuasa menahan haru melihat putrinya sebentar lagi akan menikah. Putri yang dulu dia gendong, putri yang selalu minta

Nindi berjalan menghampiri Bunda dan papa nya, dia langsung memeluk sang bunda.

"Bunda, hiks hiks hiks hiks...." Entah kenapa Nindi merasa sedih melihat kedua orang tuanya. Sebentar lagi dia tak akan bisa bermanja-manja dengan sang bunda atau menikmati kebersamaan dengan keluarganya karena setelah menikah nanti mungkin Nindi akan ikut dengan sang suami.

"Eh jangan nangis nanti makeup nya luntur," kata bunda mengingatkan sang putri sambil mengelus punggung Nindi dengan kasih sayang.

"Iya nanti putri Papa jadi putri cemong karena make up nya berantakan," goda sang papa untuk menutupi rasa sedih melihat putri kesayangannya sebentar lagi menjadi milik orang lain.

"Ish papa," rengek Nindi sambil melepas pelukannya.

"Sini bunda rapikan," kata bunda mendekat ke arah sang putri sambil merapikan baju dan riasan anaknya itu, bunda mengambil tisu dan menyeka sudut mata sang putri yang sedikit berair karena menangis tadi. Bunda bernafas lega karena riasan putrinya itu tidak berantakan.

"Papa tinggal dulu, acaranya sepertinya akan di mulai," pamit papa Nindi berjalan menjauh menuju ke ruangan utama di mana acara berlangsung.

"Ayo kita ke ruang tunggu pengantin perempuannya, pasti Oma dan jeng Sinta sudah menunggu mu di sana," ajak bunda. Memang Nindi tidak akan keluar sebelum selesai ijab kabul.

Nindi dan bunda sudah sampai di tempat yang di tunjukkan untuk pengantin perempuan menunggu sampai pengantin laki-laki selesai membaca akad nikah.

"Cantiknya cucu Oma," kata Oma duduk di dekat Nindi.

"Iya Oma benar, menantu ku begitu cantik pasti si Tristan langsung klepek-klepek," kata jeng Sinta mengagumi kecantikan menantunya.

Nindi mendengar itupun tersipu malu, Nindi hanya membalasnya dengan tersenyum tak tahu harus bicara apa.

Tiba-tiba ada suara berisik semakin mendekat. Ternyata mereka adalah Vera, Rita dan Wulan.

"Eh Nindi maaf ya kita terlambat," seru teman-teman Nindi yang tiba-tiba muncul, siapa lagi kalau bukan Wulan, Rita dan Vera dengan nafas ngos-ngosan.

"Ya sudah kalian ayo duduk di sini," ajak Oma dengan ramah.

"Nindi cantik banget sih," seru Wulan menatap Nindi takjub.

"Iya benar, pasti pengantin pria langsung jatuh hati," ucap Wulan dengan senyum aneh ternyata Wulan membayangkan Nindi dan calon suaminya nanti.

"Eh mana calon suaminya?" Tanya Rita clingak-clinguk.

"Lha kalian tadi tidak lihat Tristan di luar sana," kata Oma heran.

"He he he he, kita tadi buru-buru nek langsung ke sini. Mana sempat mampir lihat-lihat," jawab Wulan dengan polos membuat Rita dan Vera saling lirik.

"Oma, panggil Oma biar gaul," kata Oma.

"Iya Oma," jawab Wulan nyengir.

Sedangkan di aula utama, tempat berlangsungnya acara pernikahan.

Tristan sudah duduk dengan rapi di depan penghulu, dia berdoa dalam hati untuk mengurangi rasa gugup yang sedari tadi melanda hatinya.

"Bagaimana? Apa sudah siap?" Tanya pak penghulu menatap Tristan, pak Andre dan pak Hendra secara bergantian.

"Bagaimana Tristan, apa kamu sudah siap?" Bisik pak Hendra ke pada anaknya itu.

Tristan mengangguk dengan cepat.

Pak penghulu pun membacakan doa terlebih dahulu. Setelah pak penghulu mengarahkan pak Andre untuk menjabat tangan Tristan dan berbicara seperti arahan pak penghulu. Dengan lantang Tristan membaca ijab kabul tanpa ada kesalahan.

"Bagaimana para saksi??"

"Sah!!"

"Alhamdulillah......"

Ucapan syukur terdengar di antara orang-orang yang menghadiri acara pernikahan ini.

Nindi pun di tuntun oleh Bunda dan jeng Sinta menuju ke arah Tristan. Dengan canggung Nindi duduk di dekat Tristan. Tristan menoleh, menatap sang istri tak berkedip. "Cantik," guman Tristan di dalam hati mengangumi kecantikan Nindi wanita yang sudah resmi menjadi istrinya itu.

"Silahkan di cium kening istrinya," kata asisten Tristan yang ikut menjadi saksi pernikahan tadi membuat lamunan Tristan buyar.

Tristan melotot menatap tajam sang asisten membuat assisten itu menelan ludah kasar. "Sepertinya aku salah bicara, padahal aku ingin mengingatkan bos agar dia tak malu melamun dari tadi karena terpesona kecantikan istrinya. Ck bisa di potong bonus ku nih, nasib-nasib jadi bawahan," gerutunya di dalam hati.

"Ayo silahkan mas Tristan, sudah halal kok," kata pak penghulu ikut berbicara.

Tristan menatap Nindi seolah meminta persetujuan, sedangkan Nindi menunduk karena malu namun saat dia mendengar ucapan pak penghulu tanpa sengaja dia mendongak menatap Tristan sejenak. Nindi mengangguk saat melihat Tristan seolah meminta persetujuan.

Dengan berdebar Tristan mendekatkan bibirnya ke kening sang istri. Satu kecupan mendarat di kening Nindi sedangkan tangan Tristan satunya diletakkannya di ubun-ubun Nindi sambil melafalkan doa ba'da nikah berharap rumah tangganya akan langgeng dan di beri keberkahan.

Nindi juga mencium tangan sang suami setelah itu tukar cincin. Setelah pak penghulu membaca doa-doa nikah dan di lanjut dengan penandatanganan buku nikah.

Dilanjut serah terima mahar dan hantaran pernikahan. Kini mereka pun duduk di pelaminan yang sudah di siapkan. MC memandu acara mulai dari acara sungkeman sampai memberi ucapan selamat kepada mempelai berdua.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Mamah Kekey

Mamah Kekey

samawa yah buat nindi ada Tristan

2024-04-23

0

kaylla salsabella

kaylla salsabella

Alhamdulillah akhirnya sah juga si Tristan sama nindi

2024-03-12

1

💙 Ɯιʅԃα 🦅™

💙 Ɯιʅԃα 🦅™

Akhirnya sah juga...lanjut kk, gak sabar gimana malam pertama Nindi & Tristan nanti.

2024-03-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!