7

"Yee jadi kamu belum lihat wajah calon suami mu itu?" Tanya Rita lesu.

Nindi hanya mengelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Ck padahal aku sudah kepo dari tadi bagaimana wajah calon suami mu itu takutnya dia ompong, he he he he," sahut Wulan cengengesan.

Nindi mendengar itupun langsung melotot saat mendengar ucapan dari Wulan yang nyeleneh itu.

Plak... Vera memukul pundak Wulan dengan cepat.

"Dasar kamu, suka banget sih buat Nindi kaget. Kamu itu jangan takut-takuti Nindi nanti dia kabur pas acara pernikahannya kan repot kalau om Andre nuduh kita menculiknya," kata Vera namun di pikir-pikir semakin ngawur saja omongan Vera.

Nindi mendelik, bagaimana temannya itu bisa berfikir dia akan kabur di acara pernikahan, mana mungkin Nindi berbuat demikian.

"Auhhh sakit tahu," gerutu Wulan memonyongkan bibirnya kesal karena mendapatkan pukulan dari Vera secara dadakan.

"Iya benar tuh, Nindi jangan dengerin omongan Wulan. Biar nanti suami mu jelek tidak apa-apa kalau dia kaya kan bisa di oplas jadi opa-opa tampan. He he he he," sahut Rita tanpa rasa bersalah.

Nindi memijit pelipisnya merasa pusing mendengar ucapan ketiga temannya itu.

"Oh ya kalian kok bisa barengan sih, bertiga?" Tanya Nindi penasaran sekaligus tak ingin memperpanjang perdebatan mereka yang semakin aneh dan membingungkan itu.

"Iya kita, ah lebih tepatnya aku dan Wulan lagi nginep di rumah Rita," jawab Vera.

"Iya kasihan Rita di rumah sendirian,'' sahut Wulan membuat Rita mendelik kesal.

''Padahal kan dia yang ingin nginep di rumah ku bukannya aku yang nawarin, dasar si Wulan,'' guman Rita di dalam hatinya saat ini .

"Sebenarnya mereka yang maksa nginep di rumah ku," sahut Rita.

"Ya kan cuma di rumah lo yang sepi secara om dan tante lagi keluar kota jadi kita bisa bebas bergadang nonton drama, secra besok kan hari minggu jadi kita libur,'' ceplos Wulan.

Keduanya pun berdebat, namun yang di bahas semakin ngelantur dan kacau membuat Nindi di buat semakin pusing.

Nindi pun berpura-pura menguap agar terbebas dari mereka. ''Hoaaaaaammmm.....''

"Sambung besok ya, aku ngantuk mau tidur," kata Nindi dengan cepat, ingin mengakhiri percakapan karena dia harus segera mandi dan istirahat.

Ketiga teman mereka menoleh saat mendengar Nindi menguap begitu keras.

''OK bay Nindi,'' kata Wulan dengan cepat melambaikan tangannya.

"Ok deh, jangan lupa besok ulang tahun si Ambar," kata Vera mengingatkan.

''Oh iya ya, besok si Ambar ulang tahun ya, aku kok bisa lupa sih, duh mana belum beli kado,'' kata Rita berteriak heboh sendiri.

"Ck ribet amat sih, besok kan bisa belinya, lagian acaranya juga malam sih,'' kata Wulan mengingatkan Rita agar dia tak panik dan membuat gaduh dengan suaranya yang nyaring itu mengingat ini sudah malam.

"Ck sebenarnya aku malas datang," guman Nindi namun masih di dengar ke tiga temannya itu.

"Pokoknya kamu harus ikut, kalau tidak ada kamu tidak seru,'' kata Vera.

"Benar kata Vera, pokoknya besok kamu harus datang tetapi kamu kerumah ku dulu ya, kita berangkat bareng," pinta Rita tanpa ada penolakan.

"Hmmm...... Ya udah deh, besok aku ikut demi kalian meskipun aku sedikit malas lihat wajah Ambar yang menyebalkan itu,'' kata Nindi dengan wajah di tekuk.

"Tenang ada aku, kalau mulut si Ambar mulai ember nanti ku bawai selotip buat nutup mulut Ambar,'' kata Wulan sambil menunjukkan selotip di tangannya saat ini. Vera dan Rita hanya bisa mengelengkan kepalanya melihat ke bar-bar ran temannya itu.

"Iya besok kalian kabari aku harus berangkat jam berapa," kata Nindi.

"Nah gitu dong baru sahabat gue,'' sahut Vera tersenyum senang karena Nindi pun ikut ke sana.

"Bay...."

Tut..... Telepon pun terputus.

"Sebaiknya aku cepat mandi," guman Nindi berjalan menuju kamar mandi.

Nindi pun mandi berendam dengan air hangat tak lupa menyangka aroma terapi untuk menyegarkan tubuhnya yang lelah.

