TMTK - BAG 8

Woody, aroma itu menguar menusuk ke dalam rongga hidung Naira. Terasa begitu menangkan, sekaligus menggairahkan—yang mana membuat gadis muda itu cukup ketar-ketir berada di tempatnya.

Masih dalam keadaan meringkuk. Lamat-lamat kedua telapak tangan Naira membuka, menikmati aroma maskulin yang begitu memanjakan indera penciuman. Benar-benar nyaman, sampai tanpa sadar sejenak dibuat terlena oleh aroma khas dari pria yang saat ini  duduk tepat di depannya.

Naira membeliak. Maniknya membulat ketika ingat atas apa yang sedang dilakukannya. Sedikit pergerakan akan memicu masalah. Apalagi jika sampai nafasnya terendus oleh pria matang tersebut yang jaraknya hanya sekitar beberapa jengkal dengannya.

Langsung kembali mengatupkan mulut dengan kedua tangan. Demi menghindari malapetaka lain jika sampai persembunyiannya terdeteksi.

Sementara pria di depannya, sekilas mengerling ke arah spion dalam. Melihat ke arah belakang yang ia tahu tidak berpenghuni itu. Tapi mengulas senyuman setelahnya.

Mobil mewah bermerekkan Alphard tersebut melenggang dengan lembut membelah kota Marelan. Mulai memasuki daerah Medan Kota area, hingga akhirnya berhenti di depan sebuah perumahan bertingkat yang hanya dihuni oleh beberapa KK saja.

Perjalanan terhenti. Tentu membuat Naira kembali waspada. Sempat mengantuk diperjalanan yang memakan waktu lebih dari tiga puluh menit. Tersentak ketika sebuah suara yang terdengar agak nge-bass menyeru sedang.

“Aleman, tolong turunkan barang yang ku beli tadi di mini market kecil itu dan bawa masuk ke dalam!” Sebuah kalimat yang cukup mengguncang seorang Naira. Panik harus berbuat jika sampai persembunyian rahasianya harus terbongkar.

“Oya, sekalian tolong lihat jam tanganku yang tadi aku lempar di jok belakang. Aku pusing, mau langsung masuk ke dalam. Dan nanti ketika kau sudah menemukan jam tangan mewahku itu, sekali lagi tolong bawakan ke kamar ku.”

Buuukkk!

Nyaring, berasal dari pintu mobil yang barusan tertutup. Membuat gadis muda itu reflek ikut menoleh ke arah depan.

Sunyi, sepi. Sudah tidak lagi ada orang itu. Barusan pasti sudah langsung masuk ke dalam, tanpa sempat menyadari kehadirannya.

Namun Naira kian resah. Usai kini ia merasa jika barang yang pria matang itu simpan sudah selesai diturunkan. Segera bergeser dari jok belakang menuju ke arah jok tengah. Guna mengelebui pria perkasa yang ternyata merupakan sopir lelaki maskulin itu.

Slap!

Pintu jok tengah tiba-tiba saja terbuka. Cukup mengagetkan Naira, terlebih setelah ia tahu  jika pria yang membuka pintu tersebut merupakan pria maskulin yang sedari tadi duduk di depannya.

“Kenapa masih di sana? Bukankah kau sudah terbebas dari kedua penjahat itu?”lontar pria tersebut yang lagi-lagi cukup mengagetkan Naira. Sampai-sampai membuat gadis itu pingsan!

***

Plaaakk!

Plaaakkk!!

“Dasar nggak berguna! Bagaimana bisa kalian kehilangan jejak seorang gadis muda secepat itu?!” erang Eddy melampiaskan amarahnya kepada dua orang anak buah yang ia utus barusan untuk mengejar Naira.

“Aku mau gadis itu! Aku mau anak itu SEKARANG! Cepat, cari lagi sampai ketemu. Kalau tidak maka kalian tanggung sendiri akibatnya!” lelaki yang usianya sudah mendekati uzur itu kembali mengerang. Tidak terima jika sampai Naira sudah sampai di tangan, tidak berhasil ia miliki.

Matanya memerah. Menyorot tajam. Menunjukkan betapa kesal serta kecewanya ia karena gagal mencicipi daun muda yang selama ini begitu ia inginkan.

“Menyesal aku bayar kalian dua kali lipat. Jika saja aku tahu pekerjaan kalian akan setidak becus ini!” Lagi orangtua itu menyerukan amarahnya. Menyebutkan penyesalan karena sudah keluar uang banyak untuk membayar orang-orang itu. Tapi nyatanya pekerjaan mereka tidak bisa terpakai.

Miliknya sudah menegang. Akibat obat kuat yang tadi sudah ia konsumsi. Harus melepaskan ke mana jika sekarang Naira sudah berhasil lari. Tidak mungkin main sendiri, karena pasti akan sangat susah.

Dengan raut penuh kegelisahan serta amarah yang membumbung tinggi. Jemari Eddy lantas meraih ponselnya di nakas, menghubungi seseorang. Panggilan tersambung, seseorang yang dituju menjawab. Lantas langsung disambut Eddy dengan mengatakan,- “cepat datang ke hotel X. Aku berada di lantai satu dengan nomor kamar tiga. Jangan pakai lama karena sekarang aku sudah tidak tahan!” tukasnya menyentak. Sebelum akhirnya menutup panggilannya secara sepihak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!