19

"Suaminya Nindi ganteng banget ya," bisik Wulan dengan tatapan berbinar saat melihat wajah suami Nindi yang sedari dulu membuatnya penasaran, meskipun dari jarak cukup jauh namun Wulan masih bisa melihatnya dengan jelas.

"Iya, ini mah ibarat Nindi membuang krikil dapat berlian," sahut Rita dan diangguki keduanya.

Ketiganya saat ini berada di area makanan tepatnya di deretan kue, buah atau cemilan pencuci mulut. Mereka asyik mencomot kue dan buah sambil memandang ke arah pelaminan diman Nindi dan Tristan berada.

"Kalau aku di jodohkan dengan spek dewa seperti suami Nindi yang tampan begini mah, ogah.... Ogah nolak. Ha ha ha ha...." Kata Vera di akhiri tawa karena melihat wajah Rita dan Wulan begitu lucu.

"Dasar kamu..." Gerutu Rita.

"Kalau tampan seperti opa-opa begitu mah mana ada yang menolak," kata Wulan menunjuk ke arah Tristan yang tengah menyalami beberapa tamu.

"Eh ngapain kita malah ngobrol di sini, ayo kita kesana kasih selamat kepada Nindi dan suaminya," ajak Rita menarik kedua temannya yang masih asyik menikmati cemilan.

"Eh tunggu jangan tarik-tarik nanti kue ku jatuh," protes Vera yang masih memegang kue nya yang masih tersisa sedikit.

"Iya main tarik aja," protes Wulan.

"Kalian mau sampai kapan di sini, sampai semua hidangan di meja habis," sindir Rita kepada kedua temannya itu.

"He he he he he he...." Vera cengengesan karena memang benar sedari tadi dia begitu antusias mencicipi satu persatu kue yang menurutnya menarik.

Sedangkan Wulan menggaruk hidungnya karena malu mendengar ucapan dari Vera yang memang benar.

"Ayo," ajak Rita menatap tajam keduanya.

"Iya iya," kata keduanya serempak mengikuti Rita dari belakang seperti anak ayam yang mengikuti induknya.

"Makan apa sih dia hari ini, galak banget," bisik Wulan di telinga Vera.

"Entahlah, dia lagi datang bulan mungkin jadi galak begitu," jawab Vera.

"Ayo cepetan jangan ngobrol aja," seru Rita menoleh ke arah keduanya.

"Iya sabar, nih juga lagi jalan," gerutu Vera.

"Iya jangan marah-marah nanti cepat tua dan tak laku," ceplos Wulan yang mendapat lirikan tajam Rita.

Glekkk.....

"Serem amat Rita hari ini," batin Wulan takut.

"Ayo cepetan Ver, aku tak sabar melihat wajah suaminya Nindi dari dekat," kata Wulan menarik Vera berjalan mendahului Rita, Wulan sengaja berbicara seperti itu untuk mengalihkan perhatian Rita agar dia tak semakin diamuk Rita apalagi wajah Rita sudah masam membuatnya takut kena omelan Rita yang tak ada habisnya.

Rita melihat itu hanya bisa menghembuskan nafas kasar mencoba untuk bersabar.

Kini ketiganya sudah berada di dekat pelaminan.

"Selamat ya, kenalkan aku Wulan sahabat Nindi," kata Wulan menyalami tangan Tristan namun yang membuat Nindi dan yang lainnya malu dan kesal karena Wulan justru tersenyum manis dan tak mau melepaskan jabatan tangan dari Tristan.

Tristan menoleh ke arah Nindi meminta bantuan, dia sudah menahan amarah dari tadi karena berusaha melepaskan tangannya namun nihil, perempuan di depannya justru senyum-senyum seperti orang aneh.

Rita dan Vera saling melirik merasa tak enak dengan Nindi.

"Hei lepasin malu di lihatin orang," bisik Vera membujuk Wulan.

"Iya, tuh Nindi sudah melotot. Mau kamu di tendang Nindi dari pelaminan, ingat Nindi pemegang sabuk hitam," kata Rita mengingatkan sekaligus menakut-nakuti Wulan agar cepat melepaskan tangannya.

"He he he he he maaf Nin, lupa kalau dia suami mu," kata Wulan dengan cepat melepaskan tangannya dan beralih menjabat tangan Nindi.

Nindi mendelik mendengar ucapan Wulan.

"Selamat ya, titip Nindi jangan sakiti dia," pinta Rita dengan bijak. Tristan hanya mengangguk saja.

"Selamat menempuh hidup baru, buat bahagia sahabat ku ya," pinta Vera. Sama seperti tadi reaksi Tristan cuma mengangguk tanpa bicara membuat Vera dan Rita tersenyum canggung. Keduanya tahu sepertinya Tristan tipe es batu yang irit bicara.

