Peristiwa Berdarah Part2

Adi yang mulai ketakutan, langsung berlari menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Dia mengunci kamarnya. Sudah pasti Ratna menyusul bocah tersebut.

Suara dobrakan pintu yang yang menambah ketegangan di rumah itu. "Adi keluar kau! Dasar bocah tengik." Teriak Ratna yang mengamuk.

"Tidak mau! Tante pergi saja dari sini!"

"Jangan menguji kesabaranku, dasar bocah sialan!"

Adi semakin ketakutan mendengar teriakan dan makian Ratna. Bocah itu tidak tahu harus berbuat apa. Sedangkan untuk melarikan diri dia kesulitan, karena berada di lantai atas.

Tiba-tiba suara Ratna sudah tidak terdengar lagi, entah dimana wanita itu saat ini. Adi yang penasaran mendekati pintu perlahan dengan tubuh gemetar. Dia meletakkan telinganya di daun pintu tersebut. Sejenak suasana hening dan sepi. Dia tidak mendengar apapun di luar.

Tiba-tiba suara dobrakan itu muncul kembali. Dan ternyata Ratna mencoba menghancurkan gagang pintu itu dengan martil yang di ambilnya dari gudang.

Dentangan suara martil yang di pukulkan ke gagang pintu, terdengar sangat keras. Membuat Adi langsung melangkah mundur dengan rasa takut yang semakin menguasainya.

Dan akhirnya pintu itu terbuka setelah Ratna berhasil menjebol gagang pintu tersebut.

"Kemana lagi kamu akan kabur, Adi?" Ratna yang berhasil masuk sambil membawa sebuah martil di tangannya. "Cepat serahkan surat itu, atau aku habisi kau" ancam Ratna sambil mengayunkan martil tersebut.

Adi menelan salivanya sambil memeluk erat surat tersebut. "Ti-tidak mau, i-ini milik keluargaku!" ucapnya dengan suara bergetar. Nampak jelas ketakutan Adi saat ini.

Ratna perlahan mendekat. "Dasar bocah keras kepala! Berikan surat itu padaku!" perintahnya.

Ratna seperti wanita kehilangan akal, tanpa basa-basi dia mencoba menyerang Adi yang hanya seorang anak yang masih berumur 12 tahun. Entah setan apa yang merasuki wanita licik itu, beberapa kali dia menyerang Adi dengan martil yang di bawanya, namun Adi bisa menghindar.

Prang, brak, prang....

Beberapa kali suara keras yang terdengar dari benda-benda di sekitar kamar yang hancur karena serangan membabi buta wanita itu. Nampak kamar Adi yang kacau berantakan. Wanita itu benar-benar ingin menghabisi putra Herman.

Ratna dengan cepat mengarahkan martil itu ke kepala Adi, namun beruntungnya, bocah itu dengan cepat menghindarinya. Dengan spontan Adi mendorong Ratna dengan sekuat tenaga, dan naas Nya, Ratna terlempar ke arah jendela sampai dia pun jatuh ke dasar, dengan kepala yang membentur batu, yang membuatnya tewas di tempat.

Adi yang menyaksikan itu langsung terduduk lemas, dengan tubuh yang gemetar.

"

"

Gedebug....

Suara benda jatuh yang terdengar oleh Herman yang baru pulang dari kerjanya. Segera dia mencari sumber suara tersebut. Bak di sambar petir dirinya saat melihat tubuh manusia yang bersimbah darah di halaman rumahnya.

Perlahan Herman mendekati tubuh itu dengan posisi tertelungkup. "Ratna?!" Begitu kagetnya Herman sambil meremas rambutnya sendiri. Ternyata benda yang jatuh itu adalah tubuh mantan istrinya. Rasa takut dan cemas di rasakan Herman saat ini. Terlebih posisi jatuhnya Ratna tepat di bawah kamar putranya, Adi.

