12

"Ck ternyata dia masa lalu Nindi, kenapa aku bisa kecolongan begini, andai dulu aku tak pergi keluar negeri mungkin dari dulu aku sudah bisa memilikinya," kesalnya dengan cepat gelas berisi minuman yang dia bawa tadi langsung dia lempar.

Pyarrr.... Gelas yang dia pegang itu langsung jatuh pecah dan berhamburan ke lantai.

Untung saja saat ini dia berada di apartemen dan tidak berada di rumah kedua orang tuanya.

"Aku harus cepat, sebelum ada pria lain lagi yang mendahului ku. Meskipun perjodohan ini sudah diatur tetapi aku masih belum tenang sebelum dia menjadi istri ku," ucapnya dengan gusar, dia berjalan mondar-mandir tak jelas dengan ketakutan yang tak jelas.

Setelah membaca pesan yang di kirim oleh anak buahnya, pria itu menjadi kesal sendiri.

Berbeda dengan pria itu yang entah akan memikirkan apa saat ini, kini justru Nindi sudah sampai di rumahnya.

"Kok sudah pulang sayang baru jam 7? Apa acaranya sudah selesai?" Tanya Bunda dengan heran karena tak biasanya putrinya itu pulang jam segini kalau pesta setidaknya Nindi pulang jam 8 lebih.

"Nindi lagi malas Bun, jadi mending pulang saja," bohong Nindi. Dia tak mungkin bicara jujur kalau acaranya gagal atau berantakan karena ulah Wulan dengan kado ajaibnya.

"Kamu sudah makan?" Tanya Bunda lagi saat melihat anaknya itu lesu.

"Sudah Bun, Nindi mau ke atas istirahat," pamit Nindi, tubuhnya sudah merasa lelah ingin berbaring di kasurnya yang empuk.

"Ya sudah kamu sepertinya lelah sekali,"

"Oh ya jangan lupa besok kamu besok ada acara penting," kata Bunda baru ingat sesuatu.

Nindi memberhentikan langkah kakinya, dia menoleh menatap bunda dengan penasaran. "Hah acara apa Bun?" Tanyanya penasaran.

"Kamu harus ke butik dengan calon mertua mu untuk fitting baju pengantin," jelas bunda.

"Hah ke butik? Fitting baju pengantin?" Nindi kaget di buatnya, dia sampai mengulang ucapan sang bunda.

"Iya sayang, besok jam 8 jangan lupa," jawab bunda.

"Hah!! Cepat amat, lamaran saja belum kok sudah fitting baju," batin Nindi binggung.

"Lha kan kemarin baru kenalan ma, lamaran saja belum kok tiba-tiba fitting baju," seloroh Nindi dengan alis mengkerut heran kenapa semuanya dadak begini.

"Kemarin kan sudah di bilang kita tinggal menunggu tanggal pernikahan, kamu lupa?" Tanya bunda kepada putrinya itu.

"Tidak ada lamaran," beo Nindi.

"Ya itu kemarin," jawab bunda enteng.

"Ya kirain seperti di film-film Bun, ada acara lamaran mewah," gurau Nindi padahal memang hatinya ingin ada acara lamaran meskipun sederhana, dia ingin melihat calon suaminya itu seperti apa sebelum mereka resmi menikah nantinya. Nindi kira kemarin cuma acara perkenalan saja ternyata lamaran namun dari pihak mereka tidak membawa apapun kecuali makanan dan buah-buahan saja sebagai salam perkenalan.

"Nanti semua seserahan pas hari pernikahan saja biar tidak repot," jelas Bunda.

"Cepat kamu tidur biar besok kamu tidak kesiangan, besok kan kamu libur takutnya kamu keasyikan mimpi jadi kesiangan," kata bunda tanpa ada bantahan.

"Ya memang Nindi mau tidur Bun," kata Nindi dengan bibir manyun.

.

.

Keesokan harinya....

Tok tok tok tok tok....

"Duh nih anak, sudah mau menikah masih saja susah bangun. Jam segini mas molor," gerutu bunda mengomel di depan pintu kamar sang putri.

"Nindi bangun nak."

Tok tok tok tok tok....

"Nindi bangun," teriak bunda yang sudah kehabisan tenaga membangunkan anaknya itu.

"Dasar nih anak, susah sekali di bangunkan," gerutu bunda meninggalkan tempat itu, dia sudah menyerah

.

