2

"Kenapa?" Tanya Wulan dengan raut wajah binggung dan penasaran.

"Iya muka kamu kok gelisah begitu, ada apa?" Kini giliran Vera yang bertanya.

"Apa om Andre baik-baik saja," tanya Rita.

Ketiganya menatap ke arah Nindi dengan raut wajah penasaran menunggu wanita cantik itu berbicara.

Nindi menghela nafas panjang. "Apa aku harus jujur sama mereka kalau papa memintaku pulang untuk di jodohkan," guman Nindi di dalam hati berfikir sejenak.

"Kalau kamu tidak mau bicara, kami tidak apa-apa kok," kata Vera mencoba untuk mengerti.

"Sebenarnya papa meminta ku pulang," kata Nindi menjeda ucapannya sejenak menatap ke tiga temannya itu dengan lesu.

"Papa ingin menjodohkan ku dengan anak temannya dan aku tidak boleh menolak," lanjut Nindi dengan menunduk lesu mengingat ancaman papa.

Nindi bukan takut namun dia tak ingin berpisah dengan sang bunda. Nindi bisa beli mobil dan rumah dekat hasil kerjanya sendiri namun Nindi tak ingin berjauhan dengan sang bunda mengingat betapa tegas dan kerasnya sang papa.

"Hah apa?" Teriak Wulan kaget sampai dia reflek berdiri.

"Hei jangan teriak-teriak di telingaku, budek tau," kata Vera jengkel sambil mengusap telinganya kesal.

"He he he he, sorry," kata Wulan langsung duduk kembali namun raut wajah antusias menatap ke arah Nindi seolah Wulan ingin mendengar semuanya sampai ke akar-akarnya.

"Ho'oh, lihat tuh mereka semua menatap ke arah kita gara-gara dengar teriakan mu," kata Rita menunjukkan beberapa orang yang menatap mereka. Wulan pun menunduk ke arah mereka dengan malu karena tanpa sengaja dia berteriak karena kaget.

"Maaf, maaf, aku kan spontan teriak karena kaget," lirihnya merasa bersalah.

"Sudah-sudah jangan bertengkar," lerai Rita.

"Wait... Wait... Apa aku gak salah dengar," kata Vera dengan nada tak percaya.

"Kemana aja sih kamu, dari tadi Nindi bilang begitu sampai di Wulan teriak-teriak buat malu," sinis Rita.

"He he he he, aku kan juga kaget jadi gak fokus," elaknya.

"Ck dasar," guman Rita sedikit kesal dengan kedua temannya.

Nindi mengangguk. "Ya kalian tidak salah dengar," jelas Nindi.

"Tadi itu benar? Kamu mau di jodohkan. Jadi bentar lagi kamu mau nikah dong," kata Vera dengan mata melotot menatap Nindi dengan serius.

"Hmm...."

"OMG...." Wulan menutup mulutnya kaget namun itu hanya sebentar lalu Wulan yang masih penasaran pun kembali bertanya. "Hei apa dia tampan? Kaya?" Tanya Wulan antusias.

Pletak...

"Auh sakit tahu," cebik Wulan karena mendapatkan pukulan dari Rita.

"Ya salah sendiri, bisa-bisanya kamu tanya begitu," Rita hanya bisa mengelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu.

"Entahlah aku tidak tahu, aku saja baru mau bertemu dengan dia nanti," kata Nindi dengan lesu memikirkan dirinya akan menikah dalam waktu dekat dengan pria yang tak dia ketahui bagaimana rupa dan wataknya nanti.

"Kalau tampan dan kaya kamu terima saja, kalau jelek mending kamu tolak saja," usul Wulan.

"Hei mana bisa begitu," sela Vera menatap tajam Wulan.

"Tetapi benar sih kata Wulan," kata Rita membuat Wulan mengangguk puas.

"Kamu mau menikah dengan pria jelek, misalnya giginya tonggos gitu atau tuh orang culun dengan kaca mata besar dan rambut model jadul," tanya Wulan kepada Vera.

"Ya ya tidak begitu juga kali," jawab Vera gugup.

"Tuh kan kamu saja ragu,"

"Mana mungkin juga om Andre cari menantu modelan begitu, tidak mungkin. Percaya deh pasti pria itu tidak jelek-jelek amat seperti pemikiran Wulan tadi," kata Rita mencoba berfikir positif.

"Nah tuh benar kata Rita, mana mungkin om Andre cari menantu jelek pasti cakep dan kaya," Vera setuju dengan pemikiran Rita.

"Sudah sudah jangan berdebat, aku pulang dulu takut papa menunggu ku," kata Nindi berdiri dan berpamitan kepada ketiga sahabatnya itu.