"Ah segarnya," katanya dengan raut wajah yang terlihat lebih segar.

Nindi pun mengakhiri mandinya,dia pun melilitkan handuknya dan berjalan keluar dari kamar mandi.

Nindi membuka lemari baju dan memilih memakai baju tidur saja karena dia berniat untuk tidur tak lupa dia mengeringkan rambutnya terlebih dahulu.

Nindi pun kembali merebahkan tubuhnya ke atas kasur, matanya menerawang menatap ke langit-langit kamar. "Kenapa pria itu setuju saja saat di suruh menikah dengan ku," lirih Nindi.

"Apa dia benar-benar jelek seperti yang di pikirkan Wulan, aisshh kenapa aku selalu memikirkan ucapan Wulan," gerutu Nindi kesal.

"Tetapi bunda bilang dia tampan,"

"Auhhhh ah pusing," Nindi mengacak rambutnya frustasi. Entahlah di kepalanya begitu banyak pertanyaan tentang sosok pria yang akan di jodohkan dengan dirinya.

"Ck kenapa aku jadi Lola begini ya, sekarang kan jaman canggih tinggal ketik namanya di ponsel muncul deh,"

"Hoaaaaammm....." Nindi menguap lebar karena sudah mulai mengantuk.

"Besok saja lah," gumamnya, Nindi pun membenarkan posisi bantal dan memeluk erat guling kesayangannya. Tak lama gadis cantik itupun tertidur pulas.

.

.

Pagi hari....

Nindi masih bergeming di bawah selimut namun di luar terdengar gedoran pintu yang cukup nyaring.

Tok tok tok tok...

"Nindi bangun," teriak bunda.

"Ck nih anak bandel banget sih, susah di bangunkan," gerutu Bunda.

Dengan malas, Nindi pun bangkit dan membuka pintu kamarnya.

"Hoamm..... Ada apa sih Bun, ini masih petang," kata Nindi saat membuka pintu kamarnya.

"Kamu sudah sholat?" Tanya bunda dengan tatapan menyelidik.

"He he he, belum..."

"Ya sudah cepat, setelah itu mau kami tidur lagi juga tidak apa-apa, mau bangun siang juga bunda tidak melarang," kata bunda.

"Ok bunda cantik,"

Pintu kamar Nindi pun di tutup kembali, nindi bergegas melaksanakan kewajibannya setelah itu dia melanjutkan mimpinya.

.

.

Sedangkan di tempat berbeda....

"Eh duduk dulu yuk, capek," ajaknya kepada kedua temannya.

"Ayo...."

Ketiganya pun duduk di kursi taman.

Tiba-tiba temannya memulai obrolan, ah lebih tepatnya melontarkan pertanyaan kepada temannya. "Kamu benar ingin segera menikah dengan perempuan itu? Tanya Pria tampan bernama Davin itu kepada pria di depannya.

"Iya," jawabnya mantab tanpa ada keraguan.

"Kenapa terburu-buru, kamu tidak ingin mengenalnya terlebih dahulu," sahut Vino yang juga dilanda rasa penasaran.

"Justru aku sudah mengenalnya jauh sebelum ini, aku tidak ingin keduluan orang lain," katanya dengan percaya diri.

"Sepertinya ada yang kamu sembunyikan dari kami," kata Davin menatap temannya dengan tatapan penuh selidik.

"Jangan kepo, semakin sedikit rasa ingin tahu semakin aman buat Lo," kata Tristan penuh peringatan.

Glek...

Keduanya pun menelan ludah bersamaan, mereka tahu temannya itu tidak pernah main-main.

"He he he, santai bro," kata Vino mengangkat tangan.

"Ayo kita lanjutkan lari ke sana, siapa tahu ada penjual bubur ayam, perut ku sudah lapar minta di isi," ajak Davin ingin segera menyudahi pembicaraan yang dapat membahayakan dirinya.

"Ah sebaiknya aku tidak mengusik pria es ini daripada perusahaan ku kena imbasnya," batin Vino.

Vino dengan cepat berdiri sambil mengusap perutnya, dia memberi kode Davin juga agar segera mengikuti dirinya berlari.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Mamah Kekey

Mamah Kekey

yey Tristan..udah suka sejak lama..jangan boss tempat Andin bekerja...😂

2024-04-23

0

🍭ͪ ͩ𝕬𝖗𝖘𝕯✹⃝⃝⃝s̊S⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟

🍭ͪ ͩ𝕬𝖗𝖘𝕯✹⃝⃝⃝s̊S⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟

Waduhh berati si Tristan udah lama nihhh ngincar nindi🤔
semogga bukan niat buruk pada nindi😬

2024-02-29

1

kaylla salsabella

kaylla salsabella

lanjut thor

2024-02-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!