Lekas Herman berlari masuk ke dalam rumahnya. "Adi! Adi! Dimana kamu nak?!" teriak Herman memanggil putranya.

Sudah pasti tempat pertama yang di tuju adalah kamar putranya. Herman begitu kaget dengan kondisi kamar putranya yang berantakan. Terlihat Adi yang kini hanya diam mematung dengan tatapan kosong menatap ke arah jendela.

"Adi" Herman mendekati putranya dan langsung memeluknya. "Adi apa yang sebenarnya terjadi nak?"

Tangisan bocah usia 12 tahun itu pun pecah. "Ayah, a-aku tidak sengaja me-melakukannya, A-adi tidak sengaja me-mendorong tante Ratna" ucap Adi menangis histeris.

"A-apa maksud mu nak? Kamu mendorongnya?" Herman yang sangat terkejut dengan pengakuan putranya itu.

"A-aku tidak sengaja Ayah, A-adi tidak mau masuk penjara, to-tolong Adi Ayah" Terlihat Adi yang begitu ketakutan.

"Jelaskan pada Ayah apa yang sebenarnya terjadi?"

Adi pada akhirnya menceritakan semua yang telah terjadi dengan suara terbata-bata pada ayahnya. Bagaimana dia bisa mendorong Ratna. Herman yang mendengar cerita putranya itu hanya bisa membisu dengan mata mengembun ingin menangis.

Herman memeluk erat Adi. "Dengarkan Ayah nak? Kamu tidak bersalah. Kamu tidak akan masuk penjara, percaya pada Ayah" ucap Herman menguatkan putranya yang ketakutan dalam pelukannya.

Herman melepas pelukannya, dan menatap Adi dengan tatapan yang sangat dalam. "Adi, bisakah Adi membantu Ayah."

Adi menganggukan kepalanya.

"Adi telepon polisi sekarang, dan beritahu pada polisi bahwa Ayah yang melakukan ini semua." perintah Herman.

Adi menangis sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak Ayah."

"Adi, bukankah kamu ingin menjadi pengacara?" tanya Herman sambil menangkup wajah putranya dengan kedua tangannya.

Adi menganggukan kepalanya lagi sambil menangis.

"Maka dari itu turuti semua perkataan Ayah, dan berjanjilah, Adi harus merahasiakan kejadian ini yang sebenarnya" ucap Herman menyakinkan bocah tersebut.

"Tapi kenapa Ayah harus melakukan ini?"

"Dengarkan nak? Jika kamu di penjara, kamu tidak akan bisa jadi pengacara"

Begitulah ucapan Herman pada putranya. Karena rasa paniknya, Ayah Mona bertindak sendiri dengan caranya sendiri, yaitu dengan mengorbankan kebebasannya demi putranya.

Anak yang polos itu menuruti semua perkataan ayahnya, dengan menghubungi pihak kepolisian. Sedangkan Herman merekayasa kejadian tersebut dengan menghilangkan bukti-bukti keterlibatan putranya. Dan membuat bukti palsu seolah dirinya adalah pelakunya.

"

"

Wiuwiuwiuw....

Suara mobil sirine polisi yang sudah sampai di kediaman Herman.

"Cepat amankan!" perintah seorang polisi, yang bernama Toni, yang tidak lain adalah Ayah dari teman Adi, yaitu Kevin.

Beberapa polisi masuk ke dalam rumah dan memeriksanya. Terlihat Adi yang tengah duduk terdiam di ruang tamu. Anak itu langsung di amankan pihak kepolisian, yang selanjutnya di bawah ke rumah sakit, karena ada beberapa luka lebam di tubuhnya.

Selanjutnya anggota lain menelusuri setiap ruangan dan menemukan Herman berada di kamar putranya tengah duduk di tepi ranjang sambil membawa martil.

"Angkat tangan!" perintah salah satu anggota polisi dengan suara lantang, sambil menodongkan pistol ke arah Herman.