.

Di dalam kamar....

"Uhhh....." Nindi membuka matanya dengan malas, dia mengucek matanya perlahan. Menoleh ke arah jam yang tergantung di dinding kamarnya.

"Hah ......" Matanya membulat sempurna tak kala melihat angka yang tertera di sana.

"Aku kesiangan...." Teriak Nindi dengan heboh.

Dia bergegas bangun dari tempat tidur dan berlari menuju ke arah kamar mandi.

Tak butuh waktu lama, 5 menit Nindi keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sudah segar.

Dia langsung memilih baju yang sekiranya cocok dia gunakan hari ini dan merias wajahnya tipis-tipis saja.

Di ruang makan...

Hari ini pak Andre dan bunda masih berada di ruang makan.

"Bagaimana Bun, apa Nindi sudah bangun?" Tanya pak Andre.

"Entahlah pa, bunda sudah capek mengetuk pintu kamarnya tetapi dia tetap tak menyahut," jawab bunda sedikit kesal.

"Anak itu, mau sampai kapan dia begitu padahal sebentar lagi dia akan menikah," gerutu pak Andre.

"Sudahlah pa, kita makan saja dulu," ajak bunda.

Bunda dan pak Andre pun makan berdua.

5 menit kemudian....

"Hai pa, Bun," sapa Nindi yang baru turun dari kamarnya.

"Ayo sarapan," ajak sang papa meskipun pak Andre sebenarnya sudah selesai makan.

"Tidak pa, Nindi sudah telat sudah jam setengah 8, belum lagi perjalanan ke sana biasanya pagi-pagi macet," tolaknya takut terlambat.l mengingat waktu yang bunda katakan kemarin tinggal setengah jam lagi.

"Iya kamu makan dulu, tadi bunda bilang kalau kamu akan telat datang ke sana karena ada keperluan sebentar," kata bunda agar putrinya itu tidak terburu-buru.

"Aku mau roti saja Bun," kata Nindi menunjuk ke arah roti tawar.

"Mau selai apa?" Tanya bunda cepat.

"Coklat saja Bun,"

Bunda dengan telaten mengolesi roti itu dengan selai coklat dan memberikannya kepada Nindi.

Nindi pun melahapnya dengan cepat membuat pak Andre tak tahan untuk menegurnya. "Pelan-pelan," tegurnya kepada sang anak.

"Nih minum dulu," bunda menyodorkan segelas susu.

"Makasih bunda,"kata Nindi dengan senyum manisnya.

"Ah aku berangkat dulu ya Pa, Bun," kata Nindi dengan cepat mencium pipi Bunda dan tangan pak Andre.

Nindi begitu kaget saat jam sudah menunjukkan pukul 8 kurang 10 menit lagi.

Nindi bergegas ke mobil tentunya sudah ada supir yang menunggu. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menuju tempat yang di janjikan.

"Semoga Tante Sinta tidak keburu pergi," guman Nindi.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan menyita waktu karena macet, akhirnya mobil yang membawa Nindi sampai di butik yang di janjikan.

"Non tidak turun?" Tanya supir heran.

"Tunggu sebentar pak, aku pastikan dulu," pinta Nindi.

"Apa benar ini tempatnya?" Guman Nindi berkali-kali memastikan dengan melihat ponselnya karena bunda sudah mengirimkan alamat nya dengan rinci ke ponsel Nindi sedari malam. Bunda takut melupakannya jadi mengirimkannya malam saat dia masih ingat.

"Ah benar, ini..." Seru Nindi dengan senang.

"Ya sudah pak, bapak bisa pergi karena alamatnya benar," kata Nindi turun dari mobil.

"Ya sudah non, hati-hati jangan lupa hubungi bapak non kalau membutuhkan bapak."

"Iya pak."

Dengan langkah kaki lemas dan takut Nindi pun memberanikan diri masuk ke dalam butik.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ𝕬𝖗𝖘𝕯✹⃝⃝⃝s̊S⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟

🍭ͪ ͩ𝕬𝖗𝖘𝕯✹⃝⃝⃝s̊S⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟

Teryata calon nindi udh lama ngincar nindi...
Semogga orang nya baikkk dahhh😀

2024-03-06

3

kaylla salsabella

kaylla salsabella

lanjut thor 🥰

2024-03-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!