"Nih buat bayar minuman ku," kata Nindi menaruh uang 100 ribuan.

"Hari ini aku yang traktir kalian, jadi kamu masukkan lagi deh uang kamu," kata Rita menolak uang Nindi.

"Ok thanks ya," kata Nindi.

Setelah itu mereka cipika cipiki dulu sebelum Nindi pulang. Nindi pun berjalan keluar cafe menuju ke arah parkiran dan membawa mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah.

Di kafe ketiganya masih duduk memikirkan nasib temannya itu yang tak lain adalah Nindi.

"Jadi nanti Nindi menikah duluan dong," seru Wulan.

"Ya tentu lah apalagi kalian kan tahu bagaimana watak om Andre," jelas Rita diangguki kedua temannya.

"Pasti calon suami Nindi tampan dan kaya secara om Andre itu kan orangnya perfeksionis, ha ha ha ha ......" Sahut Wulan tertawa.

"Iya,"

"Nanti kita beli baju buat Bridesmaid di acara nikahan Nindi ya," kata Vera antusias.

"Ya kalau Nindi minta kita jadi Bridesmaid, kalau orang lain bagaimana?" Tanya Rita.

"Ya siapa lagi kalau bukan kita, kita kan sahabatnya gak ada lagi," seru Wulan.

"Kali aja nanti dari pihak laki-laki," kata Rita membuat keduanya pun menghela nafas panjang berfikir demikian.

"Ya sudahlah, nanti kita tunggu kabar dari Nindi saja lah, aku juga penasaran bagaimana wujud suaminya nanti," kata Vera menimpali.

Ketiganya pun melanjutkan memakan dan minum yang masih tersisa di meja sebelum pergi menuju mal untuk berbelanja.

.

.

Mobil milik Nindi akhirnya sampai di rumah, dia segera memasukkan mobil ke garasi saat pak satpam membuka pintu pagar.

"Non sudah di tunggu tuan dan nyonya dari tadi," kata pak satpam menghampiri nona mudanya.

"Terimakasih ya pak," jawab Nindi sebelum masuk ke dalam rumah.

Rumah berlantai 2 itu terlihat mewah dengan halaman yang cukup luas.

Tap

Tap

Tap

Nindi berjalan menuju kamar miliknya, namun di depan kamar ternyata sudah ada sang bunda menunggu kedatangannya.

"Nak akhirnya kamu pulang juga," seru sang bunda menghampiri sang putri.

"Kenapa sih Bun, papa pakai acara perjodohan begini," keluh Nindi kepada sang bunda, mungkin sang bunda bisa membujuk suaminya itu agar berubah pikiran.

Nindi pun masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhnya di atas kasur, bunda pun ikut masuk menyusul sang anak.

Bunda membelai rambut nindi dengan sayang. "Nak kamu ingat tidak saat kamu dulu masih sekolah menengah pertama," kata bunda mengingat masa lalu.

"Iya Bun, nindi ingat. Terus apa hubungannya?" Tanya Nindi heran.

"Dulu papa kamu pernah kecelakaan dan di tolong seseorang dan orang tersebut juga mendonorkan darahnya untuk papa mu. Andai orang itu tidak datang tepat waktu mungkin kita tidak akan bersama papa sampai sekarang," lirih bunda dengan sendu. Nindi masih terdiam tak tahu harus bicara apa.

"Nah orang itu ingin sebagai balasan jasa mereka yaitu dengan menikahkan kamu dengan anaknya. Papa tentu tak bisa menolaknya, tetapi kamu tenang saja papa sudah menyelidiki anak itu dan tidak ada kekurangan, pasti kamu juga akan suka dengan pria itu," jelas bunda panjang lebar.

"Ya sudah, kamu langsung mandi dan bersiap-siap. Jam 3 nanti mereka akan datang jadi kamu masih punya waktu untuk berdandan secantik mungkin," kata bunda sebelum pergi meninggalkan kamar sang putri.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Mamah Kekey

Mamah Kekey

assalam mualaikum mampir kk

2024-04-23

1

🍭ͪ ͩ𝕬𝖗𝖘𝕯✹⃝⃝⃝s̊S⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟

🍭ͪ ͩ𝕬𝖗𝖘𝕯✹⃝⃝⃝s̊S⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟

Semoggat tuh cowok ganteng jadi km ngk rugi di jodohin nin🤭🤭

2024-02-29

1

💙 Ɯιʅԃα 🦅™

💙 Ɯιʅԃα 🦅™

Yang di jodohin siapa tapi yang histeris siapa😂

2024-02-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!