Sedangkan polisi lain menyergap Herman dan memborgol tangannya. "Anda kami tangkap!" suara lantang anggota polisi.

Sedangkan di luar sekitar rumah Herman, sudah ramai tetangga kanan kiri yang menyaksikan kejadian tersebut. Salah satunya adalah Kang Ujang. Pria itu langsung menghubungi Mona.

"Halo"

"Mbak Mona, ini Kang ujang."

"Ada apa Kang?

"Mbak, Pak Herman di-di tangkap polisi" suara Ujang yang terdengar gugup.

"Apa maksud Kang Ujang, Ayah di tangkap polisi?" Begitu terkejut Mona, mendapat kabar tersebut.

"Iya Mbak, Mbak Mona pulang saja dulu"

Kemudian sambungan telepon terputus.

Tanpa membuang waktu Mona bergegas menyudahi pekerjaannya. "Res, maaf ya, aku harus pulang sekarang"

"Loh, ada apa?" tanya Resti.

"Nanti aku jelaskan, kalau ada yang menanyakan ku, bilang saja aku sakit."

Dengan segera Mona menaiki motor menuju rumahnya. Dalam perjalanan, wanita itu terlihat cemas, dia tidak mengerti kenapa polisi mendatangi rumahnya.

"Ya Tuhan....kenapa perasaanku tidak tenang seperti ini?" batin Mona.

Dia melajukan motornya dengan cepat. Sampailah dia di rumahnya yang sudah terlihat kerumunan warga di sana.

"Minggir! Awas!" Mona membelah kerumunan warga yang berkerumun di depan rumahnya.

"Ayah!" suara Mona memanggil Herman yang sudah dalam posisi tangan di borgol.

Herman yang melihat kehadiran Mona, hanya bisa diam tak berani menatap putrinya itu.

"Pak, kenapa Ayah saya di tangkap, apa salah Ayah saya?" Mona meminta penjelasan kepada seorang polisi yang membawa ayahnya.

"Ayah anda di duga melakukan pembunuhan" jawab anggota polisi.

"Apa?! tidak mungkin" Mona membekap mulutnya sendiri karena syok, mendengar ucapan polisi tersebut.

Mona bertanya kembali pada salah seorang polisi yang dia kenal. "Pak Toni, apa benar begitu?" tanya Mona sambil menggigit kuku ibu jarinya. Nampak kecemasan di raut wajahnya.

"Tenanglah Mona, semua akan di jelaskan di kantor polisi" jawab Toni mencoba menenangkan.

"Tidak mungkin" gumam Mona dengan air matanya yang luruh.