Kini mereka beralih bersalaman dengan Nindi. "Selamat ya Nin, kalau pria itu menyakiti kamu jangan sungkan-sungkan buat minta bantuan ku. Aku bisa membantu menghajarnya sama-sama," kata Rita pelan namun masih terdengar oleh Tristan. Tristan bergidik ngeri bisa-bisanya teman istrinya itu bicara seperti itu.

"Selamat menempuh hidup baru, jangan lupa kita," kata Vera memeluk Nindi dengan sedih seolah waktunya nanti akan semakin sedikit karena Nindi sudah menikah berbeda dengan mereka yang masih lajang.

Iya makasih ya kalian bertiga sudah menyempatkan untuk datang," kata Nindi melepaskan pelukan Vera.

"Eh kita ke sana yuk, ada penyanyi ganteng idola ku," seru Wulan dengan berbinar membuat Rita dan Vera mengusap dada dengan kelakuan temannya yang satu itu.

Nindi terkekeh sambil mengelengkan kepalanya, sungguh mempunyai teman yang ajaib membuatnya tak pernah sedih ataupun marah karena ada saja tingkah aneh dan lucu.

"Teman mu menyeramkan," bisik Tristan di telinga Nindi membuat Nindi geli karena hembusan nafas Tristan, Nindi mencoba menahannya dan menoleh ke arah laki-laki yang sudah resmi menjadi suaminya itu.

"Iya dia lucu kan," jawab Nindi tersenyum kecil menutupi rasa gugup karena baru pertama kali berdekatan dengan Tristan, ah Nindi lupa bahkan tadi Tristan sudah mengecup keningnya.

"Lucu dari mana, aneh iya," gerutu Tristan.

Pesta berlangsung meriah, keluarga Tristan sengaja mengundang beberapa penyanyi terkenal untuk menghibur para tamu.

Acara berlangsung begitu meriah, beberapa teman dan kerabat pak Andre mengucapkan selamat dan mereka memuji besan pak Andre yang membuat acara begitu meriah.

Kini Nindi dan Tristan berganti pakaian, Nindi mengerakkan tubuhnya yang terasa kaku dan lelah karena sedari tadi duduk dan berdiri menyalami para tamu yang hadir.

Tristan melihat istrinya itu merasa kasihan, dia melirik jam di tangannya ternyata sudah malam. "Kamu bisa istirahat di kamar, minta mama, Oma atau bunda kamu untuk menemani," kata Tristan kasihan.

Nindi menoleh. "Memang boleh? Terus tamunya masih banyak," lirihnya menatap tamu yang seperti tak ada habisnya.

"Iya boleh biar aku yang menemani tamu-tamu ini, ada papa dan yang lainnya juga. Istirahatlah di kamar nanti aku menyusul," pinta Tristan agar Nindi tidak memaksakan diri berdiri di pelaminan dengan keadaan lelah.

"Aku bisa sendiri tak perlu di temani mama ataupun bunda. Ya sudah aku mau ke kamar dulu," kata Nindi namun dengan dengan cepat Tristan mencegah Nindi dengan menarik lengannya erat.

"Tunggu," pintanya.

Tristan dengan cepat melambaikan tangan ke arah sang mama. Tristan tak ingin terjadi apa-apa dengan istrinya meskipun ini hotel keluarga mereka tetapi Tristan tak bisa tenang apalagi ini hari pernikahannya.

"Ada apa sayang?" Tanya sang mama saat sudah berada di depan mereka.

"Ma tolong antarkan Nindi ke kamar, kasihan dia sudah lelah," pinta Tristan.

Jeng Sinta tersenyum mendengar ucapan anaknya panjang lebar itu yang biasanya irit bicara.

"Iya kamu tenang saja."

"Ayo menantu mama yang cantik kita ke kamar," ajaknya mengandeng tangan Nindi dengan penuh kasih sayang.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

💙 Ɯιʅԃα 🦅™

💙 Ɯιʅԃα 🦅™

Suami idaman. perhatian banget sama istrinya.
si Wulan gk bisa liat yg bening dikit aja.. langsung heboh.

2024-03-15

0

kaylla salsabella

kaylla salsabella

lanjut thor semangat berkarya thor 🥰🥰

2024-03-13

2

🍭ͪ ͩ𝕬𝖗𝖘𝕯✹⃝⃝⃝s̊S⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟

🍭ͪ ͩ𝕬𝖗𝖘𝕯✹⃝⃝⃝s̊S⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟

uhukkkk cieeee pengantin baru ... masih malu dakdikduk😂😂😂
Seremm gtu sahabat terbaikk😎

2024-03-13

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!