Episodes
1 Mona Ayunda
2 Abraham Reno Winata
3 Perpisahan Yang di Syukuri
4 Isu Pernikahan
5 Pertemuan
6 Membencimu
7 Hangat-Menyesakkan
8 Obsesi Alice
9 Hancurnya Karir Alice
10 Pertemuan Yang Tak Diharapakan
11 Kehangatan keluarga
12 Kebencian dari Reno
13 Bibit Kebencian
14 Kehormatan Yang Terenggut
15 Meminta Pertanggung Jawaban
16 Peristiwa Berdarah Part 1
17 Peristiwa Berdarah Part2
18 Mengorbankan Diri
19 Menjadi Kuat dan Tegar
20 Situasi Memburuk
21 8 Tahun Penjara
22 Ingin Tetap Hidup
23 Di Selamatkan
24 Pengakuan
25 Siasat
26 Menolak
27 Menemukan Titik Terang Part 1
28 Menemukan Titik Terang Part 2
29 Bimbang
30 Hitam Di Atas Putih
31 Cinta Tak Terbalas
32 Mencari Bukti
33 Hukuman Yang Adil
34 Bersiap Menemui
35 Bertemu Calon Mertua
36 Menjalani Hariku Seperti Biasa
37 Hubungan Yang di Sembunyikan
38 Mengharap Lebih
39 Tersulut Amarah
40 Kembali Bertemu
41 Cinta Sepihak
42 Pernikahan Yang Terasa Hampa
43 Malam Pertama Tapi Bukan Yang Pertama
44 Pertemuan Yang Tak sengaja
45 Hubungan Persahabatan Yang Tak Wajar
46 Menutupi
47 Menuntut Kepatuhan
48 Tatapan Hina
49 Keadaan Rumah tangga Yang Di sembunyikan
50 Kesepakatan Baru
51 Tak Terkendali
52 Bebasnya Herman
53 Di Balik Hubungan Pernikahan
54 Ketahuan
55 Berakhirnya Hubungan Tak Sehat
56 Rencana Zenia
57 Jebakan
58 Hubungan Yang Di Akhiri
59 Pertemuan Yang Tak Di Duga
60 Jatuh Cinta
61 Tak Bisa Membohongi Hati
62 Mempertahankan
63 Rasa Bersalah
64 Bertemu Dengan Masa Lalu
65 Bertemu Sang Mantan
66 Jesslyn
67 Ketahuan
68 Hubungan Yang Semakin Dalam
69 Rahasia Yang Terbongkar
70 Amarah Wilma dan Rencana Keluarga Murder
71 Kebenaran Masa Lalu
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Mona Ayunda
2
Abraham Reno Winata
3
Perpisahan Yang di Syukuri
4
Isu Pernikahan
5
Pertemuan
6
Membencimu
7
Hangat-Menyesakkan
8
Obsesi Alice
9
Hancurnya Karir Alice
10
Pertemuan Yang Tak Diharapakan
11
Kehangatan keluarga
12
Kebencian dari Reno
13
Bibit Kebencian
14
Kehormatan Yang Terenggut
15
Meminta Pertanggung Jawaban
16
Peristiwa Berdarah Part 1
17
Peristiwa Berdarah Part2
18
Mengorbankan Diri
19
Menjadi Kuat dan Tegar
20
Situasi Memburuk
21
8 Tahun Penjara
22
Ingin Tetap Hidup
23
Di Selamatkan
24
Pengakuan
25
Siasat
26
Menolak
27
Menemukan Titik Terang Part 1
28
Menemukan Titik Terang Part 2
29
Bimbang
30
Hitam Di Atas Putih
31
Cinta Tak Terbalas
32
Mencari Bukti
33
Hukuman Yang Adil
34
Bersiap Menemui
35
Bertemu Calon Mertua
36
Menjalani Hariku Seperti Biasa
37
Hubungan Yang di Sembunyikan
38
Mengharap Lebih
39
Tersulut Amarah
40
Kembali Bertemu
41
Cinta Sepihak
42
Pernikahan Yang Terasa Hampa
43
Malam Pertama Tapi Bukan Yang Pertama
44
Pertemuan Yang Tak sengaja
45
Hubungan Persahabatan Yang Tak Wajar
46
Menutupi
47
Menuntut Kepatuhan
48
Tatapan Hina
49
Keadaan Rumah tangga Yang Di sembunyikan
50
Kesepakatan Baru
51
Tak Terkendali
52
Bebasnya Herman
53
Di Balik Hubungan Pernikahan
54
Ketahuan
55
Berakhirnya Hubungan Tak Sehat
56
Rencana Zenia
57
Jebakan
58
Hubungan Yang Di Akhiri
59
Pertemuan Yang Tak Di Duga
60
Jatuh Cinta
61
Tak Bisa Membohongi Hati
62
Mempertahankan
63
Rasa Bersalah
64
Bertemu Dengan Masa Lalu
65
Bertemu Sang Mantan
66
Jesslyn
67
Ketahuan
68
Hubungan Yang Semakin Dalam
69
Rahasia Yang Terbongkar
70
Amarah Wilma dan Rencana Keluarga Murder
71
Kebenaran Masa Lalu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!